🌊 SELAMAT MEMBACA 🌊
“Salah satu orang yang paling beruntung di dunia ini adalah orang yang mempunyai sahabat sejati.”
~••★••~
RYDER terbangun keesokan paginya. Badannya terasa begitu pegal akibat tertidur di sofa dan selagi dia merenggangkan tubuhnya, mata Ryder tiba-tiba tertuju ke pintu kamar Rion yang dibuka dari dalam.
Awalnya dia mengira itu adalah Syana, tapi ternyata yang keluar adalah Rion. Dia berjalan dengan terhuyung sambil meraba-raba benda di dekatnya.
"Nggak usah, gue bisa sendiri," cegah Rion saat Ryder hendak beranjak dari sofa untuk membantunya.
Ryder menurut dan dia terus memerhatikan Rion kalau-kalau lelaki itu terjatuh, dia bisa langsung menolongnya.
Terdengar helaan napas panjang saat Rion akhirnya berhasil berjalan sampai sofa dan duduk di sana. Dia lantas menyandarkan punggungnya, kemudian ditatapnya Ryder.
"Nggak apa-apa lo nggak pulang? Orangtua lo nggak nyariin?" Rion bertanya.
"Gue udah bilang, kok, sama mereka," balas Ryder.
Rion mengangguk. "Sebenernya gue pengen tanya ini dari kemarin."
"Tanya apa?"
"Kenapa Syana bisa tau gue ada di sana? Apa dia dateng sama lo?"
"Ahh, itu ..." Ryder mengusap tengkuknya.
Dia bingung harus menjelaskan dari mana, tapi akhirnya dia menceritakan apa yang sebenarnya terjadi. Dari mulai Syana yang mengajaknya menonton film di bioskop, mereka yang makan di kafe, hingga saat Ryder pergi ke toilet Syana pergi meninggalkannya gara-gara melihat pesan grup dari ponsel miliknya.
"Jadi kemarin kalian pergi bareng?"
Ryder mengangguk. "Lo ... nggak cemburu, kan?"
"Hah? Gue? Cemburu?" ulang Rion. Dia lalu tertawa. "Yang bener aja lo? Ngapain gue ... ahh, sialan, sakit lagi," sambungnya sembari memegangi sudut bibirnya yang kembali sakit.
Kening Ryder berkerut. "Kenapa? Ada yang lucu sama pertanyaan gue?"
Rion mengangguk-anggukkan kepalanya. "Ya, itu lucu ... lucu banget malah."
Ryder mendengkus, lalu dia menatap ke arah lain. Ada alasan kenapa dia bertanya seperti itu. Walau sebelumnya dia sudah mendengar Syana berkata jika Rion adalah sahabatnya, tapi belum tentu Rion juga menganggap Syana hanya sebatas sahabat bukan?
"Lo sendiri gimana?" tanya Rion. "Gue liat kemarin lo syok banget pas liat Syana ngelapin gue."
Sejujurnya Rion sangat ingin tertawa lagi, apalagi saat mengingat reaksi Ryder kemarin. Namun, akibat rasa perih di bibirnya Rion hanya bisa tersenyum.
"Siapa coba yang nggak syok liat pemandangan kayak gitu?"
Rion terkekeh. "Lo pasti cemburu, kan?"
"Dikit."
Rion tertawa, dia benar-benar tidak bisa menahannya lagi. Sementara Ryder yang tidak mengerti, hanya bisa menatap lelaki itu dengan sebelah alis terangkat.
Tawa Rion baru berhenti saat sakit di bibirnya kian terasa, membuat tawanya seketika berganti menjadi rintih kesakitan.
"Sorry, sorry, gue ... ahh! Sakit banget lagi," ujar Rion. Dia lalu terdiam selama beberapa saat, kemudian bertanya, "Kenapa lo harus cemburu? Bukannya lo tau ... gue cuma sahabatnya Syana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
FIGHT OR FLIGHT [END]
Novela JuvenilAda dua respon yang akan manusia tunjukkan ketika dia dihadapkan pada suatu masalah, yaitu hadapi atau hindari. Bagi Syana Kasyaira sendiri, menghadapi masalah adalah cara terbaik. Tak peduli seberapa banyak dan sedahsyat apa masalah yang datang, di...