Part 36

573 41 0
                                    

Usia yang lebih dari cukup dan keadaan mapan yang sudah dicapai oleh Farhan dan Maura, membuat keduanya sepakat untuk tidak lagi menunda pernikahan mereka. Setelah tiga bulan berselang dari Maura memutuskan menerima Farhan dan mereka resmi untuk menjalin hubungan, sekarang kedua keluarga besar sedang bertemu untuk membahas acara pernikahan mereka bedua.

Sekarang, Farhan sudah bersiap dengan busana lengkap adat jawa. Pagi ini rencananya dia akan menikahi Maura secara resmi. Seperti calon pengantin pada umumnya, Farhan yang biasanya bisa bersifat tegas sekarangpun seperti orang bingung. Dia berjalan mondar-mandir dan seperti menggumamkan sesuatu. Andro yang melihat itu semua langsung tertawa. Setidaknya kakaknya itu merasakan apa yang dia rasakan waktu dia akan menikah dengan Anggun dulu.

"Mas, kayaknya kalau di lantai ditaruh baju, udah licin deh mas. Mas Farhan jalan bolak balik udah kayak setrikaan aja mas" Goda Andro sambil dia tersenyum lebar. Rasanya ingin membalas apa yang sudah terjadi pada dirinya di waktu lalu.

"Udah lu diam aja!" Sungut Farhan dengan tatapan yang tajam ke arah Andro

Mendapat tatapan tajam seperti hendak membunuhnya, Andro bukannya takut malah tertawa semakin keras. Jelas saja Farhan semakin kesal dengan tingkah adik iparnya itu.

"Hahahaha... Sekarang mas Farhan ngerasain kan apa yang Andro dulu rasain waktu nikahan sama Anggun?"

"Gue sekarang berdoa supaya gue gak ngelakuin hal konyol kayak lu dulu! Bisa-bisanya lu buang gas pas ijab" Seolah mengingatkan kembali kejadian paling memalukan sepanjang umur Andro, langsung membuat wajahnya menjadi masam. Sedang Farhan yang berhasil membuat Andro menjadi ingat kembali hal konyol itu menjadi tersenyum menang.

Marsih yang melihat tingkah keduanya lalu datang dan mengelus pelan punggung Farhan. Marsih berniat untuk menenangkan Farhan sekaligus juga melerai pertengkaran kecil Farhan dan Andro. Dia sangat mengerti bagaimana gugupnya anak lelakinya itu.

"Udah, kamu gak usah gugup gitu. Semakin kamu gugup semakin nanti gak fokus. Udah rileks aja" Marsih berusaha memberikan kata-kata penenang untuk Farhan sedangkan Farhan meresponnya dengan tersenyum dan menduselkan kepalanya ke bahu Marsih.

"Kamu ini, bentar lagi mau nikahin anak orang kok malah gini. Malu ah, sama yang lain. Udah.. gak usah panik tegang gitu" Marsih tekekeh pelan melihat bagaimana Farhan yang tiba-tiba menjadi manja ke dirinya padahal kurang dari sejam lagi dia akan mengucapkan ijab untuk meresmikan pernikahannya.

"WOII... Mobil udah siap. Yuk berangkat ke gedung!" Seno tiba-tiba saja datang dan dengan sedikit berteriak dia memberikan instruksi kepada semua orang yang sekarang sedang menunggu di ruang tamu rumah Marsih.

Mendengar ucapan Seno, semua orang langsung berdiri dan lalu bergegas menuju ke beberapa mobil yang sudah rapi terparkir di depan rumah Marsih. Langsung saja Farhan, Marsih, Andro, Anggun dan Davin berjalan ke salah satu mobil dengan jenis luxury van dimana Kazuo sendiri yang mengemudikannya. Sedangkan yang lain menggunakan mobil lain yang ikut dalam rombongan untuk mengantar Farhan.

Butuh waktu sekitar seperempat jam untuk sampai ke gedung yang akan dijadikan tempat akad nikah dan sekaligus resepsi pernikahan Farhan dan Maura.

"Take it easy! This is your day. Take a deep breath, relaxing yourself and don't panic" Kazuo yang sekarang berada di samping Farhan langsung merangkul adik angkatnya itu dan berusaha menenangkannya.

"It's easy for you to said." Sebenarnya Farhan kesal dengan semua orang yang mencoba menenangkannya. Dia memang sedikit panik dan dia mengakui itu, tapi semua orang bersikap berlebihan menurutnya. Tidak bisakah mereka diam saja dan membiarkan dia melakukan semuanya yang membuatnya bisa tenang?

Kazuo hanya diam saja melihat reaksi Farhan. Untuk menenangkan Farhan, Kazuo lantas berjalan santai dan kemudian merangkul Farhan dari samping dan kemudian dengan sedikit mendorongnya, Kazuo mengajak Farhan untuk segera masuk ke dalam gedung tempat acara akan berlangsung.

Masuk ke dalam gedung, Farhan langsung menuju tempat duduknya untuk mengucapkan akad nikah. Di sana sudah bersiap petugas dari KUA, saksi dan juga paman dari Maura yang saat ini bertindak sebagai wali untuk Maura.

Seluruh acara berjalan dengan lancar walaupun sebenarnya Farhan mendengus kesal dari tadi. Kazuo ternyata tidak memenuhi permintaannya. Seluruh acara pernikahannya memang dipersiapkan oleh Kazuo. Farhan dan Maura yang awalnya ingin mengurusi sendiri acara pernikahannya dilarang keras oleh Kazuo. Akhirnya, Farhan menurut saja tapi dengan syarat kalau acara pernikahannya tidak mewah dan hanya sederhana saja, tapi nyatanya acaranya sangat mewah.

Jam sepuluh malam, acara pernikahannya baru selesai. Farhan dan Maura langsung menuju hotel tempat mereka menginap malam ini sebelum lusa mereka akan terbang ke luar negeri untuk honeymoon.

"Capek ya? Huh.. Rasanya kaki kayak kepaku tadi. Lama banget ya acaranya. Hampir seharian lho kita acaranya." Ucap Farhan sambil dia melepas jas dan dasi yang sedari tadi membuatnya gerah.

"Mas sih enak, cuman pake jas biasa. Kayak pergi kantoran. Lha ini, gaunnya ribet banget. Mana aku gak pernah pake gaun kayak gini lagi. Mana tadi habis akad pake ganti baju lagi!" Jawab Maura sambil dia kebingungan membuka resleting belakang gaun yang dia kenakan malam ini.

Farhan yang melihat itu berjalan mendekat dan membantu Maura untuk membuka resleting belakang gaunnya. Melihat punggung Maura yang tidak tertutupi di depannya membuat Farhan harus menelan ludah beberapa kali. Nalurinya sebagai lelaki langsung saja bangkit apalagi waktu Maura tidak sengaja meliukkan badannya untuk melepaskan gaun yang masih melekat di badannya.

DOK... DOK... DOK....

"MAS... MAS... MAS FARHAN..."

Suara gedoran pintu dan teriakan seketika membuyarkan semuanya. Farhan langsung tersadar dan Maura juga langsung berlalari kecil ke kamar mandi. Dia sungguh sangat malu, walaupun sekarang Farhan sudah berstatus sebagai suaminya sendiri tetap saja dirinya malu.

"MAS.... MAS FARHAN... INI ANDRO MAS..."

DOK... DOK... DOK...

"BUKAIN PINTUNYA BENTARAN MAS. PENTING MAS!"

Farhan membuka pintu kamarnya dan nampak di depannya sekarang Andro yang justru menampilkan wajah yang penuh cengiran dan tanpa rasa bersalah sama sekali.

"Ngapain? Ada masalah apaan?" di benak Farhan, sudah terjadi sesuatu dengan ibunya atau dengan Anggun hingga Andro harus ke hotel tempatnya menginap. Tapi, jika memang terjadi sesuatu, bukankah masih ada Seno dan juga Kazuo? Tidak mungkin keduanya akan diam saja jika terjadi sesuatu dengan ibu atau adiknya itu.

"Hehehe.. Cuman nyariin ponselnya Andro kok mas. Kayaknya ponselnya Andro ketinggalan di goodie bag yang tadi kebawa mas Farhan deh"

Farhan langsung membulatkan matanya dengan tingkah super konyol Andro yang bahkan tanpa dipersilakan, Andro langsung saja menerobos masuk ke dalam kamar. Dengan sangat santai, akhirnya Andro mengambil ponsel yang memang ketinggalan di salah satu goodie bag yang dibawa Farhan.

"Hehehe.. Udah ketemu mas. Makasih ya mas.. Udah sana, bisa dilanjut lagi sama dokter Maura"

Belum sempat Farhan mengatakan apa-apa, Andro langsung melarikan diri. Dia memilih pergi daripada menghadapi Farhan yang wajahnya sudah memerah menahan marah.

Muara Cinta Maura (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang