🌁 F/F 19 : Rencana balas dendam & masa lalu kelam Rion

66 12 0
                                    

🌊 SELAMAT MEMBACA 🌊

“Berpura-pura kuat di tengah banyaknya tekanan memang tidak mudah, tapi itu lebih baik daripada terlihat lemah.”

~••★••~

"GIMANA rasanya lagi-lagi dipermaluin di depan banyak orang, hm?"

Dara dan kedua temannya yang baru beranjak dari bangku seketika menoleh ke arah sumber suara dan bisa mereka lihat Keenan, Regan dan Ryder tengah berjalan menghampiri.

"Berisik lo!" sentak Dara kesal.

Keenan menyeringai, lalu dilipatnya tangan di dada. "Lo inget cowok yang nyelamatin si Syana malem itu?"

"Ya, kenapa?" Dara balik bertanya. "Apa lo pikir—"

"Ya." Keenan memotong ucapan Dara. "Kalau bukan dia, siapa lagi?"

"Mana gue tau," balas Dara ketus. "Terus terang aja, deh. Lo dateng nyamperin gue mau ngapain? Gue mau balik, nih."

Keenan tidak langsung menjawab, dia malah duduk di atas meja di belakangnya, lalu berkata, "Sekarang kita punya musuh yang sama. Bukan cuma si Syana, tapi juga cowok itu."

"Terus?"

"Ah, gue tau." Adhira tiba-tiba menyela. "Kalian pasti mau nawarin kerja sama, kan?"

"Exactly," kata Regan.

Dara mendengkus. "Malem itu aja gagal."

"Anggap aja itu keberuntungan dia."

Dara menyeringai. "Wow, dewi fortuna apa yang dia punya sampai setiap kali gue mau bales dendam dia selalu lolos?"

Keenan mengedikkan bahunya. "Lupain itu, yang jelas kita harus bales perbuatan dia. Apalagi temen gue udah jadi korban."

"Caranya?"

"Kita cari kelemahan dia, bongkar rahasia dia atau apa pun itu."

"Dan lo yakin itu bakal berhasil?" tanya Dara. Dari ekspresi wajahnya terlihat jika dia cukup sangsi.

"Kita nggak akan tau, kalau kita belum coba," balas Keenan.

"Bener tuh, Dar. Kita coba aja dulu," bisik Olin.

Dara berpikir sejenak. Dia mencoba menimbang-nimbang kemungkinan besar apa yang akan terjadi dari kerja sama yang Keenan tawarkan. Karena kalau hasilnya seperti kemarin, itu hanya akan buang-buang waktu saja.

"Gimana? Lo setuju?" tanya Keenan. Lalu dia mengulurkan tangannya.

Dara menghela napasnya dan walau sedikit ragu, tapi akhirnya dia menjabat tangan lelaki itu. "Oke, gue setuju."

°°°°

"Parah, sih, jam istirahat tadi lo keren banget," ujar Syana. Wajahnya begitu berseri-seri.

Rion yang sedang mengayuh sepeda tidak begitu memedulikan Syana yang memujinya. Dia juga tidak mengerti kenapa Syana begitu senang. Padahal apa yang dia lakukan tadi bukanlah sesuatu yang patut dibanggakan.

FIGHT OR FLIGHT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang