🌁 F/F 23 : Rasa yang sempat terpendam

64 11 1
                                    

🌊 SELAMAT MEMBACA 🌊

“Akan ada saat di mana rasa yang terpendam itu terungkap.”

~••★••~

KEJADIAN menghebohkan di kelas X semester 2 menjadi awal mula Ryder mengenal sosok Syana. Saat itu jam pelajaran sedang berlangsung dan semua orang dikejutkan oleh Syana yang berlarian di koridor.

Dia berbicara dengan nada berteriak, tapi akibat dia yang juga menangis sesenggukan saat itu, apa yang dia bicarakan menjadi tidak jelas. Orang-orang yang penasaran sampai keluar dari kelas, begitu juga dengan para guru.

Bu Sarah yang saat itu berada di lokasi lantas menenangkan Syana dan setelah dia bisa ditanyai, bu Sarah pun bertanya apa yang sebenarnya terjadi. Syana menjelaskan semuanya dan jawaban gadis itu langsung mengejutkan semua orang yang ada di sana, termasuk Ryder.

Orang-orang yang tidak memercayai ucapan Syana lantas meneriakinya dan daripada suasana semakin tidak kondusif, para guru lantas mengajak Syana ke ruang BK.

Setelah itu Ryder tidak tahu lagi apa yang terjadi, tapi sejak kejadian itu Syana kian dibenci semua orang, dia dijauhi dan selalu dianggap biang masalah.

Akibat banyaknya tekanan yang Syana dapat, Ryder pernah memergoki gadis itu sendirian di kelas. Dia melipat kedua tangannya di atas meja dan menenggelamkan wajahnya di sana.

Tak hanya itu, punggung Syana yang saat itu bergetar membuat Ryder yakin jika Syana pastilah sedang menangis.

Entah karena merasa iba atau apa, tapi dalam diri Ryder mendadak muncul perasaan ingin melindungi, ingin berada di samping gadis itu dan menghapus semua kesedihannya.

Ryder pikir perasaan itu akan menghilang dengan sendirinya, tapi ternyata tidak. Setiap kali Syana dalam masalah, perasaan ingin melindungi itu semakin kuat.

Puncaknya adalah saat Ryder mengetahui Aldo dan Regan berhasil membawa Syana ke klub. Tanpa memikirkan apa risikonya, Ryder yang saat itu hanya ingin Syana selamat akhirnya berbuat nekat.

"Gue anterin lo pulang, ya?" tanya Ryder setelah cukup lama dia dan Syana terdiam.

Syana yang masih dalam pelukannya mengangguk pelan. Lalu dia melangkah mundur untuk memberi jarak di antara mereka.

Tak ada lagi ekspresi ceria dan penuh semangat yang biasa Syana tunjukkan. Satu-satunya hal yang terlihat dari Syana saat ini adalah betapa lelahnya dia.

Perlahan Ryder meraih tangan Syana, lalu berkata, "Ayo, lebih cepet lo pulang, lebih cepet juga lo bisa istirahat."

Lagi-lagi Syana hanya mengangguk. Lalu saat mereka hendak melangkah, tiba-tiba Syana mengaduh kesakitan. Ryder kembali menatap gadis itu, ekspresi khawatir terlihat jelas di wajahnya.

"Kenapa?"

"Kaki gue sakit, tadi aja gue maksain buat ke sini," jawab Syana sembari menahan nyeri. "Jalannya pelan-pelan aja, ya?"

Ryder tidak menjawab, dia malah melepaskan tangan Syana. Kemudian dilepaskannya juga tas sekolahnya lalu dia memakai kembali tas sekolah itu di depan tubuhnya.

Syana yang melihatnya hanya mengerutkan kening, terutama ketika Ryder membelakanginya kemudian berjongkok.

"Ayo naik," kata Ryder.

FIGHT OR FLIGHT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang