🌊 SELAMAT MEMBACA 🌊
“Orang yang menjadikanmu tempat bercerita, menandakan kamu adalah orang yang dipercaya.”
~••★••~
"SYAN, Mamah sayang sama kamu. Mamah peduli sama kamu," ujar Danita. Kedua matanya tampak berkaca-kaca. "Jadi Mamah mohon, kasih tau Mamah apa yang terjadi? Kamu berantem sama siapa? Mamah janji, Mamah nggak akan marah."
Sudah sejak semalam Danita berusaha membujuk Syana untuk menceritakan apa yang terjadi padanya, tapi gadis itu terus saja mengunci mulutnya rapat-rapat.
Pagi ini saja Syana tidak pergi ke sekolah, dia malah meringkuk di tempat tidur sembari menyembunyikan seluruh tubuhnya di balik selimut.
"Saya tau kamu butuh waktu, Syan," ujar Pak Dirga. "Tapi apa kamu nggak kasian sama mamah kamu? Dari semalem dia nggak bisa tidur cuma mikirin kamu."
Danita memang sengaja meminta Pak Dirga untuk datang ke rumahnya. Berharap dia bisa membujuk Syana untuk bercerita, tapi pada kenyataannya Syana tetap saja membisu.
"Kalau kamu mau cerita, saya bisa bantu kamu buat selesaikan masalah ini," sambung Pak Dirga.
Tak peduli seberapa kerasnya mereka membujuk, Syana sudah bertekad untuk tidak menceritakan apa pun pada mamahnya apalagi pada pak Dirga.
Bukan karena dia takut atau semacamnya, tapi dia memang tidak suka melibatkan orang dewasa dalam setiap masalahnya.
Terakhir kali ketika Syana terlibat masalah besar di sekolah, dia yang berharap bisa mendapat keadilan malah dicap sebagai pembohong. Jangankan dukungan dari pihak guru, mamahnya saja tidak memercayai apa yang dia ucapkan tentang kejadian itu.
°°°°
Sebagai seorang sahabat, mengetahui Syana tidak masuk sekolah tanpa adanya keterangan, tentu membuat Rion bertanya-tanya apa yang sebenarnya terjadi pada gadis itu.
Karenanya, setelah pulang sekolah hari ini dan setelah dia mampir ke minimarket untuk membeli berbagai camilan kesukaan Syana, Rion lantas pergi ke rumahnya.
Setelah memarkirkan sepeda, Rion lantas berjalan ke teras rumah. Lalu ditekannya bel rumah gadis itu dan pintu baru dibuka setelah dia menekan bel untuk kedua kalinya.
Seorang wanita yang usianya tidak lagi muda, tapi masih terlihat cantiklah yang membukakan pintu dan walau Rion sudah lama tidak bertemu dengannya, tapi Rion sangat mengenali wanita itu sebagai mamahnya Syana.
Ada keterkejutan dari ekspresi Danita kala melihat kehadiran Rion. "Ya, cari siapa?"
Rion tersenyum. "Saya Rion, Tante. Sahabatnya Syana."
"Rion?" ulang Danita. Dari ekspresi wajahnya terlihat jika dia sedang berpikir.
Pastinya nama Rion tidak asing bagi Danita, tapi saking lamanya tidak bertemu, Danita menjadi lupa akan sosok Rion. Hingga akhirnya, ketika dia berhasil mengingat siapa Rion sebenarnya, ekspresi tidak percaya sekaligus senyum bahagia seketika tersungging di bibirnya.
"Ya ampun, Rion!" ujarnya. Matanya tampak berbinar-binar. "Lama nggak ketemu, udah besar aja kamu."
Rion yang tidak tahu harus menjawab apa hanya bisa tersenyum. Dalam hati dia bersyukur karena Danita masih mengingatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIGHT OR FLIGHT [END]
Teen FictionAda dua respon yang akan manusia tunjukkan ketika dia dihadapkan pada suatu masalah, yaitu hadapi atau hindari. Bagi Syana Kasyaira sendiri, menghadapi masalah adalah cara terbaik. Tak peduli seberapa banyak dan sedahsyat apa masalah yang datang, di...