43

15 1 0
                                    

Hai yorobun Im back hahaha jangan lupa tinggalkan vote yah jangan jadi pembaca gelap hihihi.

Vote dan komen ditunggu
Jangan hujat hehe
❤️❤️❤️
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Dahulu di suatu tempat, di negara lain..

"Cepatlah! Kau mau mati hah!"

"Cepat!!"

Tampak seorang pria berotot memegang sebuah cambuk. Dia juga terus berteriak agar orang-orang yang sedang membawa barang itu lebih cepat.

"Heh! Kau! Kesini!" Titahnya kepada seorang paruh baya yang kelihatan terengah-engah karena kelelahan.

Paruh baya itu gemetar ketakutan, tapi dia memaksa kakinya agar melangkah mendekati pria itu.

"A-ada apa tuan?" Tanyanya gagap.

"Ada apa! Kau bertanya ada apa! Kau buta hah! Kenapa kau berhenti di situ!" Murka pria berotot itu.

"Ma-maaf tuan, saya tidak akan mengulanginya lagi, maaf" paruh baya itu menunduk.

"Maaf! Seseorang bawa sampah ini pergi!" Teriaknya lantang.

Beberapa orang datang dan langsung menyeret paruh baya itu dengan kejam. Paruh baya itu benar-benar ketakutan, dia memohon agar melepaskannya.

Namun semua perjuangannya sia-sia, dia tetap tidak bisa mengindari takdir kematiannya.

Waktu terdengar senyap, meski sangat-sangat ketakutan dan ngeri mereka semua kembali bekerja dengan baik. Kejadian ini sudah sangat biasa di kalangan mereka.

Mereka, kalangan rendah hanya dapat menerima nasib mereka. Mereka tidak akan pernah bisa melawan orang-orang kuat seperti mereka.

Pekerjaan mereka setiap hari adalah mengirim pasokan barang yang entah apa isinya. Sampai sekarang mereka masih belum tau apa sebenarnya yang mereka lakukan.

Mereka hanya dipaksa untuk membawa barang berat yang tidak diketahui statusnya, mereka hanya dipaksa untuk bekerja tanpa kenal waktu, mereka hanya dipaksa untuk melihat langsung apa artinya kekuasaan.

Bahkan untuk makan saja mereka harus menyelesaikan semua pekerjaan mereka hari itu.

"Sungguh biadab! Kenapa tuhan sungguh tidak adil! Kenapa mereka memberikan kami penderita seperti ini!" Batin bocah sepuluh tahun yang mata kepalanya sendiri menyaksikan bagaimana kakeknya tewas di tangan orang-orang biadab itu.

Bocah itu bukannya ketakutan, dia malah tampak sangat marah akan semua ini. Dia marah kepada dunia ini, dia marah kepada orang-orang yang sudah menjadi penyebab semua penderitanya. Kenapa mereka harus mengalami penderitaan seperti ini.

Mata bocah itu tampak berkaca-kaca, namun tidak mengurangi kemarahan yang terkandung di dalamnya. Dunia yang seharusnya menjaga anak-anak, kini menjadi penyebab semua lukanya. Luka.. yang seumuran hidup pun tidak akan pernah sembuh.

Bocah itu pintar karena tidak langsung mencegat mereka, dia malah memilih untuk menggigit bibirnya kuat menahan tangis. Bocah itu terpaksa harus pura-pura tidak mengenal kakeknya, dia dengan paksa membalikkan badannya pergi.

Berusaha agar netranya tidak melihat langsung wajah sang kakek. Berusaha agar dia tidak kehilangan kendali.

"Aku bersumpah! Jika aku di beri kesempatan maka aku pasti akan mencabik-cabik kalian semua. Aku akan mempersembahkan tulang kalian kepada nyawa orang yang sudah kalian bunuh dengan kejam. Aku akan menjadikan darah kalian sebagai penenang bagi roh-roh yang sudah kalian dustai" sumpah bocah itu dengan gigi bergemelatuk.

"THE KING"_(ongoing)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang