ZiBos : Sippin' |16|

31 0 0
                                    

Malam hari menjadi waktu dominan Ilen untuk pergi akhir-akhir ini. Ilen sudah pernah tidak pulang ke kosan, bahkan jarang pulang pada siang hari sekalipun. Karena sekali lagi, ia tengah bersama Zian dan teman-temannya. Yang mengambil semua waktu yang Ilen punya, yang selalu Ilen ikuti semua yang mereka inginkan pula.

Ilen juga sepertinya sudah terbiasa duduk di sebelah kursi kemudi mobil Zian.

"Nggak ... bakal ada apa-apa, 'kan?" tanyanya pelan.

Zian selalu mengemudikan mobil cepat, pengecualian jika ada adik cowok itu. "Nggak."

Ilen tak berharap Zian menjawab pertanyaannya, karena sia-sia. Ia masih gugup dan akan menakutkan jika apa yang ia bayangkan dapat terjadi di sana. Di tempat Zian bertemu Bondan, yang belum ia ketahui pula.

Zian berdecak, "Sama Janu, aja."

Ilen menoleh, "Janu? Emang lo mau kemana?"

Lalu Zian menghentikan mobil, di depan bar yang terlihat begitu terang dari dalam.

Bar, Zian, dan Bondan. Ilen jadi semakin khawatir. "Zi, gue nggak--"

"Keluar."

Baru beberapa langkah Ilen mengikuti Zian. Degup Ilen sudah cepat, tubuhnya terasa dingin. T-shirt hitam polos dan cardigan crop tak memberi pengaruh sama sekali. Kali ini Ilen yang memilih pakaiannya sendiri, dan Zian tak mempermasalahkan. Ilen pikir tak dingin, tetapi ia yang membuat dirinya sendiri kedinginan.

"Zi," panggil Ilen, menahan t-shirt hitam cowok itu agar berhenti. "Gue, di mobil aja, boleh?" cicit gadis itu.

Zian berbalik. Ilen sudah jelas memperlihatkan rasa takutnya yang berusaha disembunyikan. Zian tak suka ekspresi itu, membuatnya mendengkus. "Sebentar. Lo nggak akan kemana-mana."

Itu saja sudah mampu membuat Ilen sedikit tenang. Menyebalkan untuk takut terhadap orang semacam Bondan, tetapi karena Ilen tak mampu menang, Ilen tak bisa apa-apa di depan cowok berengsek itu. Ilen bisa ditarik dan dibawa kemana saja, jika Ilen tak memiliki pertahanan.

Rambut Ilen digerai. Setidaknya, belakang lehernya hangat sehingga wajahnya tak beku kedinginan. Bahkan udaranya sedikit panas dan gerah. Tak berguna jika dingin datang hanya karena takut dengan Bondan.

Ilen ditatap datar, sebelum Zian beralih di sebelahnya. Zian yang bilang Ilen bisa bersama Janu, artinya empat orang itu akan datang juga. Namun sampai sekarang Ilen tak menemukan keberadaan mereka.

Zian merangkul bahunya. Ilen terperanjat, napasnya tertahan pada beberapa detik pertama. Zian mengelus bahunya perlahan, kemudian membawa Ilen ke dalam. Ilen sudah tidak perlu khawatir jika ia berada di dekat cowok itu. Zian sudah memastikan bahwa siapa pun tak mampu menyentuh Ilen.

Bar ini sepertinya dua kali lipat lebih besar dari milik Zian, termasuk puluhan minuman yang berjejer di bartender station. Memiliki musik sensual yang terdengar mendengung di telinga Ilen, serta bau alkohol yang sudah memabukkan. Ilen memilih menunduk memperhatikan langkah mereka berdua, karena enggan menatap sekitar. Yang lebih dari apa yang mampu Ilen pikirkan, di luar batasan. Sudah terlalu berlebihan bagi Ilen yang tak pernah melihatnya.

Ilen ingin cepat-cepat pergi dari tempat penuh dosa ini.

Ilen menempel pada tubuh Zian jadinya. Merasakan aroma musk yang lembut dan menenangkan, menyamarkan bau alkohol yang tumpah dimana-mana. Mampu mendengar detak milik cowok itu pula, walaupun musik terdengar lebih jelas di telinga.

Zian melepaskan Ilen di anak tangga teratas lantai dua. Ilen tak mau melihat sekitar pula, karena sepertinya sama seperti di bawah.

"Oi, Len!"

ZiBos : Sippin' [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang