"Lu..."
"Enggak! Lu..."
"Pokoknya tuh Lu... "
"Gak bisa! Di sini tuh yang salah lu!"
Nyatanya keributan Farel dan Farhan masih berlanjut. Setelah tadi mereka sempat ngobrol di warung mie, Farel kemudian mengantarkan Farhan pulang ke apartemennya. Sekarang, mereka berdua sedang berdebat tentang siapa yang terlebih dulu memulai kejadian yang mungking paling memalukan sepanjang hidup mereka. Saat mereka masih berada di warung mie, kursi yang mereka duduki terjungkang ke belakang karena tingkah mereka sendiri. Farel yang mengeratkan rangkulannya dan Farhan yang terus mencoba menghindari Farel membuat Farhan hilang keseimbangan dan akhirnya mereka berdua terjatuh dan menjadi tontonan gratisan di warung mie.
Jika hanya jatuh dari kursi saja, mungkin tidak mengapa dan tidak terlalu membuat mereka malu. Yang lebih membuat malu adalah posisi mereka saat mereka terjatuh. Farhan terjatuh lebih dulu dan dia menarik Farel membuat Farel seperti menindih Farhan. Lalu, saat Farel akan berdiri, kakinya terpeleset dan malah kembali terjatuh di posisi yang sama. Kembali menindih Farhan. Kejadian ini yang kemudian menjadi ramai dari para pengunjung dan tentu saja mereka berdua menjadi pusat perhatian dari semua pengunjung.
Celotehan dan tertawaan dari pelanggan lain di warung mie itu yang akhirnya membuat Farel dan Farhan menjadi malu sendiri.
"Jaman sekarang ya... Laki kok maunya sama laki"
"Sayang ya, padahal sama-sama ganteng gitu! Tapi kok malah belok?"
"Apa enaknya jeruk makan jeruk kayak gitu?"
"Kalau mau tindih-tindihan gitu mbok ya pesen hotel sana!"
Farel langsung saja meletakkan beberapa lembar uang untuk membayar makan dan minumnya dan juga untuk mengganti kursi yang sudah rusak karena kelakuannya dan Farhan. Dia lalu kembali menyeret Farhan untuk segera meninggalkan warung mie itu.
"Eh, kampret lu yang mulai duluan! Lu yang bertingkah duluan di barbershop gue!"
"Lha kan itu cuman di tempat lu doang. Kagak ada yang ngeliat juga! Lha lu grepe-grepe gue di warung mie!"
"Lu pe-a apa gimana? Karyawan Barbershop gue jelas punya mata yang ngeliat kelakuan miring lu"
"Gak bisa! Pokoknya ini salah lu! Bikin malu gue lu!"
Pertengkaran yang sangat tidak penting itu terhenti sejenak saat Maura datang dari arah dapur dan membawa pisang goreng dan teh. Dia sendiri tidak habis pikir, bagaimana bisa kedua lelaki yang dulunya bermusuhan bisa menjadi seperti anak kecil yang sedang meributkan hal konyol.
"Yang... Ini nih, masak tadi si kutu panuan ini bikin malu di warung mie. Dia juga udah grepe-grepe aku sayang..." Farhan menarik pelan tangan Maura agar Maura bisa lebih dekat dengannya dan kemudian dia menduselkan kepalanya ke lengan Maura.
"KALIAN BISA GAK SIH GAK SOK PAMER GITU DEPAN GUE?" Kesal juga Farel dengan kelakuan Farhan yang tampaknya sengaja manja ke Maura.
Merasa agak risih juga dengan kelakuan Farhan, Maura lantas melepaskan Farhan dan menjauhkannya sedikit. Farhan langsung mengerucutkan bibirnya tanda bahwa dia tidak setuju dengan apa yang dilakukan istrinya itu.
"Nih liat kelakuan laki lu!" Ucap Farel sambil dia memberikan ponselnya. Farel sengaja membuka rekaman CCTV di barbershop miliknya yang memperlihatkan bagaimana absurdnya kelakuan Farhan.
"Jadi jelas kan yang mulai duluan tuh suami kamu. Gue cuman nerusin aja!" Farel melanjutkan ucapannya saat Maura mengembalikan ponsel miliknya.
"Kalian ini ya, makanya kalau becanda tuh jangan kebablasan. Jadinya gini kan? Kalian sendiri yang malu." Maura berusaha menengahi pertengkaran Farhan dan Farel.
"Iya bener tuh kata Ara. Lu tuh emang malu-maluin. Gimana kalau di warung tadi ada yang ngerekam kita trus disebarin? Bisa viral kita!" Farel masih saja melanjutkan perdebatan mereka.
"Yaaangg.. Tuh, Farel bilang aku malu-maluin. Padahal kan dia yang malu-maluin" Lagi, Farhan seolah mengejek Farel dengan dia mengadu ke Maura seperti seorang anak kecil yang mengadu ke ibunya.
Melihat pertengkaran kecil Farhan dan Farel mungkin tidak akan bisa selesai, Maura akhirnya membiarkan saja kedua lelaki dewasa itu. Maura mengangkat tangannya dan kemudian berucap
"Udah, kalau kalian mau ribut terusin aja. Aku mau ke kamar dulu. Awas ya jangan ganggu. Aku mau tidur aja"
"Ayaaanngg... ikuutt..." tidak mau ditinggal sendiri dengan Farel, Farhan lantas berdiri dan mengikuti Maura, tapi sebelum Farhan bisa berdiri sempurna dia terjungkang ke belakang karena Farel menarik kerah polo shirt yang dipakai Farhan sekarang.
"Waiiittt... Urusan lu sama gue belum selesai, kampret!"
Maura hanya bisa tersenyum saja sambil dia melangkah ke kamarnya. Mungkin sekarang dia harus banyak bersyukur, karena apa yang ditakutkannya tidak terjadi. Hubungannya dengan Farel tetap terjalin bahkan sekarang hubungan mereka justru lebih cair. Tidak ada lagi kekakuan dan kecanggungan diantara mereka bertiga.
Setelah capek sendiri dengan pertengkaran yang sangat tidak penting, Farhan dan Farel kini duduk bersantai di area garden roof top apartemen. Mereka duduk santai sambil menikmati minuman kaleng beralkohol rendah. Mereka ingin melanjutkan obrolan mereka, tapi karena Maura mengancam kalau sampai dia ternganggu tidurnya, dia akan marah, maka Farhan dan Farel mengalah dengan keluar dari unit apartemen dan duduk bersantai di garden roof top.
"Rel, lu jadi gak buka coffee shop bulan ini, gak?" Pertanyaan dari Farhan hanya dijawab anggukan kepala Farel. Kepalanya langsung menoleh ke arah Farhan. Dari caranya berbicara, dia tahu kalau Farhan kali ini tidak bercanda seperti yang tadi dia lakukan di unit apartemennya.
"Gini, maksud gue, gue pengen ngajak lu kerjasama event. Rencananya perusahaan gue kan mau keluarin mobil baru, gue pengennya soft launching-nya di coffee shop punya lu. Sekalian gue kasih voucher kopi di tempat lu. Jadi, lu tinggal cetak aja voucher, gue beli tuh voucher dan gue bagiin buat acara soft launching itu. Gimana?"
"Lu keluarin produk baru kenapa gak pake convention hall aja? Audience bisa lebih banyak. Lu juga bisa pakai event organizer. Jadinya kan acara lu bisa lebih wow kan? Mobil yang lu mau jual juga bisa masuk kalau lu pake convention hall. Coffee shop gue kan gak banyak kapasitasnya"
"Rencana gue sih cuman press realese aja. Mobilnya kan bisa dipajang di parkiran depan tho? Lagian ini juga soft launching. Mobil belum masuk ke dealer kok"
Obrolan mereka sekarang berubah serius. Begitulah Farhan dan farel. Mereka dipertemukan karena sama-sama menginginkan Maura, mereka juga pernah berselisih gara-gara ingin menjadi yang dipilih oleh Maura, dan ketika Maura sudah menentukan pilihannya, keduanya sekarang justru menjadi sahabat, bukan hanya mereka berdua, tapi Maura juga. Ketiganya lantas menjalin hubungan persaudaraan yang lebih dalam lagi.
Tamat.
Terima kasih sudah mengikuti cerita ini.
See you in the next stories...
KAMU SEDANG MEMBACA
Muara Cinta Maura (Tamat)
RomanceMasa lalu membuatnya menjadi sosok yang dingin dan tidak lagi percaya dengan cinta. Hingga akhirnya, sosok yang membuat luka itu kembali datang. Sisi profesionalisme membuatnya harus berinteraksi dengan sosok itu. Cerita tentang Maura dan bagaimana...