BAGIAN 09

859 27 0
                                    

Jangan lupa Follow, Vote and Comen ❣️

Selamat membaca ❣️

----------

Arsenio masuk ke dalam ruang guru di sekolahnya, cowok itu baru saja dipanggil oleh Bu Fira--selaku wali kelas. Entah apa yang membuat ia dipanggil kesana, Arsenio tidak tahu.

Suara pintu terbuka membuat wanita berumur 42 tahun itu mendongak saat sedang sibuk menulis nama-nama murid yang alfanya lebih dari 3 kali.

Bu Fira menatap wajah Arsenio yang datar tanpa ekspresi. Terkadang Bu Fira bingung dengan anak muridnya ini, apakah Arsenio dari lahir sudah mempunyai wajah datar nan acuh seperti yang ia lihat sekarang?

"Arsenio, Ibu memanggil kamu kesini karna ada amanat dari guru mapel matematika, beliau menyampaikan kepada saya untuk memberitahukan ke kamu kalau nilai-nilai harianmu sudah mencapai untuk bisa mengikuti olimpiade bulan depan," Ucap Bu Fira kepada Arsenio yang masih diam.

"So?"

Bu Fira menghembuskan nafasnya, berusaha sabar menghadapi anak muridnya yang satu ini.

"Kamu berminat untuk ikut olimpiade tersebut atau tidak? Bu Neti harus konfirmasi sama kamu dulu sebelum dia mendaftarkan namamu disana," Arsenio hanya mengangguk satu kali. Membuat Bu Fira bingung karna tak mengerti arti anggukan tersebut.

"Mau atau tidak?"

"Iya," Bu Fira bernafas lega. Arsenio ini membuat darahnya tinggi.

"Yasudah kalau gitu nanti saya sampaikan persetujuan kamu ke Bu Neti. Oh iya, saya mau minta tolong juga," Bu Fira mengambil lembar kertas yang berisikan nama-nama murid.

"Apa?" Tanya Arsenio sambil memandang nama-nama tersebut.

"Ini nama-nama murid yang kemarin nilainya dibawah KKM, tolong kamu tempel di depan pintu kelas, suruh mereka yang merasa namanya tertulis untuk menemui saya." Arsenio mengangguk kemudian berpamitan keluar karna bel masuk sudah berbunyi.

Sepanjang perjalanan Arsenio tidak henti-hentinya memandangi nama Meika yang tercatat di kertas ini. Kenapa bisa cewek itu mendapatkan nilai dibawah KKM? Bahkan Steffi pun tidak ada namanya disini.

Selesai menempel kertas tersebut, Arsenio kembali duduk di tempatnya. Membiarkan teman-teman di kelasnya berkerumun melihat isi kertas yang baru saja ditempel oleh Arsenio.

Perhatian Arsenio tertuju pada tempat duduk Meika yang kosong, hanya ada Steffi yang duduk sendiri disana. Kemana Meika? Apakah gadis itu tidak masuk hari ini? Tumben sekali Meika tak masuk kelas.

Ah, Arsenio membuang rasa perdulinya jauh-jauh. Untuk apa ia membuang waktunya hanya untuk berfikir kemana gadis itu.

...

"Woi Sen! Melamun bae lo, nanti kesambet setan janda bolong baru tau rasa." Arsenio menggeser posisi duduknya membiarkan Galen duduk di sebelahnya.

"Setan janda bolong tuh gimana sih?" Tanya Kandra yang baru mendengar nama hantu tersebut.

Galen menelan sosis bakar yang ia beli di kantin tadi. "Setannya mati waktu dia jadi janda," Balas Galen.

Kandra menaikkan satu alisnya. "Terus bolongnya kenapa?" Tanya cowok itu terlanjur penasaran.

"Tanya sama setannya! Lo kira gue bapaknya," Kesal Galen karna Kandra bertanya seakan ia tahu segalanya.

Arsenio hanya diam mendengarkan kedua sahabatnya berdebat. Cowok itu memperhatikan Steffi yang menghampiri mejanya dan ikut bergabung duduk bersamanya.

MEIKA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang