Singto mengangkat tubuh Phana dengan susah payah sambil membuka pintu, lalu menyeretnya ke dalam kamar, dan terakhir melemparkannya ke kasur. Setelah itu, ia menjatuhkan diri di lantai beristirahat sejenak untuk mengambil nafas sebelum menyalakan AC.
Sementara pria yang mabuk itu terus mengigau. "Apakah kita sudah di dalam?"
Singto meliriknya sesaat sambil menghela nafas panjang, lalu memaksakan diri untuk berdiri, untuk menyelesaikan pekerjaannya.
Sebelum mulai, ia membuka beberapa kancing kemejanya agar bisa bernafas dengan lega dan menggulung lengannya. Pertama – tama iamencopot sepatu serta kaos kaki Pha, lalu melepaskan jas, dasi serta ikat pinggang pria itu, dan tidak lupa ia juga membuka beberapa kancing kemeja. Terakhir, ia mencoba memperbaiki posisi tidur Pha, dengan bertumpu pada sebelah lututnya di kasur, ia mencoba mengangkat tubuhnya dari bawah lengan.
Namun prosesnya tidak semudah yang ia pikirkan, karena Phana tiba – tiba menjulurkan tangan merangkul lehernya hingga membuatnya jatuh berguling di kasur, lalu menguncinya erat dengan memeluknya seperti guling.
Singto membeku seketika dengan ekspresi kaget sambil menelan ludahnya menatap wajah Pha yang tepat berada di depannya. Namun ia berusaha untuk tenang, lalu mencoba menyingkirkan lengan Pha yang berada di bahunya, dan malah membangunkan orang yang sedang tidur tersebut.
"Apakah kita bisa melanjutkan sekarang?" tanya Pha sambil tersenyum. Jantung Singto langsung berdebar – debar mendengar pertanyaan itu, dan ia tidak menjawab.
Phana mengedipkan matanya beberapa kali, lalu membawa wajahnya mendekat dan menciumnya. Singto tidak menghindar, ia menyambut bibir Pha dan mengulurkan lengan membalas pelukannya.
Keduanya bercumbu panas selama beberapa menit, Singto lalu berinisiatif memutar posisinya menjadi di atas dan melanjutkan ciuman, disusul dengan gerakan pinggul yang berirama. Sepuluh menit kemudian, Singto yang mulai dikuasai nafsu, mulai membuka satu persatu kancing kemeja Phana dan dirinya hingga tidak menyisakan sehelai benangpun.
Setelah itu ia kembali naik ke atas Pha dan memimpin permainan. Pertama – tama ia memposisikan pedang mereka hingga sejajar dan menggesekannya berirama, dan tidak butuh waktu lama, pedang keduanya pun siap beradu.
Phana tidak henti – hentinya mengeluarkan erangan dalam keadaan setengah sadar, begitu juga dengan Singto yang sudah menguras hampir seluruh tenaganya dan ia sudah tidak sanggup bergerak lagi, sehingga ia memutuskan untuk menggunakan kedua tangannya.
Namun belum sempat idenya terlaksana, tiba – tiba saja Pha memutar posisi mereka, lalu menciumnya kembali sambil mengigau.
"Aku sudah menunggu moment ini selama tujuh tahun, setiap malam aku bermimpi sedang bercinta denganmu, namun di tengah – tengah aku tiba - tiba terbangun dengan berlinang air mata..." ujarnya sambil menggerakkan pinggulnya, menggesek batang kemaluan mereka.
Singto tidak bisa menahan harunya lagi dan tanpa sadar meneteskan air mata di tengah – tengah desahan, "Maafkan aku..." isaknya.
"Setelah lulus aku berpikir untuk mencarimu, karena itu aku kuliah sambil bekerja untuk memgumpulkan uang dan pergi ke Bangkok..."
"Apa?" Singto terkejut mengetahui hal itu.
"Aku sangat senang saat berhasil menemukan alamat rumahmu, tetapi harapanku kembali pupus saat mereka bilang kau berada di luar negri..."
"Mereka siapa?"
"Ayahmu..."
"K-kau bertemu ayahku?"
"Tidak hanya itu, ia juga menunjukkan foto seorang wanita dan memperkenalkannya sebagai calon menantunya..."
Singto tidak ingin mempercayainya, ia menebak ayahnya pasti melakukan itu untuk membuat Phana menyerah.
KAMU SEDANG MEMBACA
(IND/ENG) - My Heart Insurance (END)
Roman d'amourGenre : Romance/Drama Pairing : Sing/Pha (IND) Phana bekerja di sebuah perusahaan asuransi sebagai Senior Sales Manager dan secara tak terduga bertemu dengan mantannya lagi setelah tujuh tahun, dan sekarang keadaan mereka terbalik. Namun, utang dari...