Waktu terus berjalan dan tidak terasa sekarang sudah sebulan lebih Farhan, Farel dan Maura menjadi seperti teman dekat. Beberapa kali mereka bertiga menghabiskan waktu bersama. Hubungan ketiganya juga sudah mencair dan tidak terlihat adanya konflik diantara mereka. Sedikit berbeda dengan sebelumnya, sekarang justru tidak ada kecanggungan diantara ketiganya, walaupun tetap saja Farel dan Farhan akan saling berebutan untuk menarik perhatian dari Maura. Sedangkan Maura sendiri lebih rileks saat bersama Farhan dan Farel.
"Eh, besok ponakan gue ulang tahun. Mau dateng gak kalian?" Ucap Farhan yang ditujukan ke Farel dan Maura.
"Lho Davin ulang tahun? Hm.. Besok aku shift pagi sih. Kalau misal acaranya malam, bisa kok aku datang." Maura langsung saja menyatakan bahwa dia akan datang ke acara ulang tahun Davin.
"Ponakan lu yang lu bilang indigo itu ya?" Farel yang belum terlalu mengenal keluarga Farhan lanjut bertanya.
"Iye.. Ponakan gue kan cuman satu itu doang. Gak ada lagi. Acaranya malam. Lagian kan besok libur tanggal merah, jadinya gak masalah buat Davin. Gak bakalan ganggu belajarnya"
"Oke kalau gitu, aku mau ke mall dulu beli kado buat Davin" Maura berucap sambil dia beranjak berdiri dari tempatnya duduk sekarang.
"Ada yang mau ikut?" Tawar Maura ke Farhan dan Farel yang langsung dijawab dengan anggukan kompak dari mereka berdu.
Besok lusa memang hari ulang tahun kedua belas Davin. Andro dan Anggun sengaja mengadakan acara khusus untuk Davin, selain untuk syukuran tahun barunya, juga untuk merayakan diterimanya Davin di sekolah yang dia mau. Davin memang baru saja lulus SD dan sekarang dia sudah resmi masuk ke sekolah SMP yang dia mau.
Ruang keluarga rumah Andro sekarang sudah cukup ramai. Ada banyak orang dan keluarga dekat berkumpul untuk sekedar syukuran ulang tahun Davin. Hanya ada keluarga dekat saja karena Davin sendiri yang memintanya.
Malam itu, selain Andro dan Anggun, sudah ada Wiryo dan Gina, Marsih, Farhan dan Seno. Lalu ada juga Farel dan Maura. Hanya orang-orang yang sudah dekat saja dengan Davin yang ada di acara itu.
Acara syukuran ulang tahun Davin berjalan dengan lancar. Saat acara telah selesai tapi semua tamu masih berkumpul di ruang tamu, tiba-tiba datang Kazuo dan juga Ryuzo. Seperti biasanya, Kazuo datang dengan wajah datarnya dan Ryuzo yang datang dengan membawa bingkisan kado yang ukurannya lumayan besar.
Davin yang melihat Ryuzo langsung saja menemuinya.
"Abang Ryuzo, makasih udah mau datang. Makasih juga ya bang buat kadonya" Ucap Davin riang saat Ryuzo langsung saja menyerahkan bingkisan ke Davin.
"Iya. Buat adeknya abang ini, apa sih yang enggak. Abang bela-belain terbang dari Tokyo ke sini buat adeknya abang ini" Jawab Ryuzo sambil mengacak pelan rambut Davin
"Happy birthday Davin." Ucap Kazuo sambil dia mengulurkan tangannya. Davin yang melihat itu langsung berubah wajahnya. Senyum yang sedari tadi menghiasi bibirnya menjadi hilang. Dengan malas dia menyambut tangan Kazuo dan menganggukkan kepalanya.
"Thank you uncle..." Ucap Davin sekedarnya saja. Sangat terlihat kalau Davin malas berinterksi dengan Kazuo dan Kazuo juga bisa merasakan hal tersebut.
"Hei.. You can call me daddy as what Ryuzo did" Sejujurnya saja, hati Kazuo sedikit sakit saat Davin memanggilnya dengan sebutan uncle. Beberapa kali dia sudah merayu Davin untuk memanggilnya dengan panggilan daddy tapi Davin tidak pernah mau memanggilnya dengan sebutan itu. Bagaimanapun, Davin adalah anaknya, jadi dia ingin dipanggil daddy oleh Davin.
"I already have a daddy. that's my dad." Ujar Davin ringan sambil tangannya menunjuk ke arah Andro yang saat itu sedang mengobrol dengan Farhan dan juga Farel.
Setelah mengatakan itu, Davin lalu menggandeng Ryuzo lalu menyeretnya ke dalam. Dia ingin memamerkan semua hadiah yang dia dapat di malam ini ke Ryuzo. Kazuo yang melihat itu hanya bisa tersenyum walaupun hatinya sedikit sakit dengan penolakan tegas dari Davin tadi. Ingin sebenarnya dia mengatakan bahwa Davin adalah darah dagingnya, tapi itu akan membuat masalah baru nantinya. Melihat Davin tumbuh dengan kasih sayang yang lengkap dari Andro dan Anggun, setidaknya sudah cukup menenangkan baginya, walaupun dia masih mengawasi Davin dari jauh. Jauh di hatinya, sebenarnya Kazuo cukup bingung, mengapa hanya kepadanya Davin berlaku sangat dingin tapi tidak dengan yang lainnya.
Ruang tamu dan ruang keluarga di rumah Andro menjadi ramai. Wiryo, Gina, Marsih, Anggun dan Maura duduk dan berinteraksi satu dengan lainnya, sementara di tempat lainnya Farel, Farhan, Seno dan Kazuo juga terlihat tengah asyik mengobrol santai diantara mereka. Sedangkan Davin dan Ryuzo sedang asyik membuka kado ulang tahun di kamarnya.
Malampun beranjak. Satu per satu dari mereka berpamitan dan kembali pulang ke rumahnya masing-masing. Tapi, saat Maura hendak berpamitan dan pulang, tiba-tiba saja Davin menarik tangan Maura sambil dia berkata
"Tante... Dapin pengen ngomong bentaran aja, boleh?"
Maura lantas menunduk dan kemudian dia sedikit berjongkok untuk menyamakan tingginya dengan Davin.
"Boleh... Pengen ngomong apa sih?"
"Dapin dipesenin sama papanya tante, katanya, tante gak boleh ngulangin kesalahan yang sama, trus tante juga harus bahagia, gak boleh sedih lagi" Ucap Davin dengan mimik muka yang serius.
"Mak.... Maksudnya Davin gimana?" Terang saja Maura langsung kaget saat mendengar perkataan dari Davin. Matanya tiba-tiba saja terasa panas dan hampir saja air matanya jatuh waktu mendengar perkataan Davin.
"Om-om yang pake baju pilot itu sering banget ngikutin tante. Malem ini juga kok. Katanya sih pengen jagain tante. Trus tadi om pilot itu bilang ke Dapin buat sampein pesennya ke tante. Ya itu pesennya, kalau tante jangan ngulangin kesalahan yang sama trus tante juga harus bahagia. Om Arif bilangnya gitu sih ke Dapin. Eh, om pilot itu namanya om Arif."
Luruh sudah pertahanan Maura. Dia menangis mendengar perkataan dari Davin. Melihat Maura yang menangis, Davin lantas maju lebih mendekat lalu memeluk Maura dan dibalas dengan pelukan yang hangat dari Maura.
Pemandangan Maura dan Davin yang saling berpelukan dan Maura yang menumpahkan air matanya sudah pasti membuat semua yang ada di sana saling pandang dan saling bertanya-tanya. Namun, untuk sekedar bertanya ada apa ke Maura, mereka juga bingung dan serba salah. Mereka tidak mendengar apa yang sudah dikatakan Davin, karena memang Davin sengaja mengatakan semuanya itu ke Maura saat Maura sendiri dan semua tamu lainnya sedang tidak ada di sekitarnya dan Maura.
KAMU SEDANG MEMBACA
Muara Cinta Maura (Tamat)
RomanceMasa lalu membuatnya menjadi sosok yang dingin dan tidak lagi percaya dengan cinta. Hingga akhirnya, sosok yang membuat luka itu kembali datang. Sisi profesionalisme membuatnya harus berinteraksi dengan sosok itu. Cerita tentang Maura dan bagaimana...