🌊 SELAMAT MEMBACA 🌊
“Tak peduli seberapa besar perbedaan yang ada. Sahabat tetaplah sahabat."
~••★••~
SAMBIL berjalan di koridor, Rion menatap nanar surat di tangannya. Lalu dia beralih menatap tajam Syana yang berjalan di sampingnya. Sementara yang ditatap malah sibuk mengunyah permen karet sambil bersenandung kecil.
Selama Rion bersekolah, dari mulai taman kanak-kanak hingga sekolah menengah atas, dia selalu berusaha menjadi siswa yang baik, berprestasi dan menjadi teladan bagi teman-temannya yang lain.
Namun, lihatlah yang terjadi hari ini? Belum juga dia sehari bersekolah di sekolahnya yang baru, bahkan di saat dirinya belum belajar sama sekali, Rion sudah dihukum dan mencatatkan nama sebagai murid bermasalah.
Parahnya, dia juga mendapat surat pemanggilan orangtua dan semua itu gara-gara mahkluk menyebalkan bernama Syana Kasyaira.
"Apa liat-liat?" tanya Syana seraya meniup permen karetnya.
Rion tidak menjawab. Dia malah meremas surat di tangannya dengan rahang mengeras. Seandainya saja makhluk menyebalkan itu bukan sahabatnya, dia pasti akan memaki-makinya habis-habisan. Jika perlu sampai mulutnya berbusa.
"Syana!" panggil Pak Dirga dari arah belakang mereka, membuat kedua orang itu seketika berbalik.
Merasa tidak asing dengan pria yang tengah berjalan ke arah mereka saat ini, Rion lantas bergumam, "Kok, gue kayak pernah liat dia, ya?"
"Hm, dia guru yang waktu itu gue ceritain. Si guru caper," balas Syana.
"Aah, ya, gue inget," kata Rion seraya mengangguk-anggukkan kepalanya.
Dulu Syana memang pernah bercerita tentang guru menyebalkan yang selalu membuatnya kesal sekaligus risih akan sikapnya dan foto guru itulah yang dia tunjukkan padanya.
Kini Pak Dirga sudah berada di hadapan mereka. Lalu dia bertanya "Saya dengar kamu buat masalah lagi, ya?"
Syana tidak mengiyakan ataupun menyanggahnya. Dia hanya diam seraya menatap ke arah lain.
Terdengar helaan napas dari mulut Pak Dirga. Kemudian dia berkata, "Berhubung selama mamah kamu pergi, saya yang bertanggung jawab. Jadi, tadi saya bertemu dengan bu Sarah dan berbicara padanya. Saya sudah selesaikan masalah kamu dan kamu nggak perlu khawatir soal surat pemanggilan orangtua itu."
Mendengar hal itu Rion seketika membelalakkan matanya. Sementara Syana hanya diam sambil memasang ekspresi datar.
"Saya juga janji nggak akan bilang masalah ini sama mamah kamu. Jadi, kamu tenang aja." Pak Dirga beralih menatap Rion. "Nama kamu Rion Ardana, kan?"
"Hah? Y-ya, saya Rion."
"Saya Dirga Nugraha, wali kelas kamu dan kamu juga nggak perlu khawatir soal surat itu. Saya sudah urus semuanya, tapi ingat, jangan buat masalah lagi."
"Ba-baik, makasih, Pak," balas Rion antara terkejut, bingung, tapi juga senang.
"Sebentar lagi pergantian pelajaran, ayo kita ke kelas," kata Pak Dirga lalu ditatapnya lagi Syana. "Kamu juga masuk kelas, ya."
Sama seperti sebelumnya, Syana sama sekali tidak memberi reaksi apa pun. Sementara Rion tampaknya kehilangan kata-kata. Pak Dirga sendiri sudah berjalan mendahului mereka.
Jujur saja Rion tidak mengerti kenapa Syana bersikap menyebalkan pada guru sebaik Pak Dirga. Hampir semua yang Syana ceritakan perihal guru itu adalah kebalikan dari apa yang dia lihat sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIGHT OR FLIGHT [END]
Ficção AdolescenteAda dua respon yang akan manusia tunjukkan ketika dia dihadapkan pada suatu masalah, yaitu hadapi atau hindari. Bagi Syana Kasyaira sendiri, menghadapi masalah adalah cara terbaik. Tak peduli seberapa banyak dan sedahsyat apa masalah yang datang, di...