🌊 SELAMAT MEMBACA 🌊
“Akan ada saatnya yang dekat menjadi jauh dan yang jauh menjadi dekat.”
~••★••~
JIKA sebelumnya Rion yang tidak mengacuhkan Syana, kali ini Syanalah yang melakukannya. Bukan untuk balas dendam, tapi karena Syana terlalu asyik berbalas pesan dengan Ryder.
Bahkan sejak Rion menjemput gadis itu lalu menyapanya, Syana hanya membalas singkat kemudian duduk di boncengan sepeda sambil terus menatap ponsel di tangannya.
Rion sadar akan perubahan sikap Syana, tapi dia tidak terlalu memedulikannya. Mungkin Syana masih marah perihal kejadian kemarin.
Karena itu, selama perjalanan menuju sekolah Rion mencoba mencairkan suasana di antara mereka. Dia berusaha mengajak Syana mengobrol, tapi Syana hanya membalas sekenanya.
Gadis itu terus saja menatap layar ponsel sambil sesekali tersenyum dan tertawa entah karena apa. Rion kesal? Sudah pasti, tapi dia mencoba untuk tetap sabar.
Hingga akhirnya, mereka tiba di halaman parkir dan setelah Rion memarkirkan sepedanya, Syana lantas turun dengan tatapan tak lepas dari layar ponsel, membuat dia hampir terjatuh karena tersandung.
Rion mendengkus. "Bisa nggak, sih, lo jangan liat ponsel terus? Hampir jatuh, kan?"
"Iya-iya," balas Syana, tapi saat ponselnya berbunyi karena ada notifikasi pesan yang masuk, Syana menatap ponselnya lagi.
Rion melotot. "Lo chattingan sama siapa, sih?"
"Kepo," balas Syana. Lalu dia tersenyum sembari mengetik sesuatu.
Baru saja Syana hendak melangkahkan kakinya, Rion tiba-tiba merebut ponsel Syana, membuat gadis itu seketika menatap tajam dirinya.
"Apaan, sih? Balikin!" pinta Syana.
Dia berusaha mengambil kembali ponselnya, tapi Rion malah mengangkatnya tinggi-tinggi sambil berusaha mencari tahu siapa orang yang sedari tadi berbalas pesan dengan Syana.
"Ryder?" ujar Rion kala melihat notifikasi atas nama Ryder. "Jadi dari tadi lo cuekin gue gara-gara dia?"
"Bukan urusan lo," balas Syana. Dia masih berusaha mengambil ponselnya, bahkan sampai berjinjit. "Yon, balikin!"
"Oke, gue bakal balikin, tapi lo harus janji nggak bakal cuekin gue lagi kayak tadi."
Mulut Syana menganga. Lalu didorongnya Rion. "Egois banget lo! Kemarin-kemarin aja lo cuekin gue, terus kenapa gue nggak boleh cuekin lo, hah?!"
"Yang cuekin lo siapa, sih, Syan?"
"Siapa lagi kalau bukan lo! Lo terus aja ngobrol sama Yasmin. Padahal gue ada di sana!"
Setelah mengatakan itu dengan berapi-api, Syana lantas menyambar ponsel miliknya dari tangan Rion. Sementara Rion yang terkejut dengan penuturan sahabatnya hanya bisa mematung sembari menatap Syana yang berlari menjauh.
°°°°
Selama beberapa hari berikutnya, sikap Syana pada Rion semakin menjadi-jadi. Selain pesan dan teleponnya tidak pernah digubris, Syana juga selalu menutup mulutnya rapat-rapat ketika diajak berbicara.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIGHT OR FLIGHT [END]
Ficção AdolescenteAda dua respon yang akan manusia tunjukkan ketika dia dihadapkan pada suatu masalah, yaitu hadapi atau hindari. Bagi Syana Kasyaira sendiri, menghadapi masalah adalah cara terbaik. Tak peduli seberapa banyak dan sedahsyat apa masalah yang datang, di...