Pihak rumah sakit menanyakan informasi keluarga Phana pada Singto untuk mengurus registrasi rumah sakit, namun ia tidak mengetahui nomor kontak keluarga Pha dan tidak memiliki ponsel, jadi ia meminjam telephone rumah sakit dan menelpon ke kantor Monday.
Tidak lama kemudian, Wan pun tiba di rumah sakit dengan ditemani oleh Weir setelah menerima telephone dari Singto. Ketiganya bertemu di depan ruang ICU, dimana Phana sedang menjalani perawatan intensif akibat cedera di kepala.
"Apa yang terjadi?" tanya Wan emosi saat melihat Singto, "Bagaimana ia bisa kecelakaan? Bukankah ia pergi mencarimu?!!" tanya gadis itu sambil mencengkram baju Singto.
Singto tidak menjawab karena masih syok dan wajahnya basah oleh airmata, menyesali keputusannya meninggalkan Phana.
"Jika terjadi sesuatu pada Phana, aku tidak akan memaafkanmu!!!" ancam Wan ia memukul dada Singto dengan emosi.
Melihat itu, Weir segera menarik gadis itu menjauh dari Singto dan mencoba menenangkannya. Wan menangis tersedu – sedu sambil memeluk Weir, mengkhawatirkan keadaan Pha.
Singto tidak menghiraukan gadis dan terus berdoa dalam hati, jika terjadi sesuatu pada Phana, ia juga tidak bisa memaafkan dirinya.
"Aku seharusnya tidak membiarkannya pergi dan menahannya..." isak Wan menyesal, "Semua ini salahku..."
Weir memeluknya erat tanpa berkomentar, membiarkan gadis itu mengeluarkan seluruh emosinya, ia tidak menyangka akan jadi seperti ini dan merasa bertanggung jawab.
Beberapa saat kemudian, seorang petugas datang dan menyerahkan barang – barang pribadi milik Phana pada Wan dan memintanya untuk mengurus prosedur registrasi rumah sakit. Wan pun berusaha menenangkan diri sejenak sebelum meninggalkan ICU hall bersama Weir.
Setelah menunggu dua jam lebih, akhirnya seorang dokter berjalan keluar dan melaporkan keadaan Phana yang optimis pada ketiganya. Beruntung Phana sempat mengurangi kecepatan dan mengerem sebelum menabrak pohon, sehingga tidak mengalami cedera serius.
Terdapat luka dan memar pada sisi bagian depan kepala akibat benturan kuat dengan stir, menyebabkan pembuluh darah di bawah kulit pecah dan masuk ke otak, jadi harus segera di tangani sebelum terjadinya pembekuan.
Seakan mendapatkan oksigen kembali, Wan dan Singto pun langsung menghembuskan nafas lega mendengar kabar gembira dari kondisi Pha. Namun mereka harus menunggu hingga proses pemindahan pasien selesai sebelum diijinkan untuk menjenguk pria itu.
Sambil menunggu, Weir menawarkan minum pada keduanya dan bertanya pada Singto tentang kronologi kecelakaan. Singto terenyak seketika dan menoleh pada pria itu, ia tampak ragu sejenak sebelum menceritakan seluruh kronologi yang dilihatnya.
"Jika ia tidak pergi mencarimu, maka semua ini tidak akan terjadi!" tukas Wan tiba – tiba dengan emosi sambil melototi Singto. "Kupikir aku bisa mempercayaimu, namun ternyata kau menusukku dari belakang!" tudingnya. "Apakah kau membantuku dengan tujuan ingin menghancurkan hubunganku dengan Phana?!"
Singto seraya menoleh pada gadis itu dengan ekspresi terkejut, "A-aku tidak mengerti maksudmu?"
"Kenapa kau pergi meninggalkan apartment Pha dan meninggalkan note?" tanya Weir menimpali. "Apa yang terjadi setelah kalian meninggalkan restorant?"
Jantung Singto berdebar - debar mendengar pertanyaan Weir dan menduga keduanya pasti datang ke apartemen Phana dan bertanya-tanya apa yang mereka ketahui.
"A-aku menemukan Pha sedang mabuk di bar dan mengantarnya pulang..." jawab Singto gugup dan menelan ludahnya mengingat apa yang mereka lakukan setelah itu. "Aku tidak ingin kau berpikir bahwa aku ingin menghancurkan hubunganmu dengan Pha, karena itu aku memutuskan untuk pergi dan kembali ke Bangkok..."
KAMU SEDANG MEMBACA
(IND/ENG) - My Heart Insurance (END)
RomansaGenre : Romance/Drama Pairing : Sing/Pha (IND) Phana bekerja di sebuah perusahaan asuransi sebagai Senior Sales Manager dan secara tak terduga bertemu dengan mantannya lagi setelah tujuh tahun, dan sekarang keadaan mereka terbalik. Namun, utang dari...
