Phana membawa Singto ke rumah sakit untuk memeriksa lambungnya, dokter menyuruhnya untuk makan teratur dan menghindari stress, lalu meresepkan beberapa obat penghilang nyeri dan penetral asam lambung.
"Kenapa kau berbohong dengan mengatakan ingin bertemu calon nasabah?" protes Singto di dalam mobil setelah meninggalkan rumah sakit.
"Calon nasabahnya adalah dokter, jadi kupikir sekalian," ujar Pha membuat alasan. "Tetapi tiba – tiba saja ia berhalangan dan membatalkan janji."
"Kau berharap aku percaya?"
"Terserah kau..."
"Apakah kau kecewa mengetahui umurku masih panjang?" tanya Singto bercanda.
"Apakah kau stress memikirkan kerjaan hingga lupa makan?" Phana mengalihkan topik alih – alih menjawab.
"Aku selalu makan tiga kali sehari," sahut Singto.
"Lalu kenapa maagmu bisa sakit?"
"Mana kutau?"
Phana menggertakkan rahangnya dengan kesal mendengar jawaban klasik Singto, dan menahan diri untuk membalas, lalu mengganti topik.
"Kau tinggal dimana?"
"Untuk apa kau bertanya? Mau mengirimkan paket bantuan sosial untukku?"
"Aku ingin melihat seperti apa lingkungan tempat tinggalmu!" ujarnya terus terang.
"Memangnya profesimu merangkap pekerja sosial?"
"Sebagai rekan kerja apa salahnya aku peduli?!"
Singto terdiam seketika mendengar pernyataan Pha yang hanya menganggapnya sebatas teman kerja, hal itu membuat dadanya terasa diremas, seandainya ia tidak meninggalkan Suphan Buri rujuh tahun yang lalu, munkin saat ini status mereka masih bersama, pikirnya.
Singto akhirnya mengalah dan menunjukkan alamat tempat tinggalnya pada Pha, dan mobil pun melaju menuju lokasi yang terletak di pinggir kota.
Mobil berhenti di depan sebuah apartmen tua yang terlihat kotor dan kumuh. Singto keluar dari mobil dan berjalan mendahului Phana, menaiki tangga menuju apartemennya di lantai 6.
Setelah tiba di depan pintu, Singto mematung sejenak dan tampak ragu – ragu membiarkan Phana masuk, lalu berpikir sejenak mencari alasan untuk mengusirnya secara halus.
"Kau sudah melihat lingkungan tempat tinggalku, kau boleh pergi sekarang!"
"Aw, kita sudah sampai disini, biarkan aku masuk."
"Tidak ada apa – apa di rumahku..."
"Lalu kenapa kau takut membiarkanku masuk?"
"Aku takut kau tidak bisa keluar setelah masuk," ujar Singto dengan ekspresi serius, meniru ucapan psikopat.
Phana menelan ludahnya berat dan membalas dengan bercanda, "Apa kau akan menyekapku dan menghabisiku?"
Singto seraya memandangnya lurus dan tanpa aba – aba, tiba – tiba saja ia mendorong Phana ke depan pintu, lalu membawa wajahnya mendekat dan berbisik di telinganya.
"Karena aku takut aku tidak bisa mengontrol diri dan melakukan sesuatu padamu," ia menakut - nakuti Pha.
Namun Phana sama sekali tidak terpengaruh dan membalas, "Seperti apa?" tantangnya dengan mengangkat sebelah alisnya.
Singto mencoba menenangkan dirinya dan berusaha mengumpulkan segenap keberaniannya, lalu mendekatkan bibirnya hendak mencium Pha, membuat pria itu reflek menahan nafasnya dan membeku seketika.

KAMU SEDANG MEMBACA
(IND/ENG) - My Heart Insurance (END)
RomanceGenre : Romance/Drama Pairing : Sing/Pha (IND) Phana bekerja di sebuah perusahaan asuransi sebagai Senior Sales Manager dan secara tak terduga bertemu dengan mantannya lagi setelah tujuh tahun, dan sekarang keadaan mereka terbalik. Namun, utang dari...