BAGIAN 32

631 17 0
                                    

Jangan lupa Follow Vote and Comen ❣️

Selamat membaca ❣️

---------

Meika berlari menghampiri Arsenio yang berjalan dengan langkah cepat di koridor. Kemudian gadis itu menyamakan langkahnya membuat Arsenio tersenyum lalu mengacak gemas puncak rambut Meika.

"Kamu mau kemana? Kok buru-buru gitu?" Tanya Meika sembari menggigit permen lollipop yang sedaritadi ia lahap.

Arsenio menunjukkan Camera kecil di tangannya. Seketika Meika memberhentikan langkahnya. Bergeming dengan pandangan ke arah Camera itu. Bayangannya mengingat kembali saat ia ketakutan di toilet. Hal itu membuat Arsenio menggenggam erat telapak tangan Meika yang tiba-tiba saja dingin.

"Lo gak usah takut lagi ya. Rekaman itu udah dihapus secara permanent sama Paman gue, jadi udah gak ada jejak sama sekali." Arsenio mengusap lembut pipi gadisnya.

Meika mengukir senyuman. Ternyata, Arsenio baik. Lelaki itu yang selalu menolongnya, memperdulikannya selama mereka kenal. Padahal dulu Meika tidak berfikir untuk menjadi kekasih Arsenio, ia juga beranggapan bahwa mereka hanya akan menjadi sebatas teman saja. Tetapi kenyataan jauh berbeda, Meika benar-benar bersyukur sudah dipertemukan dengan lelaki baik seperti Arsenio. Bahkan, saat lelaki itu tahu penyakit yang di deritanya, Arsenio masih mau menerimanya.

Arsenio mengajak Meika untuk menemui kembali Bu Indah. Lelaki itu memberikan Camera tersebut pada Bu Indah yang sedang bersama Pak Galih-selaku kepala sekolah SMA ini.

"Saya sudah menghapus rekaman di Camera ini, langkah selanjutnya hanya tinggal mencari siapa pelaku sebenarnya. Apakah pihak sekolah sudah menemukan bukti-bukti kecil?" Bu Indah dan Pak Galih bertatapan satu sama lain mendengar pertanyaan dari Arsenio.

"Saya sudah meminta petugas sekolah untuk memeriksa CCTV toilet. Beliau bilang kalau terdapat beberapa murid perempuan yang datang setelah Meika masuk ke dalam toilet. Saya tidak bisa memastikan siapa pelaku di antara mereka, karna gerak-gerik mereka tidak ada yang mencurigakan," Ucap Pak Galih yang juga sudah menyaksikan rekaman CCTV tersebut.

"Boleh saya melihat rekaman CCTV itu?" Tanya Arsenio seantusias mungkin.

"Boleh saja Arsen, tetapi masalahnya di dalam rekaman itu tidak terlalu jelas ciri-ciri dari murid-murid yang datang setelah Meika, karna arah CCTV juga tidak terlalu mengarah ke pintu toilet," Arsenio mendesah berat. Bagaimana bisa CCTV itu tidak mengambil jelas gambar dari para murid?

Bu Indah menghela nafas pelan kemudian menatap bergantian wajah anak muridnya. "Kalian tenang saja, pihak sekolah tidak akan berhenti mencari tahu siapa dalang dibalik kasus ini." Arsenio hanya mengangguk lalu berpamitan untuk keluar bersama Meika yang masih di genggam tangannya.

Kini, mereka berdua ada di kantin dan langsung memesan makanan. Steffi, Kandra dan juga Galen menyusul dan ikut bergabung bersama mereka berdua.

"Gal, pesenin gue dong." Steffi menyuruh Galen untuk memesankan nasi goreng untuknya. Kakinya terlalu malas untuk berjalan lagi walau hanya ke kasir yang jaraknya dekat.

Galen mendengus, tetapi ia mengikuti permintaan Steffi dan pergi ke kasir.

Kandra menatap bergantian kedua sejoli yang hanya diam saja tanpa banyak bicara. Terlebih lagi Meika yang biasanya banyak bicara kini hanya diam.

"Kalian berdua kenapa?" Tanya Kandra.

Meika menggeleng sebagai jawaban. "Aku gak apa-apa kok, kalau kamu kenapa?" Steffi hampir saja tertawa mendengar pertanyaan Meika yang di lontarkan pada Arsenio.

MEIKA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang