BAGIAN 08

913 33 0
                                    

Jangan lupa Follow, Vote and Comen ❣️

Selamat membaca ❣️

----------

Meika mencari-cari jepitannya yang hilang, cewek itu sedaritadi mondar-mandir di sekiling kamar. Meika membuka laci tetapi tak juga ditemukannya jepitan itu. Kemudian Meika mengangkat bantal dan ternyata jepitannya terselip disana.

Gadis itu tersenyum manis menatap jepitan bewarna pink favoritnya. Di pakainya jepitan itu di rambut yang sudah ia kuncir lebih dulu.

Meika mengambil tas yang tergantung kemudian di pakainya. Gadis itu langsung keluar kamar menuruni satu persatu anak tangga.

Meika memperhatikan interaksi ketiga anggota keluarganya tengah berbincang asik di meja makan. Elgara tertawa saat Papahnya memberikan lelucon garing, membuat wajah Elgara memerah.

Widya geleng-geleng kepala dengan kelakuan anak dan suaminya itu. Kemudian mata Widya menangkap anak gadisnya sedang berdiri di dekat tangga.

"Mei, sini sarapan dulu sayang." Meika mengangguk kemudian menghampiri Bundanya. Gadis itu menggeser satu kursi kemudian langsung mendudukinya.

Tawa indah yang tadi terdengar, kini sudah senyap saat Meika hadir. Fadlan--Papah Meika dan Elgara kini hanya diam dengan wajah datar sambil melahap nasi goreng buatan istrinya.

Elgara hanya diam, merasa tak nyaman dengan suasana ini. Cowok itu menatap wajah Adiknya dari samping. Wajah yang sangat Elgara ketahui bahwa gadis itu menyimpan rasa takut saat ini.

"Makan dulu ya, biar perutnya gak kosong." Meika tersenyum menatap Bundanya. Kemudian cewek itu melahap pelan nasi goreng.

"El, skripsi mu sudah selesai?" Elgara mengangguk atas pertanyaan Papahnya.

"Lalu? Bagaimana hasilnya?"

"Hasilnya bagus kok Pah, dosen El juga bilang kalau nilai El yang lebih tinggi daripada yang lain." Fadlan tersenyum bangga dengan kepintaran yang anaknya miliki.

"Pertahankan selalu nilai-nilai kamu El. Selama ini kamu rajin belajar, bukan yang bisanya cuman main-main doang," Fadlan melirik ke arah Meika membuat sang empu ikut menatapnya.

Meika menunduk, merasa tersindir oleh perkataan Papahnya yang menyakitkan. Ia tahu betul bahwa Papahnya sedang membicarakan dirinya.

Widya yang sadar pun mengelus pelan punggung putrinya. Tersenyum hangat pada Meika yang menunduk.

"Nanti malam ikut Papah ya El?"

"Kemana Pah?"

"Kita pergi kerumah kerabat Papah, anaknya ulang tahun. Bundamu juga ikut," Elgara mengangguk setuju atas ajakan Papahnya.

Meika? Cewek itu sangat apal betul kalau Papahnya hanya mengajak Elgara. Selama ini Meika tidak pernah di izinkan untuk ikut ke acara penting kerabat Papahnya. Selalu saja yang di ajak hanya Elgara, seperti anak pria itu hanya Elgara saja.

Meika memeluk erat tubuh Elgara saat mereka berdua sudah berada di tengah perjalanan ke sekolah. Elgara menatap wajah Meika dari kaca spion motornya. Wajah gadis itu terlihat murung dan sedang melamun menatap jalanan.

Kasihan Meika, Elgara tidak tega melihat Adiknya yang seperti ini. Terkadang Elgara bingung, kenapa Papahnya tidak bisa memperlakukan Meika sama seperti Papahnya memperlakukan Elgara? Padahal, Meika juga pernah mendapatkan nilai-nilai tinggi walau tidak sesering Elgara. Tetapi setidaknya gadis itu sudah berusaha kan?

Meika menghembuskan nafasnya. Cewek itu turun dari boncengan motor Elgara saat sudah sampai didepan gerbang sekolahannya.

"Mei, are you okay?"

MEIKA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang