(IND) Extra Chapter - One

170 21 12
                                        

Setelah menikah Weir mengajak Wan tinggal di Singapura karena ia harus menjalankan bisnisnya. Kabar pernikahan Wan dan Weir seperti rudal yang menggegerkan seisi rumah keluarga Kanaros, kedua orang tuanya syok, selain karena mereka masih trauma dengan kecelakaan yang menimpa Weir, ternyata pria itu sudah bertunangan dengan seorang putri pengusaha di Singapura.

Namun mereka tidak bisa berbuat apa – apa karena selain kabar pernikahan, Wan dan Weir juga memberikan kabar baik lainnya, yaitu kehadiran seorang cucu yang baru berusia sekitar dua belas minggu. Dengan alasan inilah, Weir berhasil meyakinkan kedua orang tuanya untuk menerima Wan.

Meskipun demikian keluarga besar Weir belum bisa menerima Wan sepenuhnya, namun mereka sangat antusias menyambut kehadiran anggota keluarga baru, jadi tidak ada seorang pun yang berani mengusik Wan atau berkata kasar padanya selama masa kehamilan.

Sementara Phana mengajak Singto pergi menemui ibunya di sebuah pabrik makanan kaleng setelah mendapatkan informasi dari Weir. Mereka bertemu di sebuah restoran di dekat pabrik, Singto seraya berhambur memeluk ibunya untuk melepas rindu dengan berlinang air mata setelah sekian lama tidak bertemu.

"Ma, kau terlihat semakin kurus, apakah kau baik – baik saja?" tanya Singto khawatir sambil memperhatikan ibunya dari bawah ke atas.

Ibunya mengangguk pelan dan membalas, "Jangan khawatir sayang, aku baik – baik saja, hanya saja bulan ini jumlah produksi meningkat jadi kami diharuskan untuk lembur," ujar ibunya mencoba meyakinkannya.

"Tetapi selama ini kau tidak pernah bekerja keras, dan sekarang kau harus bekerja di pabrik, kau pasti sangat menderita."

"Jangan bilang begitu, aku sudah membiasakan diri dengan kondisi ini," ujar ibunya.

Singto menggelengkan kepalanya dan berkata, "Semua ini salahku, seandainya aku kuliah dengan serius dan pulang untuk membantu Pa mengurus perusahaan, maka kau tidak perlu melalui semua ini..." isaknya bercucuran air mata dengan menyesal.

"Seandainya aku tidak hanya tinggal di rumah dan belajar cara mengurus perusahaan dari ayahmu, maka semua ini tidak akan terjadi," balas ibunya, ia lalu menoleh pada Phana dan menyapanya dengan canggung.

"Maaf, aku berharap aku bisa melakukan sesuatu untuk membantu," Pha menimpali, ia teringat dengan ibunya yang pernah meninggalkannya dan pergi bekerja di China waktu kecil.

"Aku hanya minta agar kau menjaga Singto dengan baik, dan jangan pernah meninggalkannya apapun yang terjadi," pesan ibunya.

Pha mengangguk mengerti, "By the way, apakah kau ingin pulang dan tinggal bersama kami?"

Ibunya menggeleng dan menjawab, "Saat ini aku sedang mengikuti program naturalisasi, jadi aku tidak boleh kembali ke Thailand selama 2 tahun."

"Aw, kau ingin pindah kewarganegaraan?" tanya Singto syok.

Ibunya mengangguk dengan ragu – ragu, "Kau sudah menikah, dan ayahmu juga sudah tidak ada, jadi tidak ada alasan bagiku untuk pulang..." tutur ibunya lalu menghela nafas panjang, "Jangan khawatir, aku bisa menjaga diriku sendiri, lagipula jarak Suphan Buri dan Singapura tidak begitu jauh, jika ada waktu aku akan pulang melihat kalian."

"Tetapi..."

Phana seraya menyela, "Kami akan sering datang untuk mengunjungimu, dan jangan khawatir aku akan menjaga Singto dengan baik."

Ibunya mengangguk sambil tersenyum, "Aku percaya padamu, terima kasih."

Setelah makan, ibunya mengajak mereka untuk berkeliling pabrik dan mengenalkan mereka pada lingkungan kerjanya. Pada malam hari ia mengundang keduanya bertamu ke apartment berukuran kecil yang ia sewa dari sisa uang tabungannya.

(IND/ENG) - My Heart Insurance (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang