BAGIAN 40

657 23 0
                                    

Jangan lupa Follow Vote and Comen ❣️

Selamat membaca ❣️

-------

Sudah dua hari berlalu saat kemarin hari Meika ulang tahun. Kini gadis itu sedang memakai kaus kaki pendek bewarna hitam dan memakai sepatunya. Setelah selesai berkutik dengan sepatu, gadis itu berdiri dan melihat Papahnya yang sedang buru-buru untuk masuk ke dalam mobil karna jadwal Fadlan pagi ini sangat padat di kantor.

Meika menghela nafas, ia ingin sekali rasanya berpamitan pada Papahnya dan juga mencium punggung tangan pria itu. Karna selama ini, Meika tidak pernah merasakannya. Fadlan selalu acuh saat Meika berpamitan sekolah kepadanya.

Lamunannya buyar saat namanya di panggil oleh Elgara. Cowok itu sudah siap nangkring di atas motor dengan helm kesayangannya.

Meika tersenyum tipis, gadis itu berlari dan langsung naik ke jok motor belakang. Kemudian mengeratkan pelukannya pada Elgara.

Motor Elgara kini membelah kota Jakarta di pagi hari. Di belakang sana Meika diam-diam memperhatikan wajah Abangnya dari kaca spion, wajah lelaki itu nampak murung. Meika tahu mengapa alasannya, itu semua karna Selly. Semalam Elgara bercerita kalau ia dan Selly sedang renggang, dan juga sudah tidak bertemu beberapa hari ini. Meika bingung, kenapa gadis itu tidak menyukainya hanya karna beralasan bahwa dirinya selalu mencuri waktu Elgara?

"Dek, udah sampe." Meika sontak tersadar dan turun perlahan dari motor. Gadis itu menatap kasihan wajah Abangnya.

"Bang Gara mukanya jangan di tekuk gitu dong, Mei ikutan sedih." Elgara tersenyum tipis lalu membelai rambut Meika yang di kuncir dua.

"Iya, Abang gak sedih lagi kok. Ya udah kamu masuk, jangan makan sembarangan ya?" Meika mengangguk kemudian berlalu masuk ke dalam wilayah sekolahannya.

Senyum yang terukir manis membuat wajah imut Meika semakin bertambah. Tas bewarna pink dan rambut yang selalu di kuncir dua itu membuat Meika lebih pantas menjadi anak TK dibanding anak kelas 12.

Meika berjalan santai di koridor sekolah yang ramai. Hari ini hari sabtu, jadwal sekolah pun hanya untuk yang mengikuti ekskul dan sama sekali tidak ada mata pelajaran di hari ini.

Senyum yang tadinya terukir manis kini memudar. Langkah kakinya terhenti saat mendapati tatapan yang bahkan tidak Meika mengerti apa maksutnya. Pasalnya, murid-murid yang ada di koridor ini menatapnya penuh arti, seakan-akan mereka menatap sampah yang patut di jauhkan.

Ada apa? Benaknya.

Mengapa mereka menatapnya seperti itu? Apakah ada yang salah dari penampilannya hari ini? Atau bahkan ada sesuatu yang Meika tidak tahu? Kedua telinganya mulai mendengar bisikan-bisikan mereka, Meika tidak bisa dengan jelas mendengarnya.

Gadis mungil itu terkejut saat bahunya di dorong oleh Putri yang di belakangnya ada teman-teman dari gadis itu. Meika mendongak menatap wajah Putri yang kini tertawa meremehkannya. Entah apa maksut gadis ini, kenapa Putri memperlakukannya seperti ini lagi?

"Oh, jadi ini yang rumornya punya penyakit mental."

Bagai disambar petir di pagi hari. Kedua mata Meika membulat mendengar ucapan Putri yang spontan, bahkan dirinya mematung pada saat Putri kembali menertawai dan di ikuti teman-temannya.

Ya tuhan, apalagi ini?

"Why? want to cry? Rumor tentang penyakit lo udah kesebar luas kali di grup, nih lo lihat sendiri." Putri menyodorkan layar ponselnya tepat di wajah Meika.

MEIKA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang