🌊 SELAMAT MEMBACA 🌊
“Persahabatan yang tulus tidak akan mengutamakan keegoisan di atas kepedulian.”
~••★••~
SELAGI Syana dan Ryder menikmati makanan mereka di sebuah kafe, Syana tak henti-hentinya mengedarkan pandangan ke sembarang arah. Berharap bisa menemukan sosok Rion yang seharusnya saat ini sedang bekerja.
Namun, sejak dia dan Ryder datang, menunggu pesanan tiba, hingga pesanan itu tersaji di hadapan mereka, Rion sama sekali tidak terlihat keberadaannya.
Padahal dia sengaja memilih kafe om-nya Rion untuk makan karena dia ingin melihat bagaimana reaksi lelaki itu jika melihat dirinya bersama Ryder.
"Lo cari siapa, sih?" tanya Ryder.
"Hah?" Ditanya seperti itu, Syana tentu terkejut. Lalu dia tersenyum kikuk. "Nggak cari siapa-siapa."
Ryder menaikkan sebelah alisnya. Dia tentu merasa sangsi. "Terus kenapa dari tadi mata lo liat ke mana-mana?"
Syana tidak langsung menjawab. Haruskah dia mengatakan yang sebenarnya?
"Ohh, itu ... nggak apa-apa, sih. Emang nggak boleh, ya?"
Melihat respon Syana, Ryder semakin curiga ada sesuatu yang ditutup-tutupi oleh gadis itu. Namun, daripada Syana merasa terganggu bila dia mendesaknya untuk berkata jujur, Ryder memilih mengganti topik pembicaraan.
"Gue perhatiin lo sering banget pake gelang panda itu. Dikasih sama orang spesial, ya?" tanya Ryder sembari menatap gelang yang melingkar di pergelangan tangan kiri Syana.
Syana juga menatapnya, lalu dia tersenyum. "Iya, dikasih sama Yon-yon."
Mendengar nama Rion disebut, Ryder jadi menyesal sudah bertanya.
"Dulu gue juga punya boneka panda, tapi sayangnya boneka itu jatuh ke sungai dan hilang gitu aja."
"Jatuh ke sungai?"
Syana mengangguk. Pikirannya kembali melayang pada kejadian hari itu. "Iya, waktu itu gue taruh boneka pandanya di batu, terus gue main air sama Yon-yon. Pas udah selesai main, boneka itu udah nggak ada. Yon-yon udah cari bonekanya, tapi nggak ketemu dan lo tau? Sepanjang jalan pulang gue nangis, mana kenceng lagi nangisnya."
Sebenarnya Ryder tidak begitu suka Syana membahas lelaki itu, tapi karena dia penasaran dengan kelanjutan cerita Syana, dia lantas bertanya, "Terus gimana reaksi orangtua lo pas lo pulang sambil nangis?"
Syana terdiam sejenak, lalu dia menjawab, "Waktu itu orangtua gue nggak ada, yang ada cuma nenek gue. Pastinya dia panik liat gue nangis kayak gitu. Terus Yon-yon jelasin apa yang terjadi, nenek peluk gue dan ... ya udah, gue berhenti nangis."
"Cuma dipeluk doang lo berhenti nangis?"
Syana mengangguk. "Terus lo tau nggak? Besoknya gue bangun gara-gara jam alarm yang berisiknya minta ampun dan ternyata, jam alarm itu dibeli nenek gue buat gantiin boneka panda gue yang hilang dan yang buat gue seneng, jam alarm itu bentuknya panda."
Ryder mengangguk-anggukkan kepalanya. "Terus kenapa lo bisa suka banget sama panda? Kenapa nggak yang lain?"
Syana berpikir sejenak. Dia mencoba mengingat-ingatnya. "Kayaknya gara-gara pas kecil gue diajak ke kebun binatang, deh. Waktu itu gue liat panda dan gue langsung suka banget. Terus pas pulang kerja bokap tiba-tiba kasih hadiah dan hadiahnya boneka panda yang lucu banget. Gue jadi makin suka, deh."
KAMU SEDANG MEMBACA
FIGHT OR FLIGHT [END]
Teen FictionAda dua respon yang akan manusia tunjukkan ketika dia dihadapkan pada suatu masalah, yaitu hadapi atau hindari. Bagi Syana Kasyaira sendiri, menghadapi masalah adalah cara terbaik. Tak peduli seberapa banyak dan sedahsyat apa masalah yang datang, di...