ZiBos : Sippin' |51|

14 0 0
                                    

"Cieee, yang katanya nyusup," ujar Zahra yang datang dari belakang, mengejutkan Ilen, gadis itu meraih lengan Ilen untuk dipeluk erat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Cieee, yang katanya nyusup," ujar Zahra yang datang dari belakang, mengejutkan Ilen, gadis itu meraih lengan Ilen untuk dipeluk erat.

"Lo belajar dari mana, ya? Nggak aman keluar tengah malem gitu, tau." Luna menyusul untuk meraih lengan Ilen yang lain.

Awalnya Ilen berusaha tidak peduli, tetapi raut wajahnya berkata lain. Sungguh, ia keluar dari apartemen Zian pukul lima pagi, dan cowok itu masih terlelap. Tidak mungkin Zahra dan Luna membicarakan orang lain jika mata memicing mereka tertuju padanya. Lalu, apakah mungkin Zian yang mengadukannya? Ya, walau ... memang selain Zian siapa lagi?

Sekarang hari terakhir ujian kenaikan, Ilen kira ia akan aman sampai selesai. Akan tetapi, Zahra menemukannya di--ZiBos menemukannya di koridor ini.

"Gue nggak paham." Ia akan berusaha mengelak.

Zian biasanya tidak memperhatikan apakah meja sebelumnya amat berantakan, hingga tiba-tiba bersih tanpa noda. Ilen pikir, Zian takkan menyadarinya. Memang, sih, ia melakukan terlalu banyak hal semalam. Harusnya ia tidak membersihkan, harusnya ia tidak mencuri kotak rokok Zian. Harusnya tidak menurunkan suhu ruangan.

Ilen berdecak. Memang harusnya ia tidak se-impulsif itu tadi malam. Lumayan gila untuk menyusup ke apartemen Zian diam-diam hanya untuk terlelap dan memeluk--tak lebih dari dua jam.

Ia menelan ludah gugup saat mencium aroma yang ia peluk itu. ZiBos pasti sedang mendekat dari belakang. Punggungnya tiba-tiba tegak, terasa kaku, pasti cowok-cowok itu menaruh perhatian padanya.

"Dih, Bebi. Nggak usah bohong, deh."

Nada bicara Zahra terdengar amat menyebalkan.

Sebenarnya.

Satu-satunya hal aneh yang cukup mengganggu Ilen hanyalah rasa kedut di bibir saat terbangun, hampir seperti kesemutan. Ia mengernyit saat bibirnya bahkan terasa membengkak. Walau akhirnya ia tak ambil pusing, hampir pagi, ia buru-buru pergi dari apartemen.

Si pelaku, tanpa siapa pun tahu, mendengkus kecil kala memperhatikan langkah lambat itu. Zian, tentu saja mencium Ilen diam-diam tadi malam. Bahkan saat cowok itu kira gigitannya terlalu kuat, cukup membuat Ilen terbangun, tidak. Deru napas Ilen bahkan lebih nyaman dari sebelumnya. Cewek itu tidur begitu tenang malam tadi.

Dan Zian jadi melakukannya lebih leluasa, hampir saja hilang kendali.

"Anjing. Gue paham lo senyum-senyum karena apa, lagi."

Itu umpatan Seth yang melangkah di sebelah kiri Zian.

"Bacot."

Seth mengangguk kaku, malas. "Iya, iya. Selow."

Lalu cowok-cowok itu kembali fokus mendengar satu ucapan yang hari ini terdengar langka.

"Wih, lo bawa stroberi buat gue, nih?"

ZiBos : Sippin' [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang