BAGIAN 42

628 22 1
                                    

Jangan lupa Follow Vote and Comen ❣️

Selamat membaca ❣️

----------

Fadlan menggebrak meja kerjanya dengan keras. Lelaki itu berdecak karna masalah yang terjadi kali ini membuat nama baiknya tercoreng. Dari kemarin bahkan sampai sekarang kerabat dan teman di kantornya tidak berhenti membicarakan tentang info yang menyebar luas tentang Meika. Mereka mengatakan kalau selama ini Fadlan sudah sengaja menyembunyikan anak perempuannya karna riwayat yang gadis itu punya.

Kenapa mereka semua malah beramsumi buruk tentangnya? Apakah yang di lakukannya selama ini salah? Fadlan menyembunyikan Meika dari semua orang karna tidak ingin nama keluarganya menjadi bahan omongan. Fadlan hanya ingin mengenalkan nama Elgara kepada semua orang karna anak sulungnya itu patut di banggakan. Tidak seperti Meika yang malah tak mempunyai bakat apa-apa, apalagi penyakit mental yang ia punya sudah tersebar luas.

"Mas, aku mau ke tempat Meika. Kamu mau ikut?" Fadlan sontak menoleh menatap Widya yang berdiri di ambang pintu. Akhir-akhir ini hubungannya dengan Widya sedang renggang, bahkan saat malam pun istrinya itu memilih tidur di kamar Meika ketimbang tidur satu ranjang bersamanya.

Fadlan menggeleng, tentu saja ia menolak. Untuk apa ia menjenguk Meika disana? Fadlan tidak akan menghabiskan waktu hanya untuk anak itu. Masalah yang datang pun karna Meika.

Widya mengangguk singkat kemudian kembali menutup pintu ruang kerja pribadi Fadlan. Pria itu bisa melihat kedua mata istrinya yang sembab akibat sering menangis setiap malam dalam tidur. Wanita itu tidak henti-hentinya berdoa agar diberikan kesehatan untuk Meika. Tetapi Fadlan sama sekali tak iba dan malah memilih untuk tidak memperdulikannya. Fadlan juga memilih untuk fokus pada perusahaan ketimbang memikirkan kondisi anak bungsunya itu.

...

Arsenio menghela nafas pelan menatap gantungan kucing yang saat itu Meika berikan kepadanya. Arsenio juga tak henti-hentinya melihat satu-persatu foto Meika yang ada di dalam galeri HP. Gadis ini...Arsenio sangat merindukan tawanya dan kekonyolannya.

Hari ini sekolah sedang di liburkan karna ada rapat guru, Arsenio berniat untuk datang ke tempat psikiater untuk menjenguk Meika bersama Elgara tentunya. Lelaki itu semalam mengajak Arsenio untuk ikut kesana, dan tanpa ragu Arsenio langsung setuju. Ia juga ingin menemui gadisnya, Arsenio sangat merindukan Meika.

"Bang, gue mau pergi dulu sama Mamah." Arsenio membalikkan tubuhnya menatap wajah Gentala yang berdiri di depan pintu.

Lelaki itu mengangguk sekali kemudian Gentala berniat untuk turun ke lantai bawah. Tetapi karna ada sesuatu yang lupa di sampaikan, lelaki itu memundurkan langkahnya kembali di depan pintu.

"Oh iya, lo di panggil Ayah." Arsenio berdecak. Apalagi yang akan Ayahnya bicarakan? Arsenio sedang malas untuk meributkan hal tak penting dengan Ayahnya.

Mau tak mau lelaki itu keluar dari dalam kamar dan tidak lupa kembali menutup pintu. Kemudian ia berjalan menuju lantai tiga ke ruangan pribadi Ayahnya.

Seperti biasa, Arsenio langsung duduk di depan Ayahnya yang sudah menunggu kehadiran Arsenio disini. Tatapan pria itu tidak bersahabat, membuat Arsenio sudah menebak bahwa pria itu akan menanyakan satu hal yang penting.

"I think you already know what I'm going to talk about. Arsen, Ayah sudah tau tentang berita yang menyebar di sekolahmu. Meika, dia pacarmu kan?" Arsenio menatap datar Ayahnya. Ternyata ini yang menjadi pembahasan antara Arsenio dan Bagas?

"Ayah tidak melarang kamu untuk menjalani hubungan dengan siapa saja, pilih sesuka hati kamu perempuan yang mana yang menurut kamu layak bersanding denganmu. But, for that one girl, I don't agree," Ucapan Bagas mampu membuat Arsenio sedikit tidak suka mendengarnya. Apa maksut perkataan Ayahnya? Mengapa pria itu tidak mengizinkan Arsenio untuk bersama Meika?

MEIKA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang