ada yang kangen sama mereka?
aku, sih ><
dan maksudnya apa ini udah 50(!)?
satu lagi
ada yang pengen bilang sesuatu sama cewenya kita?.
.
.
.
.Hanya satu hari yang tersisa, besok adalah hari terakhir ujian kenaikan. Ilen tidak yakin soal-soal yang ia kerjakan dilakukan dengan baik, beberapa hari terakhir pikirannya kacau. Ia terlalu banyak melamun, kemudian menyesal saat waktu ujian habis dengan jawaban yang belum terbaik.
Ia bahkan tidak berharap peringkatnya naik, bahkan sama seperti dulu. Ia hanya berharap nilainya tidak turun terlalu jauh.
Sekarang baru pukul dua, ia kembali dari perpustakaan untuk meminjam beberapa modul. Tidak terlalu terlambat jika ingin belajar di sana, tetapi Ilen memutuskan untuk melakukannya di kosan saja.
Ia tidak lagi terlelap di apartemen Zian, buku-buku pelajarannya kebanyakan berada di kosan. Itu mungkin hanya satu-satunya keuntungan, karena alasan yang paling kuat bersumber dari Rania. Rania mengancamnya untuk tidak boleh berada di apartemen Zian, satu kali pun akhir-akhir ini.
Atau Rania akan melapor pada polisi.
Ilen akan menunggu satu minggu, ancaman itu takkan menakutinya lagi.
Atau sebenarnya ia memang setuju.
Terlalu banyak pengkhianatan yang terjadi, Ilen bimbang. Ia kira semuanya akan baik-baik saja, seperti biasa Zian akan memahaminya, tetapi tidak. Sebaliknya, cowok itu paham untuk menjauh. Zian menyadarkan Ilen jika tidak hanya ia yang bisa berubah, Zian juga bisa.
Atau bisa saja hanya perasaan Ilen yang berkata demikian. Sebab setiap hari ZiBos memintanya belajar bersama, Zian juga ada. Zahra dan Luna tentu bersama. Mereka memilih kafe yang silih berganti, agar tidak mudah bosan.
Ilen yang beda. Ia saja yang selalu datang terlambat, ia yang bahkan beberapa kali sengaja tak datang. Ia yang membuat perbedaan.
Namun, mungkin semuanya berusaha memaklumi. Mereka tidak bertanya meskipun bisa, tidak mengusik apa-apa yang terjadi antara Zian dan Ilen. Dua orang yang terakhir kali menyatu begitu eratnya.
Seperti, malam sebelum tidur, kala Ilen kedapatan merindukan pelukan, ia mengusir keinginan untuk menyerah dan kembali pada Zian. Sekuat tenaga menyimpannya. Ia jadi sadar seluruh hidupnya berpusat pada cowok itu, jauh maupun dekat. Ia hanya perlu sedikit menunggu, sedikit lagi.
Lagipula Zian sama seperti yang lain, tidak bertanya apa pun. Hati Ilen sering kali menghangat menyadari seberapa serius cowok itu belajar untuk ujian kali ini. Ia pernah melihat cowok itu berjalan begitu fokus, sama sekali tak mengindahkan sesuatu di sekitar, membaca buku. Ia terus memperhatikan sampai Zian hilang di balik pintu.
Ruangan mereka berada di gedung yang berbeda, menyebabkan mereka tak dapat bertemu sesering biasanya. Ilen duduk dengan sepuluh IPS, sedangkan Zian dengan sepuluh IPA. Gedung mereka juga berada dari sisi ujung ke ujung, bertolakan. Ilen sendirian. Zahra dan Luna bahkan berada di gedung yang sama dengan ZiBos.
KAMU SEDANG MEMBACA
ZiBos : Sippin' [END]
Novela Juvenil"Zi, kita mau ke mana?" tanya Ilen, "lo mau bawa gue ke mana lagi?" "Masuk." "Nggak." Zian sudah berada di sisi pintu kemudi, pergerakannya terhenti. "Masuk, Ilen." "Gue bisa lari dari sini." - Ilen hampir memberikan segalanya pada Zian. Ilen te...