(IND) Chapter Twenty-Five - Sweet Home

137 22 0
                                    

Setelah kembali ke Suphan Buri seperti janjinya Phana mengatur pertemuan dengan Mrs. Thongtawan, ketiganya pun bertemu di sebuah restoran di sebuah ruang makan private yang di booking oleh Phana.

Tanpa basa basi Singto langsung menunjukkan dokumen penggadaian rumah pada wanita itu dan bertanya, "Apakah kau mengetahui soal ini?"

Mrs. Thongtawan tidak menjawab, ia memandang keduanya bergantian dan bertanya, "Dari mana kau mendapatkan ini?"

"Menurutmu siapa yang mungkin menyimpan dokumen ini?" Phana mengembalikan pertanyaan padanya.

"Ayahmu?" tanyanya sambil memandang Singto.

"Apa hubunganmu dengan ayahku?" Singto kembali bertanya to the point, "Kenapa ia menjual rumah kami untuk membantumu tanpa syarat?"

Mrs. Thongtawan menutup mulutnya rapat, ia kembali memandang dokumen di atas meja dan tidak berkomentar.

Singto mengerutkan alisnya dengan gusar dan berkata dengan emosi, "Apakah karena alasan ini kau membeli asuransi dariku alih - alih dari Nittha? Karena kau merasa berhutang budi?!!"

Mrs. Thongtawan tidak menyangkal, ia memang merasa berhutang budi pada ayahnya pada saat itu, namun alasannya membeli asuransi adalah karena ucapan Singto yang membuatnya teringat dengan putrinya.

Sementara di sisi lain, Phana tampak ragu – ragu sejenak sebelum mengganti topik dan bertanya, "Apakah Mr. Ruangtiraj memiliki hubungan pribadi denganmu dan almarhum suamimu?"

Seperti disambar petir di siang bolong, wanita itu seraya melototi Pha dengan ekspresi kaget, "Apa yang membuatmu berpikir begitu?"

Phana menarik nafas panjang sebelum mengeluarkan jurnal miliki ayah Singto dan menunjukkan potongan tulisan Mr. Ruangtiraj.

Singto tidak mempercayai penglihatannya dan bertanya keheranan, "Aw, kupikir jurnalnya kosong?"

Phana meliriknya dan menjelaskan, "Aku menyalinnya kembali mengikuti cetakan tulisan tangan ayahmu pada halaman yang kosong," tutur Pha, "Tetapi tulisannya berantakan dan sulit dibaca."

"Ayahku mengalami stroke menyebabkan kedua tangannya menjadi kaku," ujar Singto sambil mengamati tulisan yang disalin ulang oleh Pha menggunakan pensil dan membacanya dalam hati.

Aku terkejut saat mengetahui rahasia Singto, seakan melihat refleksi diriku di masa lalu. Aku tidak ingin putraku mewarisi karmaku dan melakukan kesalahan yang sama denganku di masa lalu, aku ingin ia memiliki hidup yang normal dan keluarga yang bahagia...

...Jirayu dan aku memiliki hubungan yang tidak bisa ku jelaskan, aku berhutang padanya, karena itu aku membuat keputusan ini, kupikir setelah melunasi seluruh hutangku padanya, aku bisa memulai hidup baru dengan kalian...

Aku minta maaf karena membohongimu selama 20 tahun, tetapi aku tidak pernah mengkhianati pernikahan kita, aku mencintaimu dengan seluruh hidupku, aku berharap kau bisa memaafkanku...

...aku minta maaf karena tidak bisa menebus kembali rumah kita, dan aku sangat menyesal tidak bisa menemanimu hingga hari tua, jika waktu bisa diulang, aku ingin bisa jujur kepada perasaanku dan tidak akan mengulangi kesalahan yang sama...

Singto memejamkan matanya sejenak mencoba untuk memahami tulisan ayahnya, lalu menoleh pada Phana dan bertanya, "Apakah ini surat pengakuan yang ditulis ayahku untuk ibuku?"

"Aku juga berpikir begitu," sahut Pha, ia lalu menoleh pada Mrs. Thongtawan dan bertanya. "Mr. Ruangtiraj menyebutkan ia dan almarhum suamimu memiliki hubungan yang tidak biasa, apakah kau bisa menjelaskannya?" sambil menunjukkan foto yang terjatuh dari dalam jurnal.

(IND/ENG) - My Heart Insurance (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang