Part 38

648 38 0
                                    

Farhan merasa jengah dengan kakak angkatnya, Kazuo. Bulan madu yang harusnya menjadi pengelaman seru dan menyenangkan baginya berubah menjadi pengalaman yang sangat mengesalkan. Sikap protektif Kazuo adalah penyebab utamanya. Kakak angkatnya itu mengirim lebih dari enam pengawal yang selalu menempel kemanapun Farhan dan Maura pergi. Bahkan Kazuo membatalkan tiket perjalanan ke luar negeri bagi Farhan dan Maura dan menggantikannya dengan tiket tujuan dalam negeri dengan alasan lebih mudah untuk mengawasinya.

Tingkat proteksi Kazuo semakin tinggi. Semua itu berawal dari Maura yang terpeleset kakinya sewaktu mereka menikmati air terjun di pulau Lombok. Maura hanya terkilir kakinya dan setelah dipijat Farhan, Maura sudah bisa kembali beraktivitas dengan normal.

Kejadian Maura yang sempat terpeleset itu sampai juga di telinga Kazuo. Dan, langsung saja dia dia langsung mengirim beberapa orang lagi untuk mengawal Farhan dan Maura. Awalnya, Farhan tidak curiga, tapi setelah diamati, orang-orang yang ada di sekitarnya adalah orang yang sama yang dia temui sewaktu di ruang kerja Kazuo.

Bulan madu di pulau Lombok yang awalnya empat hari akhirnya hanya dilalui dua hari saja karena kekesalan Farhan. Sedangkan Maura hanya menurut saja. Mau pulang kembali atau masih melanjutkan bulan madu mereka, sama saja bagi Maura. Dia memilih pulang saja daripada menahan kesal karena kemana-mana selalu dibuntuti dan diikuti oleh pengawal. Tidak bisakah kakak angkatnya itu bersikap biasa saja dan tidak perlu berlebihan seperti ini?

Farhan dan Maura keluar dari bandara dengan santai. Tas dan semua barang bawaan mereka sudah dibawa oleh pengawal mereka. Mata Farhan menyipit saat mereka berada depan bandara dan menunggu Kazuo yang akan menjemput mereka. Pengelihatan Farhan sekarang fokus pada satu sosok dengan tampilan backpacker dan berjalan santai ke arah terminal keberangkatan.

"Ra, itu beneran ya Farel?" Merasa kurang yakin dengan pandangannya, Farhan lantas mencolek lengan Maura dan mengarahkan pandangan Maura ke arah yang dituju.

"Kalau dari tampilannya sih bener itu Farel. Mau ke mana tuh? Masak mau liburan? Ini kan hari kerja" Maura berucap sambil mengerutkan keningnya. Memang benar, hari ini bukanlah hari libur dan hari ini adalah hari aktif kerja, sehingga sangat aneh jika Farel ada di bandara dengan tampilan seperti akan berlibur.

"Kita samperin aja gimana?" Tawar Farhan kepada Maura dan dibalas dengan anggukan oleh Maura.

Segera saja Farhan dan Maura menghampiri Farel yang sekarang malah duduk santai di salah satu kedai kopi.

"Hoi, Rel! Lu gak kerja? Kok malah di sini? Mau kemana lu? Mau dinas luar kemana lu?" Farhan yang sudah penasaran langsung memberondong Farel yang sekarang sudah ada di depannya.

"Uhukk.. Uhuukk..." Farel yang sedang menikmati coffe late tersedak kaget hingga dia terbatuk-batuk. Untungnya dia tidak menyemburkan kopi yang belum juga sampai di tenggorokannya itu ke wajah Farhan yang sekarang tepat berada di depannya.

"LU BISA GAK SIH GAK NGAGETIN GUE!!! Gak di kantor, gak di sini, tetep aja bikin kesel!" Sungut Farel kesal ke arah Farhan yang malah cengengesan sendiri. Seolah saja dia puas dengan Farel yang sekarang sedang bersungut-sungut kesal.

Maura yang melihat itu langsung menyodorkan tissue ke arah Farel dan langsung diambil Farel.

"Kalian udah pulang? Bukannya seminggu ya kalian mau bulan madu?" Bukannya menjawab pertanyaan Farhan tapi malah balik bertanya.

"Lu belom jawab pertanyaan gue dodol! Lu ngapain di sini?"

"Gua? Di sini? Mau beli semen sama bata! Buat nimpukin pala lu biar kagak resek ke gue!"

"Gue serius kampret! Lu di sini ngapain? Kalau lu di sini, yang bantuin abang gue siapa?" Farhan yang sudah sangat kesal karena Farel malah seperti sengaja menggodanya.

"Gue mau ke Labuan Bajo trus abis itu mau nyebrang ke pulau komodo. Gue pengen ketemu sama komodo!" Jawab Farel tenang sambil dia mengunyah tuna sandwich yang tadi dia pesan.

"Labuan Bajo? Pulau Komodo? Kayaknya kita gak ada kerjaan di sana deh. Gak ada branch office juga kita di dua tempat itu. Trus ngapain lu ke sana?" Dalam benak Farhan, Farel pergi ke dua tempat itu memang karena urusan pekerjaan. Melihat Farhan yang seperti kebingungan, Farel langsung berucap

"Gue udah resign dari perusahaan abang lu itu. Gue pingin bangun bisnis gue sendiri. Ya jadinya kemarin gue udah ajuin surat resign gue dan abang lu udah tanda tangan juga. Jadinya ya, sekarang gue pengen me time dulu lah ke pulau komodo."

"WHAT? Lu resign?" Farhan langsung saja kaget mendengar penuturan dari Farel. Sejujurnya dia akan sangat kehilangan teman yang mampu menandingi kekonyolannya tapi juga sangat profesional ketika bekerja.

Farel hanya mengangguk saja menanggapi kekagetan Farhan.

"Eh, sorry nih, flight gue bentaran lagi, trus gue juga belum check in. Gue tinggal dulu ya." Sebenarnya hanya alasan saja Farel berkata demikian. Jika memang belum check in pada penerbangannya, bukankah dia bisa melakukannya melalui ponselnya? Farel hanya tidak mau dia berinteraksi lebih lama dengan Farhan dan Maura. Setidaknya untuk saat ini hingga dia bisa memaafkan dirinya sendiri.

"Eh.. Oh... Oke... Have a safe flight and of course happy landing ya Rel! Kalau lu udah balik dari sana, kabarin gue ya! Gue pengen ngobrol banyak sama lu soalnya.."

Masih banyak pertanyaan di kepala Farhan sebenarnya. Tentang mengapa Farel mengundurkan diri dari pekerjaannya sekarang. Tentang mengapa Kazuo juga menandatangani surat pengunduran diri Farel, padahal Farhan yakin Kazuo tahu bagaimana kinerja Farel.

Keduanya melakukan toast lalu dengan gestur tubuh sedikit membungkuk seperti pamit, Farel lantas beranjak pergi dari kedai kopi dan berjalan masuk ke arah terminal keberangkatan.

Seperginya Farel, Farhan dan Maura memilih untuk tetap di kedai kopi sambil menunggu Kazuo yang terakhir kalinya mengabari akan sedikit telat karena terjebak macet walaupun sebenarnya Kazuo sudah berada tidak jauh dari mereka dan dia memilih mengamati saja apa yang terjadi dengan Farel dan Maura.

"Eh Ra, lihat ada yang aneh gak sih di Farel?" Tanya Farhan ke Maura. Entahlah, semenjak mereka tidak sengaja bertemu dengan Farel, Farhan merasa ada yang janggal, tapi dia tidak bisa menjelaskan dimana kejanggalannya itu.

"Hm.. Biasa aja kayaknya. Gak ada yang aneh." Kening Maura berkerut mendengar pertanyaan dari Farhan. Dia memang tidak merasa ada yang aneh dengan Farel.

Sedang keduanya berpikir dengan dugaannya masing-masing, tiba-tiba Kazuo datang menuju ke arah mereka. Melihat Kazuo yang sudah berdiri di sampingnya, Farhan dan Maura lantas berdiri dan pergi ke tempat parkir mobil. Hari ini, Kazuo memilih tidak menggunakan sopir dan dia sendiri yang mengemudikan mobilnya.

"Wait, how did you know I was here. I haven't even texted or called you yet have I?"

("Tunggu, bagaimana kamu bisa tahu aku ada di sini. aku bahkan belum mengirimkan pesan atau menelponmu bukan?")

Kembali, Farhan merasa aneh. Dia belum menginformasikan dimana dia dan Maura dan sekarang Kazuo dengan mudahnya muncul di sampingnya.

"Your body is implanted with a chip. So wherever you go it's easy for me to track you down. you won't be able to run from me."

("Tubuhmu sudah dipasangi chip. jadi, kemanapun kamu pergi mudah bagiku untuk melacakmu. kamu tidak akan bisa lari dariku.").

Jawaban Kazuo langsung membuat mata Farhan membelalak. Pantas saja kemanapun dia pergi Kazuo pasti akan menemukannya. Ternyata ini jawabannya.

"Dasar! Giliran punya abang satu aja, posesifnya gini amat!"

Kazuo hanya terkekeh ringan mendengar umpatan dari Farhan. Dia hanya ingin orang-orang yang dekat di hatinya bisa di lindungi, itu saja. Tidak lebih. 

Muara Cinta Maura (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang