🌊 SELAMAT MEMBACA 🌊
“Dalam sebuah hubungan, keterbukaan antar pasangan sangatlah diperlukan.”
~••★••~
"SEKARANG kalian boleh pergi dan jangan menceritakan dulu kejadian ini kepada siapa pun," kata Pak Bhanu, kepala sekolah SMA Widyatama.
Syana dan Rion mengangguk, lalu mereka segera berdiri dan keluar dari ruang kepala sekolah. Diikuti Bu Sarah yang juga hendak pergi ke ruang guru.
"Tunggu," ujar Bu Sarah setelah menutup pintu di belakangnya.
Syana dan Rion menghentikan langkah mereka. Mereka saling memandang sejenak, lalu ditatapnya Bu Sarah.
"Jujur saya salut sama keberanian kalian, tapi apa kalian sudah memikirkan akibatnya?" tanya Bu Sarah. "Ini kejadian yang besar, bukan cuma akan menggegerkan semua orang di sekolah, tapi juga orang-orang di luar sekolah seandainya berita ini tersebar dan itu bisa—"
"Mencemarkan nama baik sekolah," tukas Syana. Wajahnya tanpa ekspresi. "Mempertahankan nama baik sekolah memang penting, tapi memperjuangkan keadilan dari korban juga sama pentingnya. Bukan cuma buat saya, tapi juga buat Yasmin."
"Iya, saya mengerti," balas Bu Sarah. "Kamu juga pasti punya dendam ka—"
"Ya." Tangan Syana tiba-tiba terkepal. "Dan ini adalah saatnya saya balas dendam. Saya nggak akan ambil langkah damai, apalagi membiarkan laki-laki bejat itu bebas tanpa hukuman. Seandainya waktu itu kalian percaya sama cerita saya, saya yakin kejadian mengerikan ini nggak terjadi sama Yasmin."
Bu Sarah terdiam.
"Katakan saya egois, tapi hal ini memang harus dilakukan untuk mencegah adanya korban selanjutnya dan mencegah orang yang nggak bersalah harus bertanggung jawab," sambung Syana. Lalu ditatapnya Rion.
Rion tersenyum. Ekspresi wajahnya memancarkan kekaguman. Dalam hati dia juga memuji keberanian gadis itu.
"Saya permisi dulu," pamit Syana. Lalu dia pergi bersama Rion, meninggalkan Bu Sarah yang masih bergeming dan membisu.
°°°°
Bila sebelumnya suasana koridor begitu sepi dan terkesan menyeramkan menurut Syana, lainnya halnya dengan sekarang.
Ketika Syana dan Rion hendak ke kelas, di saat yang bersamaan semua orang yang mengikuti upacara bendera dibubarkan dan membuat suasana koridor diramaikan oleh celotehan orang-orang.
"Sumpah, tadi lo keren banget," bisik Rion seraya merangkul Syana.
Syana menyeringai. "Udah dari dulu kali," ujarnya bercanda.
Rion berdecak, lalu diacak-acak rambut gadis itu dengan gemas. Walau kesal, tapi Syana tidak berkata apa-apa. Dia hanya terkekeh geli.
Selain ada rasa puas karena berhasil membuktikan kejahatan yang pak Dirga lakukan, di sisi lain Syana juga memikirkan nasib mamahnya.
Seandainya wanita itu tahu kelakuan pak Dirga, bagaimana perasaannya nanti? Akankah dia sedih? Murung? Kecewa? Atau mungkin ... marah?
Lalu akankah mamahnya berpihak padanya? Atau malah tetap membela guru itu dengan alasan cinta?
Syana menggeleng-gelengkan kepalanya. Rasanya benar-benar memusingkan memikirkan semua hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIGHT OR FLIGHT [END]
Fiksi RemajaAda dua respon yang akan manusia tunjukkan ketika dia dihadapkan pada suatu masalah, yaitu hadapi atau hindari. Bagi Syana Kasyaira sendiri, menghadapi masalah adalah cara terbaik. Tak peduli seberapa banyak dan sedahsyat apa masalah yang datang, di...