(IND/ENG) - My Heart Insurance (END)

(IND) Chapter Twenty-Four - Pandora Box

Seminggu kemudian, Nittha akhirnya ditemukan bersembunyi di rumah orang tuanya di Chiang Rai, tim investigator dan polisi membawa surat penangkapan dan membawanya kembali ke Bangkok untuk menjalani pemeriksaan.

Nittha tidak mengakui perbuatannya dan berdalih bahwa ia mendapatkan uang itu dari mantan kekasihnya yang kaya raya, meskipun ia tidak bisa membuktikan alibinya. Namun karena kurangnya bukti, gadis itu tidak bisa di tuntut, namun ia kehilangan sertifikat agent dan hak atas komisi seperti yang dikatakan oleh Phana.

Nittha pun mengalami depresi berat, selain dikejar hutang oleh bandar juga ia juga terancam di penjara karena tidak bisa membayar tagihan kartu kredit.

Sehingga ia diam – diam menemui Mrs. Thongtawan setelah jam pulang kerja di kantornya dengan menyamar sebagai cleaning service setelah mempelajari bahwa wanita itu selalu tinggal sendirian di kantornya setelah semua karyawan pulang.

"Kau?" seru Mrs. Thongtawan terkejut saat melihatnya, namun ia tidak ingin membuat keributan dan memutuskan untuk menyambut tamu yang tidak diundang tersebut.

"Senang bisa bertemu kembali denganmu, Mrs. Thongtawan," sapa Nittha sopan. "Kuharap kau selalu diberikan kesehatan dan umur yang panjang," ujarnya berbasa basi.

"Aku sudah membaca berita tentangmu dan aku bersyukur tidak membeli asuransi darimu," ujar Mrs. Thongtawan to the point.

Ekspresi Nittha berubah seketika dan membalas, "Aku mengerti, tetapi alasanmu membeli asuransi dari Singto bukan karena kau membutuhkan asuransi, melainkan karena kau berhutang pada keluarganya, bukankah begitu?" tebaknya.

"Kenapa kau berpikir begitu?" balas Mrs. Thongtawan dengan sikap tenang.

Nittha tidak menjawab, ia mengeluarkan ponselnya dan menunjukkan sebuah artikel berita tahun 2015, "Pada awal tahun 2015, Thongtawan Grup mengalami krisis keuangan yang disebabkan oleh kesalahan berinvestasi, akibatnya perusahaan kehilangan banyak uang dan terpaksa menggadaikan asset perusahaan pada Bank untuk meminjam uang dalam jumlah yang besar agar kegiatan operasional perusahaan dapat berjalan normal."

Mrs. Thongtawan tidak mengakuinya dan tidak menyangkal, "Media selalu membesar- besarkan berita untuk menarik minta pembaca," komentarnya. "Memang benar, Thongtawan Grup pernah berada di waktu yang gelap sekitar tahun 2014 dan 2015, namun berkat dukungan dan kerja keras dari semua orang, kami berhasil melewati semua itu dan menjadi besar seperti sekarang," tutur wanita itu dengan bangga. "Apakah ada yang ingin kau tambahkan?"

"Benarkah begitu?" balas Nitta dengan menyeringai. "Tetapi, apakah kau melupakan Mr. Ruangtiraj yang telah berjasa membantu Thongtawan Group melunasi hutang pada bank? Rumornya ia sampai menggadaikan rumah sebagai jaminan untuk mempertahankan asset Thongtawan Group." 

Mrs. Thongtawan membelalakkan matanya terkejut dan terhuyung, pembawaannya yang sebelumnya tenang mulai terlihat goyah, ia bertanya – bertanya bagaimana gadis itu bisa mengetahui semua ini.

"Aku tidak mengerti apa yang kau katakan," ujar Mrs. Thongtawan, "Mr. Ruangtiraj memang pernah menjadi mitra bisnis yang baik dengan Thongtawan Grup di masa lalu, namun Mr. Ruangtiraj telah memutuskan kerjasama dengan Thongtawan Group sejak ia memindahkan businessnya ke Bangkok, rumornya ia menggadaikan rumah sebagai modal untuk mengembangkan bisnisnya, dan itu tidak ada hubungannya dengan Thongtawan Grup!" tegasnya.

Nittha mengangguk beberapa kali dan menghela nafas panjang, "Aku bisa mengerti jika kau tidak ingin mengakuinya, tetapi apakah kau masih bisa menyangkal setelah mendengar ini?" ujarnya dengan menyeringai.

Selanjutnya, ia memutar recording wawancara wartawan dengan Mr. Thongtawan yang tidak sengaja menyebutkan bahwa ia sangat berterima kasih pada Mr. Ruangtiraj yang telah diam – diam membantunya melewati masa krisis, jika tidak mungkin asset perusahaannya telah disita oleh Bank.