(IND) Chapter Eighteen - Farewell

176 21 13
                                    

Phana terbangun oleh suara bel, ia berusaha membuka kelopak matanya yang terasa berat, lalu melirik bantal kosong di sampingnya sejenak, mengingat mimpinya samar – samar, dan memejamkan matanya kembali.

Bel kembali berbunyi dan menginterupsi imajinasinya, ia memaksakan dirinya untuk membuka matanya dan bangun, ia terkejut saat menyadari dirinya hanya mengenakan boxer, dan mencoba kembali mengingat apa yang terjadi. 

Ia ingat terakhir kali ia sedang minum di bar, lalu bagaimana ia bisa bangun di kamarnya, siapa yang mengantarnya pulang? Namun bel terus berbunyi membuatnya sulit berkonsentrasi, ia pun menyeret tubuh turun dari ranjang, menyambar bathrobe sebelum membuka pintu.

Phana langsung membuka matanya kaget melihat Wan muncul di hadapannya dan mematung seketika dengan ekspresi kosong, namun saat melirik tamu tak diundang yang muncul di belakang gadis itu ekspresinya langsung berubah. Amarahnya pun muncul kembali membuat seluruh rasa kantuk dan pusing akibat efek alkoholnya hilang seketika.

"Apa yang kalian lakukan disini?" tanya dengan nada tidak senang. "Ingin melanjutkan pesta?"

Alih – alih menjawab, Wan malah bertanya balik, "Dimana Singto? Apa hubunganmu dengannya?" tanyanya dengan nada menginterogasi.

"Apa maksudmu?"

"Apakah Singto tidak ada disini?" tanya Weir.

Phana tercengang dan bingung, lalu bertanya - tanya apakah Singto yang mengantarnya pulang tadi malam. Phana kembali mencoba mengingat mimpinya, dan entah kenapa rasanya begitu nyata, namun belum sempat ia merespon, Wan seraya mendorongnya menyingkir dari pintu dan melesat ke kamar untuk memeriksanya sendiri.

Gadis itu mematung di depan pintu dan tidak menemukan siapapun di dalam, ia memindai ke seluruh ruangan dan tidak menemukan jejak perselingkuhan keduanya, dimana Singto sudah membersihkannya sebelum pergi.

Namun Wan menyadari tumpukan tisu kotor di tempat sampah, beberapa di antaranya terdapat noda darah dan pakaian yang dikenakan Phana tadi malam terlipat rapi di atas end table. Ia menyadari ada secarik kertas di atasnya, dan segera melesat untuk mengambil dan membacanya.

Aku minta maaf telah berbohong padamu, tetapi aku tidak bermaksud membantu Weir untuk merebut Wan darimu, atau menjadi orang ketiga yang menghancurkan hubungan kalian, oleh karena itu, kuputuskan untuk pergi dan sebaiknya kita tidak bertemu lagi, kuharap kau dan Wan bisa berbaikan dan memulai kembali, selamat tinggal.

Phana tiba – tiba muncul di belakangnya, merebut kertas tersebut dari tangan Wan dan membacanya. Ia membelalakkan matanya kaget. Samar – samar ia mengingat apa yang terjadi tadi malam dan syok, menyadari bahwa ia tidak bermimpi, Singto bersamanya tadi malam dan mereka sungguh bercinta seperti di dalam mimpinya.

Selanjutnya, ia memindai seluruh ruangan untuk mencari ponselnya dan menghubungi Singto. Terdengar bunyi ringtone yang familiar dari kamar mandi, Phana pun segera melesat untuk memeriksanya, diikuti oleh Wan.

Ia menemukan ponsel Singto tergeletak di atas wastafel dan menduga pria itu pasti pergi dengan buru – buru hingga lupa membawa ponselnya.

"Apakah itu ponsel Singto? Dia sungguh bersamamu tadi malam?" tanya Wan. "Apakah sungguh ada sesuatu di antara kalian?!"

Phana tidak menggubris pertanyaan gadis itu, ia kembali membaca note yang ditinggalkan Singto, dadanya terasa di remas seiring dengan detak jantungnya yang semakin meningkat, ia tidak percaya Singto pergi meninggalkannya seperti tujuh tahun yang lalu. Phana meremasnya kertas di tangannya dengan emosi sambil memejamkan matanya, mencoba mengingat kembali mimpinya.

Wan kembali bertanya gugup, "A-apakah kau memiliki perasaan padanya?"

Phana tidak menjawab bahkan tidak mendengarkan suara gadis itu, "Aku harus mencarinya," gumannya pelan sambil berusaha mengatur detak jantungnya.

(IND/ENG) - My Heart Insurance (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang