BAGIAN 17

656 18 0
                                    

Jangan lupa Follow, Vote and Comen ❣️

Selamat membaca ❣️

----------


Arsenio dan kedua orang tuanya sedang duduk di tempat tunggu. Mereka bertiga tengah berada di bandara, menunggu kehadiran Gentala yang hari ini pulang dari Bali. Sebenarnya Arsenio malas melakukan ini, memang Adiknya saja yang terlalu berlebihan ingin di jemput di bandara oleh keluarganya. Seakan-akan lelaki itu seperti baru pulang dari luar negeri. Saat Arsenio pulang dari Prancis saja tidak ada yang menunggunya di bandara.

"Mah, lama banget." Metta terkekeh kecil mendengar keluhan Arsenio yang duduk di sebelahnya. Wanita itu mengelus rambut anaknya yang merautkan wajah kesal menunggu Gentala.

"Kamu lapar ya? Cari makanan aja gih, biar Mamah sama Ayah yang nunggu Gentala disini." Ide yang tepat. Arsenio beranjak berdiri dan berlalu pergi dari tempat tunggu mencari salah satu restauran yang ada disini.

Lelaki itu berjalan dengan raut wajah tenang tanpa ingin di ganggu. Penampilan Arsenio hari ini sangat rapih. Mengingat sekarang hari minggu membuatnya tidak berangkat ke sekolah tadi pagi.

Arsenio memandang sebuah restauran didepannya. Tanpa berfikir panjang, lelaki itu masuk kedalam restauran dan duduk di salah satu meja yang kosong. Kemudian mulai memesan makanan karna perutnya sama sekali tidak di isi nasi sejak pagi.

Selama menunggu pesanannya datang, Arsenio memilih menyibukkan dirinya dengan ponsel. Menyimak perbincangan Kandra dan Galen di grup WhatsApp mereka. Kedua sahabatnya itu sedang membicarakan tentang gadis berjilbab yang kemarin Galen temui di aula.

"Permisi Mas, ini pesanannya. Selamat menikmati," Arsenio mengangguk lalu sesaat kemudian mendongak menatap pelayan yang mengantarkan makanannya.

Kesya?

Kedua mata mereka bertemu. Arsenio yang hanya merautkan wajah datar dan Kesya yang terkejut melihat Arsenio disini.

"A..arsen?" Arsenio hanya berdeham singkat lalu merautkan wajah acuhnya dan memilih untuk tidak menatap wajah Kesya yang masih berdiri di dekatnya.

Ternyata Kesya bekerja disini? Bagaimana bisa?

"S.. saya kembali kesana dulu ya Arsen, kalau ada yang kurang panggil saja aja." Arsenio mengangguk lalu membiarkan Kesya pergi melanjutkan pekerjaannya.

Arsenio melahap makanan yang ia pesan, perutnya sudah kelaparan sejak tadi. Memang mengesalkan sekali Adiknya itu, gara-gara Gentala, Mamahnya sampai tidak punya waktu untuk memasak sebab Gentala yang terus merajuk ingin cepat-cepat di jemput padahal pesawatnya saja belum terlihat sampai sekarang.

Setelah beberapa menit menghabiskan waktu makannya. Arsenio memilih duduk di salah satu bangku panjang yang memang tersedia disana. Lelaki itu sedang merokok, maka dari itu ia memilih untuk ke tempat yang jauh dari ramainya orang banyak.

Tetapi, ia tak sendiri disini saat kedua mata elang Arsenio memperhatikan kehadiran Kesya yang menghampirinya. Gadis itu sedikit kikuk saat duduk di sebelahnya, membuat Arsenio hanya diam memandangi wajah Kesya.

Tidak ada perbincangan yang keluar dari keduanya, hanya ada hembusan angin yang berlalu-lalang di antara mereka. Hingga akhirnya Kesya memberanikan diri mengeluarkan suara.

"Kamu kok bisa ada disini?" Kesya lantas menunduk saat Arsenio menoleh menatapnya.

Arsenio menghisap isapan terakhir pada rokoknya lalu membuangnya. Ia tidak pernah mau merokok jika bersama perempuan, asap-asap ini akan membahayakan pernafasan.

MEIKA [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang