Suphan Buri High School, 16 April 2015...
Singto dan Phana sedang mengikuti seminar di sekolah yang juga dihadiri oleh para orang tua. Phana yang merasa bosan karena duduk berjauhan dengan Singto, mulai memikirkan rencana untuk kabur, dan kebetulan orang tua Singto tidak bisa hadir.
Ia lalu mengiriman chat pada Singto, mengajaknya bertemu di toilet, karena kebetulan ia juga ingin buang air, namun antrian toiletnya penuh.
Tidak lama, Singto pun muncul dan mengabarkan bahwa ibunya sedang dalam perjalanan ke sekolah.
"Apa? Tetapi katamu orang tua tidak bisa datang?"
"Aku tidak tau, ia tiba - tiba saja mengirimkan chat dan bilang ia akan segera tiba."
Pha terlihat gusar dan segera memutar otaknya, "Ayo pergi sebelum ibumu tiba!" usulnya dan segera menarik tangan Singto mengikutinya.
"Aw, kau tidak jadi ke toilet?"
"A-aku masih bisa menahannya..." sahut Pha.
Mereka pun bergegas meninggalkan sekolah dan menghentikan taksi, pada saat yang sama Singto melihat mobil ibunya dari kejauhan. Ia langsung masuk ke dalam taksi setelah Phana, berbaring menghadap ke samping di pangkuan pria itu untuk bersembunyi dan menutupi wajahnya dengan tas.
Phana segera memerintahkan supir untuk segera jalan. Jantung keduanya berdegup kencang dengan alasan yang berbeda. Dimana Singto takut ketahuan ibunya, sedangkan Phana tiba – tiba terangsang akibat kebelet pipis, karena kepala Singto menekan area kantong kemihnya.
Setelah beberapa saat, taksi yang mereka tumpangi berpapasan dengan mobil ibu Singto dan Phana reflek memalingkan wajahnya.
Setelah aman, Singto pun bangun dari posisinya dan menoleh ke belakang untuk mengintip, sementara Phana tampak gelisah menahan kencing sambil memeluk tas dipangkuannya erat.
Setelah beberapa saat, Singto kembali menghadap depan dan menghembuskan nafas lega, "Aw, ada apa denganmu?" tanyanya kaget melihat ekspresi Pha. "Sakit perut?" tebaknya.
"H-hanya kebelet pipis..." jawab Pha sambil menelan ludah.
Singto tidak ingin mempercayainya dan ingin tertawa. Mereka pun menyuruh taksi berhenti saat melewati sebuah kuil bergaya Tiongkok untuk meminjam toilet.
Phana akhirnya bisa bernafas lega setelah mengosongkan kantong kemih. Singto lalu mengusulkan padanya untuk masuk ke kuil dan berdoa. Ia pun segera membeli dupa dan lilin, lalu berlutut bersama di depan patung Buddha dan berdoa dalam hati masing – masing.
Setelah selesai, Phana melirik ke sampingnya melihat Singto yang sedang berdoa dengan kusuk, sambil memejamkan matanya, ia penasaran doa apa yang dipanjatkan oleh Singto, namun ia tidak ingin mengganggu.
Selanjutnya ia menoleh ke sisi yang lain dan melihat sesorang pria sedang menggoyang – goyangkan sebuah guci yang terbuat dari kayu dengan banyak lidi di dalamnya. Phana memperhatikannya dengan keheranan dan bertanya – tanya apa yang ia lakukan.
Tidak lama kemudian, sebuah lidi mencuat keluar dan terjatuh dari dalam guci, ia segera memungut lidi tersebut dan berjalan ke sebuah ruangan. Pada saat yang sama, Singto pun selesai berdoa dan mengajaknya ke ruangan lain untuk berdana.
Phana kembali bertemu dengan pria tadi, sedang berbicara pada peramal sambil memegang secarik kertas di tangannya, karena penasaran, ia pun mencoba menguping dan mengetahui bahwa fungsi lidi tersebut adalah untuk meramal.
KAMU SEDANG MEMBACA
(IND/ENG) - My Heart Insurance (END)
RomanceGenre : Romance/Drama Pairing : Sing/Pha (IND) Phana bekerja di sebuah perusahaan asuransi sebagai Senior Sales Manager dan secara tak terduga bertemu dengan mantannya lagi setelah tujuh tahun, dan sekarang keadaan mereka terbalik. Namun, utang dari...
