🌊 SELAMAT MEMBACA 🌊
“Tak peduli seberapa banyak kebaikan yang kita lakukan, seorang pembenci tidak akan mampu melihatnya.”
~••★••~
KEBANYAKAN orang pasti tidak menyukai pelajaran yang berbau hitungan. Syana pun tidak ada bedanya, tapi di antara semua pelajaran ada satu mata pelajaran yang paling tidak Syana sukai.
Sebenarnya bukan kepada mata pelajaran atau materinya yang sulit, tapi lebih kepada guru yang mengajarnya. Ya, siapa lagi kalau bukan pak Dirga.
Setelah menjelaskan materi biologi hari ini, Pak Dirga lantas memerintahkan semua muridnya untuk mencatat apa yang sudah dia tulis di papan tulis dan selagi semua muridnya sibuk mencatat, dia berkeliling di antara bangku mereka.
"Pak, bisa tolong jelasin lagi bagian yang ini? Saya masih kurang paham," kata seorang gadis yang duduk di bangku paling depan.
"Bagian yang mana?" tanya Pak Dirga sembari mencondongkan tubuhnya.
"Yang ini, yang membedakan jaringan kolenkim, sklerenkim dan parenkim."
Pak Dirga mengangguk, lalu dia menjelaskan kembali apa perbedaan ketiga jaringan itu. Syana yang sedang menyandarkan punggungnya di bangku dan kebetulan melihat kejadian itu tiba-tiba menyeringai. Apalagi saat Pak Dirga dan si gadis tertawa kecil entah karena apa.
Syana benar-benar tidak menyukai sosok guru yang kata kebanyakan murid, khususnya mereka yang berjenis kelamin perempuan anggap sebagai guru tampan, baik, ramah serta berkarisma.
Karena menurut Syana, guru yang sudah menginjak kepala tiga itu tidak lebih dari sekadar guru yang suka mencari perhatian dan dia tidaklah sebaik kelihatannya.
Syana yang agak melamun tidak menyadari jika sekarang Pak Dirga sedang berjalan ke arahnya. Pria itu juga terlihat menatap Syana dengan sebelah alis terangkat.
Dia baru menyadari hal itu ketika Pak Dirga sudah berada di dekatnya dan seperti biasa, Syana akan langsung membuang muka ketika bertatapan dengan guru itu.
"Kenapa kamu diem aja? Udah selesai mencatatnya?" tanya Pak Dirga yang kini berada di samping Syana.
Tanpa perlu Syana jawab pun sebenarnya Pak Dirga sudah tahu jika gadis itu sama sekali belum mencatat. Karena saat dia melirik buku catatannya, buku itu masih putih bersih tanpa setetes tinta pun.
Pak Dirga menghela napasnya. "Nggak apa-apa kalau kamu nggak mau mencatat materinya. Asalkan saat ulangan nanti, kamu harus bisa menjawab soalnya dengan benar."
Syana tetap diam, dia benar-benar mengunci mulutnya. Semakin Pak Dirga bersikap baik, semakin besar pula rasa tidak suka Syana padanya. Karena dia yakin, kebaikan yang Pak Dirga tunjukkan tidak lebih dari sekadar strateginya untuk mendapatkan restu.
Sebenarnya Syana sudah berusaha untuk menghancurkan hubungan pak Dirga dan mamahnya. Dia pernah memvideokan pak Dirga yang sedang berbicara, bercanda dan tertawa dengan seorang siswi cantik.
Syana tentu berharap saat dia menunjukkan video itu, mamahnya akan cemburu, marah lalu mengakhiri hubungannya. Namun, yang terjadi justru sebaliknya. Danita malah beranggapan jika hal itu wajar dilakukan oleh seorang guru kepada murid.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIGHT OR FLIGHT [END]
Ficção AdolescenteAda dua respon yang akan manusia tunjukkan ketika dia dihadapkan pada suatu masalah, yaitu hadapi atau hindari. Bagi Syana Kasyaira sendiri, menghadapi masalah adalah cara terbaik. Tak peduli seberapa banyak dan sedahsyat apa masalah yang datang, di...