(IND) Chapter Twenty - Wholeheartedly

162 23 3
                                    

Phana akhirnya diijinkan keluar setelah dirawat selama beberapa hari di rumah sakit dan langsung kembali bekerja. Ia mengajak Singto tinggal bersamanya agar mereka bisa pergi dan pulang kerja bersama, mengingat pria itu telah memutuskan kontrak apartmennya. 

Namun Singto menolak ide kedua, karena ia belum siap hubungannya dan Pha diketahui semua orang, dan beruntung motornya tidak hilang. Wan juga tidak mengumbar soal putusnya hubungan ia dan Phana pada semua orang, atau menyebut soal Singto dan Weir.

Singto tidak sengaja berpapasan dengan Wan di lorong saat hendak ke kamar mandi, keduanya membeku sejenak dan saling bertukar pandang dengan ekspresi terkejut, detik berikutnya Wan segera memalingkan wajahnya dan berjalan melewatinya.

Singto seraya menoleh ke belakang dan berkata, "Apakah kita bisa bicara sebentar?"

Langkah Wan kembali berhenti, lalu membalas tanpa menoleh, "Jika kau ingin minta maaf, itu tidak perlu." 

"Aku tidak berharap kau akan memaafkanku, aku hanya ingin kau tau..." Singto tampak ragu – ragu sejenak sebelum melanjutkan, "Aku membantumu karena aku merasa tersentuh mendengar ceritamu dengan Weir, dan aku tidak memberitahu Phana soal rencana kita..." ia berusaha menjelaskan, "Malam itu, aku menemukan Phana sedang mabuk berat di bar dan mengantarnya pulang, lalu berencana meninggalkannya setelah itu, tetapi siapa sangka aku malah terjebak disana dan..."

Wan seraya menoleh ke belakang dan menyela, "Apa gunanya kau memberitahuku sekarang?" tukasnya sambil tersenyum sinis, "Selain rekan kerja, aku dan Phana sudah tidak punya hubungan apapun lagi, jadi kau tidak perlu menjelaskan padaku soal urusan ranjangmu dengannya," tegas gadis itu.

Singto seakan ditampar di wajah mendengar hal itu, namun sakitnya sampai di dada, "A-aku mengerti, maaf sudah mengganggu waktuku," ujarnya canggung sambil menelan ludah.

"Kuharap kau tidak mencampuri urusan pirbadi dengan kerjaan, karena itu bisa mempengaruhi moodmu saat bertemu dengan calon nasabah," ia mengingatkan sebelum pamit dan meninggalkan Singto dengan ekspresi dingin.

Singto terkejut dan kagum melihat sikap professional Wan dalam bekerja, dimana ia harus bertemu dengan mereka setiap hari di kantor, dan mengesampingkan perasaan pribadinya, padahal ia baru saja patah hati. Tidak dipungkiri, Weir pasti memiliki peranan besar dalam hal ini, pikir Singto.

Singto termangu sejenak sambil berusaha berdamai dengan perasaannya, hal yang membuatnya menyesal adalah hubungannya dan Wan menjadi retak, padahal sebelumnya Wan begitu mempercayainya dan menganggapnya sebagai teman curhat. 

Setelah Wan pergi, tiba – tiba ia di kagetkan dengan kemunculan seseorang yang tidak lain tidak bukan adalah Nittha. Di saat bersamaan, Singto tiba – tiba menerima chat masuk dari gadis itu berisi video pendek dirinya dan Pha sedang bercumbu mesra di dalam mobil sebelum dinner date. Singto membelalakkan matanya kaget dan seraya memandangi Nittha dengan tatapan melotot.

Gadis itu menghampirinya dan berkata, "Barusan, aku menguping pembicaraanm dengan Wan, tidak kusangka kau berhasil menyingkirkannya dan merebut kekasihnya," ujarnya dengan nada menyindir, "Aku sungguh meremehkanmu," ia menyeringai.

"Apa yang kau inginkan?" tanya Singto to the point.

"Aw, kupikir kau ingin menanyakan, darimana aku mendapatkan video itu?"

Singto berusaha untuk tetap tenang dan membalas, "Apakah kau mengancam akan menyebarkannya?"

"Apakah itu membuatmu takut dan malu?" balas Nittha dengan menyeringai.

"Kau melakukan ini untuk balas dendam karena aku merebut nasabahmu?" Singto kembali bertanya alih – alih menjawab pertanyaannya.

"Kau pikir aku masih belum move on dari Mrs. Thongtawan dan ingin membalasmu?" Nittha tertawa sinis dan menjelaskan, "Aku hanya ingin membuktikan kalau kau tidak punya harga diri dan tidak tau malu," kecamnya kasar.

(IND/ENG) - My Heart Insurance (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang