Setelah mengatur jadwal dengan Mrs. Thongtawan, Pha dan Singto pun berangkat menuju ke kediamannya untuk menjelaskan ilustrasi polis sebelum penandatanganan formulir pengajuan asuransi. Singto kembali mempelajari ilustrasi polis dan mengahapal seluruh prosedur di kepalanya selama di perjalanan.
"Kau seperti sedang menghapal materi ujian," ujar Phana bercanda sambil fokus menyetir.
"Kau bilang akan mengajariku," protes Singto.
"Kau ingin belajar cara menyetir?" Pha mengalihkan pembicaraan.
"Apakah mobilmu punya asuransi?"
Phana meliriknya curiga dan bertanya – tanya apakah Singto tidak pernah belajar menyetir.
"Tentu saja," sahut Pha. "Semua asuransi itu penting!"
"Tetapi asuransi tidak bisa menyelamatkan nyawamu jika terjadi kecelakaan," balas Singto.
Phana terdiam sejenak dan mengangguk setuju, lalu mengganti topik, "Menurutmu, kenapa aku memilih pekerjaan di bidang ini?"
"Karena pendapatannya besar?" tebak Singto.
Pha menyeringai dan membalas, "Itu jika kau sudah berada di posisiku, asal kau tau aku hanya mendapatkan tiga nasabah dengan premi kecil selama satu tahun saat baru menjadi agent."
Singto berpikir sejenak dan berkomentar, "Biar kutebak, Wan adalah alasanmu bertahan?"
Pha merespon dengan tersenyum dan menjawab, "Aku pernah kehilangan sesuatu yang berharga di masa lalu karena tidak memiliki asuransi, sejak itu aku sadar bahwa asuransi sangat penting karena itu aku ingin semua orang memilikinya."
Singto terdiam, ucapan Pha seakan menggambarkan perubahan hidupnya, jika saja ayahnya memiliki asuransi, maka hidupnya tidak akan menjadi seperti sekarang. Tidak pernah terpikirkan olehnya jika suatu hari ia harus keluar dari zona nyamannya dan membanting tulang untuk sesuap nasi.
Saat ayahnya masih hidup, ia tidak perlu khawatir soal uang atau apapun, namun kini ia hanya mampu menyewa apartemen kecil dan harus berhemat untuk makan sehari – hari, untungnya ia masih memiliki sedikit tabungan, jika tidak mungkin saat ini ia harus mengemis di jalanan.
Tanpa sadar, Singto meneteskan air mata, meratapi perubahan drastis dalam hidupnya. Pha terkejut dan mengurangi kecepatan mobilnya, mencoba menghiburnya, namun Singto buru – buru memalingkan wajah dan menyeka air matanya.
"Maaf, apakah aku mengatakan sesuatu yang salah?" tanya Pha khawatir.
Singto merespon dengan menggeleng, lalu memaksakan diri untuk tersenyum dan berkata. "Kau benar, asuransi sangat penting dan semua orang harus memilikinya," ia mengulang ucapan Pha.
"By the way, apa kau sudah punya asuransi?" tanya Pha kembali mengganti topik.
Singto menggeleng pelan mengatakan tidak punya, "Aku akan mengajukannya setelah memiliki tabungan yang cukup..."
Pha berpikir sejenak dan berkata, "Tidak perlu menunggu, aku akan mengurusnya setelah ini dan membayarkan premi tiga bulan untukmu."
"Apa? Tidak perlu!" tolak Singto. "Saat ini aku tidak membutuhkan asuransi."
"Kau tidak pernah tau apa yang akan terjadi padamu besok atau lusa, lebih baik menyiapkan payung sebelum hujan."
"Jika hujan turun, aku akan meminjam payung darimu," canda Singto.
Phana tidak membalas, ia melirik pria itu sambil tersenyum dan menginjak pedal gasnya.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
![](https://img.wattpad.com/cover/327696029-288-k428645.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
(IND/ENG) - My Heart Insurance (END)
RomanceGenre : Romance/Drama Pairing : Sing/Pha (IND) Phana bekerja di sebuah perusahaan asuransi sebagai Senior Sales Manager dan secara tak terduga bertemu dengan mantannya lagi setelah tujuh tahun, dan sekarang keadaan mereka terbalik. Namun, utang dari...