Singto selalu datang ke kuil bersama kedua orang tuanya untuk berdoa dan berdana setiap tahun pada hari ulang tahunnya. Pagi itu matahari bersinar cerah dan kebetulan merupakan hari Minggu, Singto memutuskan untuk mengungungi kuil yang telah menjadi saksi bisu hidupnya selama 17 tahun.
Saat melangkahkan kaki memasuki aula utama ia tidak sengaja melihat Wan yang sedang berdoa dengan khusuk. Ia kembali teringat pengakuan Nittha soal Wan yang memberinya ide untuk menukar namanya. Ia tidak tau apakah itu benar atau tidak, namun jika melihat reaksi Wan setelah keluar dari ruangan Phana kemarin, membuatnya berpikir kalau Nittha tidak berbohong.
Wan pasti merasa bersalah, oleh karena itu ia datang ke kuil untuk berdoa, pikir Singto. Ia juga menebak mungkin Pha juga berada di sekitar sini, jadi untuk menghindari berpapasan dengan keduanya, Singto membatalkan rencananya dan memutuskan untuk meninggalkan tempat itu.
Sialnya saat berbalik, seorang pria tidak sengaja menabraknya karena buru - buru dan menjatuhkan sesuatu.
"M-maaf, aku tidak sengaja!" seru orang itu kaget dan meminta maaf padanya, lalu melihat ke bawah mencari sesuatu.
Singto menyadari ada sesuatu di bawah sepatunya dan segera berjongkok untuk memungutnya, "Apakah kau mencari ini? Benda apa ini?" tanyanya penasaran, namun orang itu tidak menjawab.
"P'Weir, kau tidak apa - apa?"
Pada saat yang sama, Singto mendengar suara yang familiar dan seraya menoleh ke belakang dengan terkejut, melihat Wan yang sedang berjalan menuju ke arah mereka.
"Singto? Kenapa kau bisa ada disini?" tanya gadis itu kaget, lalu melirik objek di tangan Singto, dan segera merebutnya.
"Er, halo," sapa Singto dengan kikuk, lalu melirik ke kanan kiri mencari sosok Pha.
"Wan..." pria yang menabrak Singto memanggil nama gadis itu, "Maaf, membuatmu menunggu lama, aku baru saja tiba," ujarnya lalu berjalan melewati Singto dan menghampiri Wan.
Singto membelalakkan matanya tidak percaya dan bertanya dalam hati, apa hubungan Wan dengan pria itu. Ia mengira Wan datang bersama Phana, namun ternyata gadis itu menunggu pria lain. Sesaat terlintas di kepalanya, suara yang memberitahukan bahwa Wan berselingluh dengan pria itu, namun ia segera mengabaikannya.
Singto menyadari ada yang aneh dengan pria itu, dimana Wan buru – buru memasangkan alat kecil berwarna hitam di kupingnya yang ternyata merupakan alat bantu pendengaran dan memeriksa keadaannya dengan ekspresi khawatir.
Pria itu menggeleng pelan sambil tersenyum mengatakan ia tidak apa – apa, dan mengucapkan terima kasih, sambil memperbaiki posisi alat bantu pendengarannya di kupingnya.
Wan kemudian menoleh pada Singto dan memperkenalkan pria itu padanya, "Perkenalkan, ini adalah Mr. Kanaros, kami datang ke kuil untuk berdoa agar proyek kerjasama berjalan lancar."
Singto mencoba mengingat – ingat dimana ia pernah mendengar nama itu dan bertanya – tanya proyek apa yang dimaksud oleh Wan, pada saat yang sama pria yang bernama Weir itu mengulurkan tangan padanya,
"Namaku Weir Kanaros, dan aku adalah salah satu nasabah Monday. Inc, dan Wan adalah agentku sekaligus konsultan untuk project baru yang sedang kuluncurkan," ia memperkenalkan dirinya kembali dengan formal dan menjelaskan soal project. "By the way, aku memiliki gangguan pendengaran, jadi mohon dimengerti," tambahnya.
Singto akhirnya teringat, Mr. Kanaros adalah nama seorang nasabah yang pernah disebut oleh Wan dan yang membuat Phana cemburu, namun ia tidak tertarik dengan pembicaraan proyek dan tidak berkomentar soalnya.
"Apakah Phana datang bersamamu?" tanya Singto pada Wan, mengalihkan topik mengabaikan orang yang lainnya.
Wan tampak terkejut dan merespon dengan menggeleng. "Tolong jangan katakan pada Phana kalau kau bertemu denganku disini," ujar gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
(IND/ENG) - My Heart Insurance (END)
RomanceGenre : Romance/Drama Pairing : Sing/Pha (IND) Phana bekerja di sebuah perusahaan asuransi sebagai Senior Sales Manager dan secara tak terduga bertemu dengan mantannya lagi setelah tujuh tahun, dan sekarang keadaan mereka terbalik. Namun, utang dari...