Jangan lupa Follow, Vote and Comennya❣️
Selamat membaca❣️❣️❣️
----------
"STEFFI TUNGGUIN AKU!!!"
Steffi menutup kencang kedua telinganya yang hampir pecah karna mendengar suara teriakan Meika di belakang sana.
Gadis itu berlari menghampiri Steffi di tengah-tengah koridor yang ramai. Banyak pasang mata yang menatap mereka berdua dengan tatapan yang berbeda-beda. Tetapi hal itu tidak di perdulikan oleh keduanya.
Meika merapihkan kunciran rambutnya yang berantakan. Kemudian menyengir lebar di depan Steffi, entah apa maksut gadis ini.
Steffi hanya bisa mengerutkan kening tak mengerti dengan tingkah laku sahabatnya. Apakah Meika sudah tidak waras? Pikirnya.
"Kenapa lo senyum-senyum sendiri? Bapak lo gajian ya?" Tebaknya membuat Meika mendengus kesal karna Steffi sama sekali tidak menyadari apa yang seharusnya gadis itu sadari.
"Bukan!"
"Terus kenapa dong?"
Meika mengelus-elus rambut hitamnya sembari menatap Steffi. Hal itu malah membuat Steffi tambah bingung dengannya.
"Ada yang baru gak dari aku?" Tanyanya.
Steffi mulai memperhatikan Meika dari ujung kaki sampai ujung kepala. Tetapi ia sama sekali tidak menemukan hal baru dari sahabat satu-satunya ini.
"Gatau gue, emangnya apaan?" Meika merenggut kesal karna Steffi terlalu lemah dalam kepekaan.
Meika memegangi kunciran rambut yang bertengger manis di rambutnya. "Nih liat, kunciran rambutku baru. Cantik kan?" Katanya dengan senang hati.
Steffi mangut-mangut. "Suka banget lo gunta-ganti warna kunciran, kayak anak kecil aja." Celetuknya membuat Meika melotot tak terima lalu memukul pelan bahu Steffi.
"Kan emang masih kecil!" Cetus Meika kemudian gadis itu berlalu meninggalkan Steffi dengan berjalan mencak-mencak seperti anak kecil yang sedang merajuk.
Steffi hanya bisa tertawa melihatnya. Meika itu sangat lucu, umurnya saja yang akan 17 tahun, tetapi tingkah laku gadis itu masih sama seperti anak tadika mesra.
Meika menaruh tas pink miliknya di atas meja. Gadis itu duduk lalu mengeluarkan ponsel yang ditaruh di dalam tas.
"Pou sudah di beri mam belum ya? Aku lupa," Ucapnya seorang diri.
Jari jemari nya mulai bergerak di depan layar. Menekan salah satu game yang Meika punya.
Pou.
"Tuh kan belum dikasih mam, aku lupa. Maafin Momy ya sayang," Meika mulai asik bermain Pou tanpa mau di ganggu.
Bagi Meika, Pou adalah anak semata wayangnya. Jadi ia sebagai Ibu harus merawat Anaknya sepenuh hati.
Steffi yang baru saja memasuki kelas pun ikut melihat Meika sedang bermain Pou. Steffi kadang heran, memangnya tidak ada game lain selain bermain Pou?
"Kumpulin kotorannya dong Mei," Ucap Steffi membuat Meika menoleh ke arahnya.
Meika menggeleng tak setuju. "Gamau ah, jorok." Balas Meika.
Steffi mendengus sebal. Gadis itu tersenyum lalu menatap Meika dengan tatapan penuh kebahagiaan.
"Mei lo mau tau gak?"
"Kamu nanya kayak gitu, seakan-akan kayak aku punya banyak pilihan aja buat ngejawab," Mendengar jawaban Meika membuat Steffi menyengir lebar lalu mendekati duduknya di sebelah Meika.
KAMU SEDANG MEMBACA
MEIKA [COMPLETED]
Teen Fiction[Di harapkan follow sebelum membaca] Kesempurnaan hanya milik sang pencipta. Tidak ada satupun orang di muka bumi ini yang bisa mencapai kata sempurna. Kesempurnaan, sering sekali kita di tuntut menjadi sempurna di mata orang lain padahal kita sendi...