"Mas.. Gimana mas? Cantik gak dokter Maura?" Mungkin sudah lebih dari sepuluh kali pertanyaan itu keluar dari mulut Andro, dan Farhan hanya bisa mendengus kesal saja. Kalau saja di depannya tidak ada Marsih, Anggun dan Davin sudah pasti dia akan mengamuk ke Andro.
"Udah cantik, pinter, trus keliatan banget kan mas kalau dokter Maura itu tipe independent woman gitu kan?" Kali ini Andro malahan menowel-nowel lengan Farhan yang duduk di sampingnya. Farhan sudah tidak bisa menahan lagi dengan tingkah konyol adik iparnya itu langsung mendelik tajam ke Andro. Sedari pulang dari kafe di depan rumah sakit tadi, Andro terus saja meracau soal Maura.
"Sebentar tho, ini tuh kaliah lagi ributin apaan sih? Dari tadi kok ibu liatin kalian ribut sendiri" Marsih yang dari tadi penasaran lalu berucap.
"Gak ada apa....." Belum selesai Farhan berbicara, Andro langsung memotong Farhan. Dia juga menggeser duduknya menjadi lebih dekat dengan Marsih hingga dia menutupi Marsih dari Farhan.
"Ini lho bu, Andro mau ngenalin mas Farhan sama kenalannya Andro. Namanya Maura, dokter trus cantik lagi bu. Andro lihatnya sih cocok sama mas Farhan..... Eeerrggghhh"
Farhan yang sudah tidak sabar, memiting leher Andro membuat Andro menjadi sedikit terjungkang ke arah Farhan.
"Lho, ya gak masalah tho kalau memang cocok." Marsih tesenyum saja waktu mendengar penjelasan Andro. Marsih tentu tahu ke arah mana sebenarnya maksud Andro.
"Bukan gitu bu... Farhan kan belum kenal sama Maura itu. Lagian kan belum tentu kalau Mauranya itu belum punya pasangan juga"
Marsih tersenyum. Dia sangat tahu, bukan itu alasan dari Farhan belum menikah, walaupun sudah beberapa kali Marsih menanyakan. Farhan masih belum bisa melepas sepenuhnya adiknya pada Andro. Kejadian di masa lalu membuat Farhan tidak bisa percaya seratus persen pada Andro, walaupun sudah sepuluh tahun lebih adiknya itu menikah dan Andro juga sudah membuktikan janjinya pada Farhan.
"Coba kamu lihat itu" Marsih lalu mengarahkan pandangannya pada Anggun yang sedang menemani Davin belajar dan Farhan mengikutinya.
"Ibu tahu, sebenarnya adikmu kan yang kamu takutkan? Tapi kamu bisa lihat kan sekarang, bagaimana kondisinya. Dia baik-baik saja sekarang. Bahkan dia sudah bisa tertawa."
Farhan sejenak melihat ke Anggun. Benar yang dikatakan oleh ibunya. Adiknya itu sekarang memang sedang mengajari Davin untuk belajar. Sampai sekarangpun Farhan masih mengawasi semua hal tentang Anggun. Dia tidak melewatkan hal sekecil apapun yang berhubungan dengan Anggun.
"Eh, kok ke Anggun? Lha apa hubungannya ya Maura sama Anggun? Anggun udah kenal sama Maura?" Andro yang mendengar interaksi Marsih dan Farhan menjadi bingung saat nama Anggun disebut.
"Bentar... Bentar... Hm... Mas Farhan masih ragu sama Andro mas?" Andro akhirnya bisa paham tentang arah perbincangan antara Marsih dan Farhan. Sikap cerianya tadi selalu dia tunjukkan berubah menjadi murung.
Pandangan Farhan lantas beralih ke Andro yang juga memandangnya, tapi dengan pandangan yang sayu. Ada kekecewaan di pandangan Andro saat menyadari bahwa Farhan masih belum bisa percaya sepenuhnya kepadanya.
Situasi menjadi serba salah. Suasana berubah menjadi canggung dan serba salah. Cerita masa lalu diantara mereka mau tidak mau terangkat kembali.
"Sudah, tidak perlu lagi menengok ke belakang. Semuanya sudah terjadi. Kita tidak akan bisa kembali ke masa lalu. Sekarang bagaimana kita bisa hidup lebih baik lagi." Marsih menengahi saat dia melihat Farhan hanya bisa diam saja saat Andro bertanya tadi.
"Maafin gue. Gue masih belum bisa percaya seratus persen ke lu. Bener, apa yang udah kejadian gak bakalan balik, cuman kalau mau jujur, kejadian lalu itu membekas banget di gue. Rasa bersalah gue terus saja muncul. Gue udah gagal jagain adik gue sendiri" Farhan masih merasa bersalah dengan kejadian masa lalu adiknya. Dia semakin merasa bersalah saat dia sendiri yang menikahkan adiknya itu dengan Andro.
Andro langsung menunduk. Dia merasa kalau apa yang sudah dia lakukan dan semua pengorbanannya masih belum cukup untuk membuat Farhan percaya kepadanya.
GREB...
"Maafin gue... Gue janji mulai sekarang gue coba buat bisa percaya sama lu."
Andro kaget saat tiba-tiba Farhan memeluknya erat. Dia lantas membalas pelukan itu. Ucapan dari Farhan hanya dijawab anggukan saja oleh Andro. Dia juga sadar jika dia apa yang terjadi di masa lalu mereka adalah kesalahannya.
Marsih yang melihat itu semuanya hanya bisa tersenyum lega.
"Udah, sekarang terusin cerita soal siapa tadi namanya? Maura?" Marsih lalu mengalihkan pembicaraan.
"Eh, itu. Bentar bu.. Ini.." Ujar Andro sambil menyerahkan ponselnya yang menampilkan foto Maura.
"Siapa bu? Kok cantik gitu?" Anggun yang sudah selesai mengajari Davin dan kemudian menidurkannya di kamar, lalu bergabung dengan yang lainnya.
"Calonnya mas Farhan............. ADUH!" Andro langsung mengelus kepalanya yang di geplak Farhan. Andro yang melihat ke Farhan malah mendapat hadiah pelototan tajam dari Farhan.
"Lho, mas Farhan udah ada calon tho? Mbok dibawa ke sini mas. Anggun kan ya pengen kenalan. Iya kan bu?" Jelas saja Anggun kaget. Selama ini dia tidak pernah melihat kakak lelakinya itu menggandeng wanita.
Akhirnya Marsih dan Andro menjelaskan siapa itu Maura dan tentang rencana Andro yang akan mendekatkan Farhan ke Maura. Anggun langsung saja menganggukkan kepalanya tanda dia menyetujui apa yang dilakukan suami dan ibunya itu.
Farhan sekarang seperti tersangka saat semua yang ada di rumah mendukung untuk dia mengenal dan bahkan menjalin hubungan dengan Maura.
"Tenang mas.. Andro bantuin kok. Kan Andro udah bilang kalau Andro bakalan jadi mak comblang!"
"Oke.. Oke... Farhan akan coba dulu buat deketin Maura itu." Perkataan Farhan lantas disambut dengan senyuman yang lebar dari semua orang di rumah itu. Mungkin juga sudah saatnya untuk memikirkan tentang dirinya sendiri.
"Siipp... Kalau gitu pas besok mas Farhan ke Jepang, mas Farhan harus bawa oleh-oleh! At least kemarin kan dokter Maura tahu kalau mas Farhan mau ke Jepang, trus dia juga pengen ke Jepan kan? Jadi kayaknya ngasih oleh-oleh ke dokter Maura sesuatu yang Jepang banget bakalan keren tuh"
Farhan melihat Andro dengan sedikit jengah. Adik iparnya itu kini seperti menggurui dirinya.
"Trus, gue tahunya dia sukanya apa? Gimana? Kenal aja enggak kan?"
"Hadeh. Percuma dong jadi anak angkat keluarga bisnisman yang serba bisa. Gini aja gak bisa."
Farhan memutar matanya malas. Keluarga angkatnya di Jepang memang keluarga bisnisman yang bisa melakukan apapun dengan akses yang mereka punya, tapi Farhan sendiri sudah berjanji pada dirinya sendiri untuk tidak masuk terlalu dalam pada keluarga angkatnya itu. Dia tidak mau membahayakan kehidupan keluarganya dengan dia masuk terlalu dalam pada keluarga angkatnya itu.
![](https://img.wattpad.com/cover/326397675-288-k17472.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Muara Cinta Maura (Tamat)
RomanceMasa lalu membuatnya menjadi sosok yang dingin dan tidak lagi percaya dengan cinta. Hingga akhirnya, sosok yang membuat luka itu kembali datang. Sisi profesionalisme membuatnya harus berinteraksi dengan sosok itu. Cerita tentang Maura dan bagaimana...