(IND) Chapter Twenty-Two - The Savior

159 21 0
                                        

Nittha memesan kopi dan duduk termenung seorang diri menunggu Singto tiba, dan terkejut saat melihat Phana datang bersama Singto sambil bergandengan tangan.

"Aku tidak ingat kau pernah menggandeng tangan Wan saat kalian datang bersama," ujarnya menyindir Phana. "Aku tidak percaya kau mencampakkan Wan demi seorang pria, apakah sebenarnya kau adalah gay?"

Singto seraya menarik tangannya dengan canggung, sedangkan Phana tampak tidak perduli.

"Kupikir aku tidak perlu memberitahu semua orang apakah aku gay atau bukan, tetapi aku harus memberitahukan kalau Singto adalah kekasihku saat ini," tegasnya, lalu seraya mengulurkan tangan memeluk pinggang pria itu. "Kau ingin berkomentar soal itu?"

Nittha menyeringai dan membalas, "Semua orang mengira kau dan Wan adalah pasangan yang sempurna, dan tiba – tiba saja kau mengenalkan seorang agent baru yang notabene seorang pria sebagai kekasih barumu, menurutmu bagaimana orang – orang akan berprasangka pada hubungan kalian?"

"Kurasa itu bukan urusanmu!" Singto tidak bisa menahan diri lagi dan menyela, "Jika kau mengajakku bertemu hanya untuk berkomentar soal hubunganku dan Phana, aku tidak tertarik untuk mendengarnya, selamat tinggal!" ujarnya, lalu berbalik hendak meninggalkan tempat itu.

"Tetapi aku yakin kau akan tertarik mendengar rahasia antara ayahmu dengan Mr. Thongtawan," ujar Nittha tiba – tiba.

Langkah Singto berhenti seketika, lalu kembail menoleh sambil membelalakkan matanya terkejut, begitu juga dengan Phana.

"Kau bilang apa? Lelucon apa itu?" tanya Singto, "Apa hubungannya ayahku dan Mr. Thongtawan?"

Nittha tidak menggubris pertanyaannya dan berkata, "Kupikir aku bisa membantu Mrs. Thongtawan mengklaim asuransi almarhum suaminya dan mendapatkan simpatinya, jadi aku menyelidiki diam – diam," tuturnya.

"Menyelidiki apa? Apakah kau masih belum menyerah dan masih berusaha meyakinkan Mrs. Thongtawan agar menunjukmu menjadi agentnya?"

Nittha tidak menjawab, ia meletakkan ponselnya yang rusak di atas meja. "Aku akan memberitahumu jika kau mengganti ponselku yang rusak."

Singto menggertakkan rahangnya kesal dan memprotes kalau bukan dia yang membuang ponselnya ke dalam toilet, tetapi Wan.

Pada saat yang sama Phana mengeluarkan ponselnya dan mentransfer sejumlah uang pada gadis itu, lalu menunjukkan bukti transfer. Singto terkejut dan seraya menoleh pada pria itu dan memprotes, "Untuk apa kau mentransfer uang padanya?!"

"Apakah kau melakukan ini untuknya atau Wan?" tanya Nitta sambil melirik Pha, mengabaikan Singto.

Pria itu tidak menjawab dan menyuruhnya menepati janji.

Nittha menggangguk mengerti, ia kembali memandang Singto dan melanjutkan topik sebelumnya, menunjukkan  gambar duplicate polis asuransi atas nama Mr. Thongtawan dari tabletnya, dimana tercantum nama ahli waris polis tersebut adalah Ayuddha Ruangtiraj.

Singto membelalakkan matanya kaget dan tidak percaya.

"Nama belakangmu ada Ruangtiraj, dan kau bilang kau lahir dan besar di Suphan Buri, jadi kutebak orang itu pasti ayahmu," tebak gadis itu.

"Apakah kau menuduh ayahku dalang dibalik pemalsuan tanda tangan?" balas Singto dengan mengangkat sebelah alisnya dan menyeringai, sementara Phana tidak berkomentar dan mencoba menganalisa.

"Mungkin ayahmu dan Mr. Thongtawan saling mengenal, aku tidak tau," Nittha menambahkan, "Setelah penyelidikan lanjut oleh jaksa, diketahui bahwa Mr. Thongtawan sendirilah yang menandatangi surat pengajuan mengganti nama ahli waris dengan nama ayahmu."

(IND/ENG) - My Heart Insurance (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang