🌊 SELAMAT MEMBACA 🌊
“Beda orang, beda juga sifat dan sikapnya.”
~••★••~
DI antara orang-orang yang berlomba mendapatkan nilai bagus, di antara orang-orang yang hanya mengejar popularitas dan kekuasaan, ada orang-orang yang berharap bisa menjalani masa SMA tanpa gangguan.
Bukan hal aneh lagi bila ada segelintir orang yang dikucilkan di sekolah. Mereka yang biasanya dianggap berbeda, dianggap lemah dan tak mampu melawan akan menjadi sasaran empuk bagi orang-orang yang sok berkuasa.
Seperti yang terjadi ketika jam istirahat kali ini. Suasana kantin pasti selalu dipenuhi oleh orang-orang berperut lapar. Bahkan saking penuhnya, tempat duduk yang disediakan tak mampu menampung banyaknya orang yang datang.
Bagi yang memiliki kesabaran tingkat tinggi, mereka yang ingin makan di kantin biasanya akan menunggu sampai salah satu meja ditinggalkan pemiliknya. Ada juga yang memilih untuk membawa makanan mereka ke kelas daripada harus menunggu lama-lama.
Namun, ada juga orang-orang yang tidak sabaran, tapi tetap ingin makan di kantin dan untuk mendapatkan tempat duduk mereka dengan berani melakukan hal yang tidak pantas.
"Minggir lo, gue mau makan di sini," usir seorang gadis berwajah congkak disertai tatapan tajam.
Tak hanya mengusir, dia juga menendang kursi yang diduduki oleh seorang gadis berambut kepang dua, membuat dia yang sedang makan terkejut bukan main.
Dara Varischa, bersama kedua teman yang selalu mengekorinya di belakang, Olin Laquitta dan Adhira Lynne, adalah tiga orang gadis yang terkenal suka mengusik orang-orang yang lemah, mudah ditakut-takuti dan dimanfaatkan. Salah satu orang yang sering mereka usik adalah Nesya Harini.
"Buruan sana pergi!" sentak Olin.
Tidak ingin membuat dirinya kian dalam masalah, dengan terpaksa Nesya berdiri seraya membawa semangkuk bakso yang belum dia habiskan. Sementara Dara dan kedua temannya langsung duduk seraya menyilangkan kaki.
"Eh-eh, sebelum pergi beliin gue mie ayam sama es jeruk dong," kata Adhira ketika Nesya hendak pergi. "Kalian mau apa?"
"Gue siomay sama es teh aja, deh," balas Olin. "Kalau lo, Dar?"
"Bakso kayaknya enak, minumnya terserah lo aja. Asal jangan yang terlalu manis atau terlalu asem."
"Inget, kan, pesenannya apa aja?" Olin bertanya seraya menatap Nesya.
Nesya mengangguk pelan.
"Ya udah, buruan sana pesenin. Udah laper, nih," kata Adhira. "Kalau ada yang salah sama pesenannya awas aja lo."
Nesya kembali mengangguk, lalu dia bergegas pergi untuk membelikan makanan dan minuman sesuai dengan pesanan mereka.
Penindasan seperti ini bukan lagi pemandangan yang aneh. Ketidakberanian si korban untuk mengadu serta ketidakberanian orang-orang untuk menolong, tentu membuat para perundung akan terus menjalankan aksi mereka dengan berbagai tujuan.
Tanpa Nesya ataupun Dara dan kedua temannya sadari. Sejak tadi ada seorang gadis yang diam-diam memerhatikan mereka semua.
Sambil mengaduk minumannya dengan sedotan, dia terus melihat Dara dan kedua temannya yang sedang berteriak menyuruh Nesya untuk cepat-cepat mengantar pesanan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIGHT OR FLIGHT [END]
JugendliteraturAda dua respon yang akan manusia tunjukkan ketika dia dihadapkan pada suatu masalah, yaitu hadapi atau hindari. Bagi Syana Kasyaira sendiri, menghadapi masalah adalah cara terbaik. Tak peduli seberapa banyak dan sedahsyat apa masalah yang datang, di...