03

13.5K 1K 22
                                    

🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻🌻

"Nanti aja ma.. masih mau tidur" ucap chenle setelah mendengar panggilkan ibunya yang menyuruh untuk sarapan pagi ini.

Chenle menangis dengan isakan pelan di balik selimutnya. Dirinya merasa kotor saat ini. Ibu dan ayahnya pasti akan membencinya jika tau bagaimana dia di kampusnya.

"Ini sudah jam 10.. kamu sudah terlambat 2 jam untuk sarapan chenle.." ucap haechan lagi dari balik pintu.

"Lele belum lapar.. nanti lele akan turun..."

Haechan menghembuskan nafasnya pelan saat mendengar jawaban sang anak.

"Baiklah.. makanannya sudah mama taruh di atas meja."

Haechan beranjak dari depan kamar chenle menyusul suaminya yang memang mengambil cuti beberapa hari kedepan

"Aku merasa ada yang aneh pada chenle kak" ucap haechan mengadu pada suaminya.

"Hem.. aku juga merasa seperti itu. Apa dia belum mau keluar?" Tanya nya menatap haechan

Haechan menggeleng, "apa terjadi sesuatu di kampusnya ya kak?" Ucap haechan mulai overthingking

"Aku akan ke kampusnya" ucap Mark kemudian menutup laptopnya.

Haechan memandang kepergian suaminya dengan sendu. Chenle memang tak pernah bercerita pada orang tuanya mengenai masalah pertemanannya di kampus. Dia hanya mengatakan 'aku memiliki teman yang baik mama' itu saja.

Mark memarkirkan mobilnya kemudian berjalan di lorong menuju ruang dekan. Jangan di tanyakan kampus ini memang milik Jung jaehyun hanya saja ayahnya merahasiakan semuanya demi kenyamanan cucu cucu nya untuk berkuliah disini.

"Paman Mark.." ucap seseorang yang membuat Mark langsung membalikkan badannya.

"Benar paman mark? Jie kira jie salah lihat" ucap jisung kemudian mendekat ke arah Mark.

"Paman ngapain disini?" Tanya jisung.

"Jisung... Kau sering bermain dengan chenle saat di kampus?" Tanya Mark

Jisung menggeleng "aku jarang, hanya sesekali melihatnya" jawab jisung

"Ayden bagaimana?"

Jisung kembali menggeleng "ayden selalu bersama ku paman" jawabnya lagi.

Mark mengangguk kemudian menepuk bahu keponakannya dengan pelan.

"Yasudah paman akan ke ruang dekan dulu" ucap Mark

"Ruang dekan? Apa chenle membuat masalah paman?" Tanya jisung dengan menaikkan satu alisnya.

Mark tersenyum kecil, dia tak menjawab ucapan jisung "paman duluan Mark" ucapnya meninggalkan jisung disana.

Disisi lain, chenle turun ke arah meja makan. Perutnya sangat lapar.

"Astagaa.. akhirnya keluar" ucap haechan melihat anaknya berjalan mendekatinya.

"Mama... Lele lapar.." cicitnya kemudian duduk di samping haechan.

"Huh.. kamu ini kenapa sih? Jangan buat mama bingung" ucap haechan mengomel sambil menyuapkan nasi di piring anaknya.

"Lele cuma capek ma.." ucapnya, dia ingin mengambil piring di tangan ibunya namun dengan cepat haechan menepis tangan kecil anaknya.

"Biar mama yang suapkan" ucap haechan membuat chenle mengulum bibirnya.

Beberapa suapan chenle habiskan hingga pergerakan haechan berhenti.
"Chenle.. kenapa ini?" Tanya haechan saat melihat leher sang anak yang memerah.

Chenle yang kaget lantas menarik Hoodie yang di pakainya agar menutup ruam merah itu.

"N-nyamuk ma.." ucapnya terbata

"Nyamuk tidak seperti ini" ucap haechan kemudian meletakkan piringnya dengan kasar di meja

"Buka Hoodie kamu" ucap haechan Namun di balas gelengan oleh anaknya

Haechan yang kesal pun langsung melepas paksa Hoodie itu. Matanya membulat saat melihat di sekita leher dan dada chenle terdapat banyak ruam merah.

"Ini kenapa!! Kamu kenapa chenle?!" Tanya haechan meninggikan suaranya. Dia panik, jelas dia tau ini karena apa, dia bukan anak remaja seperti putranya.

Nafas chenle tersendat bersiap untuk nangis saat mendengar suara ibunya yang terlihat sangat marah padanya.

"M-mama.." cicitnya dengan pelan

"Cerita sama mama.. ini kenapa? Kamu di apain hah..! Chenle.. jangan buat mama khawatir sama kamu.." ucapnya memegang kedua bahu putranya.

Bibir chenle melengkung kebawah di kecil itu berhambur ke dalam pelukan ibunya dan menangis disana.

"Mama.. hiks.. lele gak mau kuliah lagi.. hiks.. lele mau di rumah aja sama mama.. jahat.. Mereka jahat.. lele di pukul mama.. hiks.. sakit.."

Haechan terkejut bukan main saat mendengar aduan putranya. Kemudian melepas pelukan chenle dan menatap wajah anaknya yang sedang menangis.

"Apa yang sakit? Dimana?" Tanya haechan dengan panik.

Chenle berbaik dan membuka kaos tipisnya. Mata haechan melebar saat melihat punggung chenle yang terdapat banyak memar biru dan merah.

"Astaga.." ucap haechan tak percaya dengan apa yang dia lihat.

"K-kenapa ini sayang.. kenapa tak pernah memberi tahu mama" ucap haechan, kini suara ibu satu anak itu terdengar sendu.

Chenle menggeleng "lele gak mau kuliah lagi.. hiks.. di rumah aja.. lele mau sama mama aja dirumah.."

Haechan mengangguk cepat "iyaa.. kamu di rumah aja, jangan kemana mana, sama mama aja disini" ucap haechan kembali memeluk anaknya.

Ada apa sebenarnya, kenapa bisa seperti ini?

Dia pastikan orang yang membuat anaknya menderita tidak akan selamat. Dia akan mengadukannya pada ayahnya selain Mark.






TBC


'are swaped' S2 ||- [END] [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang