BAGIAN 36

555 21 0
                                    

Jangan lupa Follow Vote and Comen ❣️

Selamat membaca ❣️

--------

Bughhh

Arsenio mengusap kasar darah yang mengalir dari hidungnya. Lelaki itu menatap tajam wajah Elgara yang memberikannya satu pukulan tepat di pipi lelaki itu.

Elgara menyodorkan telapak tangannya di depan Arsenio untuk membantu lelaki itu bangkit dari duduknya. Kemudian di tepuk-tepuk bahu Arsenio yang baru saja di berikan pelajaran.

"Gitu doang?" Tanya Arsenio dengan alis yang terangkat.

Elgara menghela nafas kemudian memberikan obat pereda nyeri kepada Arsenio. Kedua lelaki itu sedang berada di dalam kediaman Elgara, kedua orang tuanya tidak ada dirumah, sementara Meika masih mengurung diri di dalam kamar. Walaupun gadis itu tahu bahwa Arsenio ada dirumahnya, Meika tidak kunjung keluar untuk menemukan Arsenio.

"Satu pukulan buat elo yang bikin adek gue nangis," Ucap Elgara sembari meneguk jus buatannya.

Tadi, ia sudah mendengar cerita dari mulut Arsenio tentang kejadian kemarin di sekolah. Bahkan Arsenio terang-terangan mengakui dirinya salah karna tidak ada usaha untuk keluar dari gudang dan berakhir kesalah pahaman. Elgara percaya kepada Arsenio karna lelaki ini benar-benar mencintai Adiknya. Elgara bukanlah sosok Abang yang terlalu mengekang pilihan sang Adik. Jika menurut Meika Elgara baik, maka menurut Elgara juga sama. Lagipula Elgara juga sedikit merasa janggal dengan cerita yang di berikan Arsenio kepadanya.

Satu pertanyaan muncul di dalam benak Elgara. Siapa orang yang mengambil foto itu dan menyebarkannya ke grup?

"Lo tau siapa orang pertama yang kirim foto itu?" Tanya Elgara.

Arsenio nampak menggeleng tidak tahu. "Galen bilang kalau itu nomor yang baru masuk ke grup, nickname di WhatsApp juga cuman titik doang. Gak ada yang tau itu nomor punya siapa, pemilik nomor jarang ikut nimbrung," Elgara semakin mengerutkan kening karna rasa penasaran di dalam dirinya semakin menguasai.

"Boleh kirim nomor itu ke gue? Biar gue bisa lacak nomor itu," Kata Elgara sembari mengeluarkan ponselnya.

Arsenio menghela nafas berat mendengarnya. "Gue udah coba lacak nomor itu Bang. But, the number is completely private and refuses to be accessed," Elgara menaikkan sebelah alisnya mendengar perkataan Arsenio. Ternyata orang di balik teror-teror ini bukan orang bodoh yang bisa di cari begitu saja.

"Licik juga," Gumam Elgara.

"Coba kirim nomor itu ke gue," Arsenio mengangguk kemudian mengirimkan salinan nomor tersebut lewat via WhatsApp.

"Bang, gue boleh izin ke kamar Meika?" Elgara hanya mengangguk mengizinkan lelaki itu untuk membujuk Meika agar berhenti marah kepadanya.

Arsenio menarik nafas panjang sebelum mengetuk pintu kamar Meika untuk yang ketiga kalinya. Sedaritadi lelaki itu bulak-balik kedepan pintu kamar Meika tetapi gadisnya sama sekali tak mau membukakan pintu.

"Mei, You still angry with me?" Kata Arsenio sambil mengetuk-ketuk pintu kamar gadis itu.

Merasa tidak ada yang menjawab. Arsenio menghela nafas. "Sayang, buka dulu pintunya." Katanya.

"BISA GAK SIH KALAU NGOMONG GAK USAH PAKE BAHASA INGGRIS, AKU GAK BAKAL NGERTI!" Sahut Meika dari dalam kamarnya.

Arsenio terkekeh kecil. Kemudian menatap wajah Meika yang kini sudah membukakan pintu untuknya. Kedua mata gadis itu terlihat sembab sehabis menangis, kunciran di kedua rambutnya juga berantakan. Tetapi malah membuat Arsenio semakin gemas pada gadis ini.

MEIKA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang