🌊 SELAMAT MEMBACA 🌊
“Selalu ada alasan di balik tidak direstuinya suatu hubungan.”
~••★••~
KEDATANGAN Syana ke restoran untuk makan malam bersama pak Dirga sebenarnya lebih kepada keterpaksaan. Karena seandainya Danita tidak memohon-mohon padanya, Syana mana mau datang ke sana.
Sudah kesal karena dipaksa datang, Syana juga dibuat jengkel saat Danita menyuruhnya untuk memakai gaun selutut yang dia belikan. Padahal Danita tahu betul Syana tidak menyukai pakaian seperti itu.
"Kamu jangan cemberut terus dong," kata Danita.
Bagaimana Syana tidak cemberut? Sudah dipaksa ini dan itu, Syana dan Danita yang sudah berada di restoran ternyata masih harus menunggu pak Dirga yang katanya masih dalam perjalanan.
"Lagian ngapain, sih, harus ngadain acara makan malam kayak gini? Buang-buang waktu sama buang-buang uang aja tau nggak," kata Syana kesal.
"Sesekali apa salahnya, kan? Toh, yang ngeluarin uang bukan kamu," balas Danita, membuat rasa kesal Syana kian menjadi-jadi.
Sekarang Syana menyesal karena sempat merasa iba saat mamahnya memohon-mohon hingga akhirnya dia memutuskan untuk datang. Karena jika tahu begini, sejak awal seharusnya dia tetap menolak.
"Udah, ah, masa udah dandan cantik-cantik kamunya malah cemberut kayak gini," ujar Danita lagi.
Syana tidak menggubrisnya, dia malah melipat kedua tangan di dada sambil menyandarkan punggungnya.
"Eh, pak Dirga udah datang, tuh," kata Danita. Lalu dia berdiri.
Sejujurnya Syana tidak ingin menatap kedatangan laki-laki itu, tapi matanya spontan menatap ke sana dan bisa dia lihat, Pak Dirga datang dengan memakai setelan jas lengkap.
Tak hanya itu, dia juga membawa sebuah buket bunga mawar yang langsung Pak Dirga berikan saat berhadapan dengan Danita.
"Waaahh, cantik banget bunganya. Makasih, ya," ujar Danita. Dia terlihat begitu bahagia hingga kedua pipinya bersemu merah.
Pak Dirga tersenyum. "Aku seneng kalau kamu suka, tapi maaf, ya, aku datangnya terlambat."
"Nggak apa-apa, aku sama Syana juga baru datang, kok."
Perhatian Pak Dirga kini tertuju pada Syana. Sesaat dia cukup terkejut dengan penampilan Syana yang lain dari biasanya.
Rambutnya tergerai indah, sebuah jepit rambut menempel di sisi kanan kepalanya, make up yang tipis tapi mampu menambah kecantikannya, serta gaun ungu muda tanpa lengan yang kian menambah kesan feminim berhasil membuat Pak Dirga tidak mampu mengedipkan matanya.
Syana yang menyadari hal itu seketika mendengkus. "Apa liat-liat, hah?" Dari nada bicara dan tatapannya, dia seperti mengajak Pak Dirga untuk berduel.
Danita yang terkejut bahkan sampai memelototi Syana. "Jangan nada bicara kamu, Syana," ujarnya lirih, tapi penuh penekanan.
"Udah-udah," lerai Pak Dirga. "Nggak apa-apa, kok," sambungnya lalu dia menyuruh Danita untuk duduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIGHT OR FLIGHT [END]
Teen FictionAda dua respon yang akan manusia tunjukkan ketika dia dihadapkan pada suatu masalah, yaitu hadapi atau hindari. Bagi Syana Kasyaira sendiri, menghadapi masalah adalah cara terbaik. Tak peduli seberapa banyak dan sedahsyat apa masalah yang datang, di...