🌊 SELAMAT MEMBACA 🌊
“Adakalanya keadaan semakin tidak terkendali, tapi percayalah semuanya pasti bisa diatasi.”
~••★••~
SUASANA kafe di akhir pekan kali ini cukup ramai dan Rion agak kerepotan karena harus bekerja ekstra cepat membersihkan meja, mengingat setiap kali pengunjung yang selesai makan pergi pasti akan ada pengunjung lain yang datang.
Lelah sudah pasti, tapi Rion merasa hal ini jauh lebih baik ketimbang dia tidak melakukan apa-apa. Setidaknya dengan melakukan pekerjaan ini, Rion bisa mengalihkan pikirannya dari masalah yang dia hadapi.
Terutama dari Dewi yang terus-menerus menghubunginya, menanyakan dia perihal kapan akan mendatangkan orangtuanya dan melamar Yasmin.
Drrrttttt! Drrrttttt!
Rion yang sedang mengelap meja sedikit dikejutkan oleh ponselnya yang tiba-tiba bergetar. Perasaan was-was pun mendadak menghampirinya. Mungkinkah Dewi kembali menelepon dan akan menanyakan hal yang sama lagi?
Rion menghela napasnya, dari ekspresi wajahnya dia juga tampak sedang berpikir. Haruskah dia mengangkat telepon itu? Atau mungkin ... dia bisa mematikannya kali ini dan jika Dewi menelepon lagi, dia bisa menjadikan kesibukannya sekarang sebagai alasan?
Walau sempat dilanda keraguan, Rion akhirnya memutuskan untuk melakukan hal itu. Diambilnya ponsel dari dalam saku, tapi saat dia hendak mematikan sambungan telepon itu, dia mengurungkan niatnya saat membaca nama yang tertera di layar ponsel ternyata bukan atas nama mamah Yasmin.
"Om Randy? Tumben banget dia telepon," ujarnya. Lalu tanpa pikir panjang dia langsung mengangkat telepon itu. "Halo, Om, ada apa?"
Mulanya perasaan Rion sudah lega karena yang menelepon ternyata bukan Dewi, tapi saat mendengar om-nya berbicara dengan tergesa-gesa, menyuruhnya untuk segera datang ke rumah, perasaan Rion seketika menjadi tidak enak.
Apalagi saat dia mendengar keributan dari seberang sana, suara benda pecah dan suara wanita yang menjerit. Jantungnya mendadak berdegup kencang. Dia tahu betul milik siapa suara itu.
"Rion ke sana sekarang, Om," ujarnya. Lalu dimatikannya sambungan telepon.
Buru-buru dia melepas celemek di pinggangnya, kemudian berlari keluar dari kafe hingga hampir menabrak pengunjung yang masuk.
Salah satu teman Rion yang melihat dia pergi bahkan sampai berteriak memanggil namanya, tapi Rion terus saja berlari.
°°°°
Dengan napas terengah-engah Rion turun dari sepeda saat dia tiba di rumah om-nya. Melihat betapa ramainya suasana rumah itu, Rion tentu kebingungan.
Dari mulai ibu-ibu, bapak-bapak, remaja, hingga anak-anak berkumpul di sana dengan ekspresi penasaran. Mereka juga berusaha melihat ke dalam rumah om Randy yang tak kalah ramainya.
Tepat di jalan di depan rumah om Randy pun terparkir sebuah mobil polisi, membuat perasaan Rion semakin tidak karuan.
Dengan susah payah Rion menerobos kumpulan orang-orang itu dan saat tiba di depan pintu, Rion yang hendak masuk dikejutkan oleh dua orang polisi serta seorang pria paruh baya yang tangannya diborgol keluar dari dalam rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIGHT OR FLIGHT [END]
Novela JuvenilAda dua respon yang akan manusia tunjukkan ketika dia dihadapkan pada suatu masalah, yaitu hadapi atau hindari. Bagi Syana Kasyaira sendiri, menghadapi masalah adalah cara terbaik. Tak peduli seberapa banyak dan sedahsyat apa masalah yang datang, di...