BAGIAN 46

707 18 0
                                    

Jangan lupa Follow Vote and Comen ❣️

Selamat membaca ❣️

----------

Sudah tiga hari berlalu saat kemarin Meika mengikuti acara festival musik di sekolahnya. Dan hari ini Meika memutuskan untuk kembali bersekolah karna Bundanya sudah memohon kepada Fadlan untuk mengizinkan Meika pulang kerumah dan pergi ke sekolah, walaupun sebenarnya Fadlan tidak sepenuhnya mengizinkan anak itu untuk kembali beraktivitas.

Meika turun dari anak tangga rumahnya dan menghampiri anggota keluarganya yang sedang sarapan pagi di meja makan. Penampilan Meika yang masih sama seperti setiap hari pun membuat Elgara tersenyum melihatnya. Elgara sudah lama merindukan Meika memakai baju seragam sekolah dan pita merah yang menempel di atas rambutnya.

"Selamat pagi sayang, sarapan dulu ya sebelum berangkat sekolah." Sapa Widya kemudian menuangkan nasi dan lauk di piring Elgara dan Meika.

"Nah gini dong, ini baru Adiknya Abang." Kata Elgara sembari mengusap-usap puncak rambut Meika.

Meika tersenyum senang lalu meneguk pelan air putih. Keningnya berkerut pada saat ia menyadari tidak ada Papahnya disini. Kemana pria itu? Biasanya Fadlan selalu ikut sarapan bersama.

"Bun, Papah kemana? Kok gak ikut sarapan?" Tanya Meika.

Widya menghela nafas pelan lalu duduk di bangku yang berhadapan dengan Meika. Kemudian netranya menatap wajah Meika yang sudah tidak pucat lagi.

"Papahmu lagi kurang sehat, gara-gara kebanyakan bergadang ngerjain tugas kantornya jadi kurang tidur. Padahal Bunda selalu ingetin buat tidur yang cukup tapi Papahmu keras kepala." Meika yang mendengar ucapan Bundanya pun langsung sedikit khawatir dengan Papahnya. Mengapa ia baru mengetahui bahwa Fadlan sedang sakit?

Setelah selesai sarapan. Elgara mengajak Meika untuk pergi ke sekolah. Tetapi gadis itu menyuruh Abangnya untuk menunggunya di depan rumah karna ada sesuatu yang ia lupakan di dalam kamar.

Bukan, bukan itu tujuannya. Sebenarnya itu hanya alasan saja untuk Elgara mau menunggunya di depan. Sebenarnya Meika hanya ingin melihat kondisi Papahnya di kamar. Karna percayalah, ia tidak akan bisa tenang karna memikirkan ucapan Bundanya tadi.

Pelan tapi pasti, Meika membuka knop pintu kamar Papahnya yang tidak di kunci. Gadis itu mengedarkan pandangannya saat pintu sudah di buka, dan tatapannya tertuju pada seseorang yang sedang berbaring lemas di bawah selimut yang tebal.

Kasihan Papahnya, Meika sangat tidak tega melihat itu.

Dengan segala nyali yang sudah di kumpulkan. Meika melangkah masuk ke dalam kamar. Ah, sudah lama sekali Meika tidak menginjakkan kakinya di kamar Bunda dan Papahnya. Alasannya tidak jauh dari Fadlan, pria itu benar-benar melarang Meika untuk masuk ke dalam kamar mereka berdua.

Meika mendekati Papahnya yang memejamkan mata. Gadis itu menunduk memperhatikan wajah Papahnya yang sangat pucat, membuat Meika semakin khawatir dengan kondisi pria ini.

Meika menempelkan lututnya di lantai yang dingin. Gadis itu terus menatapi wajah Papahnya yang masih tertidur. Air mata lolos tanpa izin, rasanya sesak sekali saat melihat wajah Papahnya sedekat ini. Karna jujur saja, selama hidupnya Meika tidak pernah melihat wajah Fadlan dari jarak yang dekat, jangankan seperti itu, melirik Meika saja Fadlan enggan.

Ternyata begini ya rasanya ada di dekat Papahnya? Ternyata wajah pria itu sedikit mirip dengannya. Kedua matanya sangat persis dengan mata Meika.

Meika mengangkat tangannya dan menempelkan telapak tangannya di atas kening Papahnya yang sangat panas. Gadis itu sedikit meringis karna merasakan bagaimana hawa panas dari tubuh pria itu.

MEIKA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang