🌁 F/F 40 : Perjalanan ke rumah nenek

55 12 0
                                    

🌊 SELAMAT MEMBACA 🌊

“Pada akhirnya, yang tersisa dari masa lalu hanyalah kepingan-kepingan memori yang akan membuat hati merindu.”

~••★••~

SYANA menggigit kuku jarinya, tatapannya dia edarkan ke sembarang arah, mencari sosok Rion di antara ramainya orang di stasiun. Perasaan kesal bercampur panik karena takut Rion datang terlambat pun terus mengusik hatinya.

Setelah Rion memutuskan untuk ikut bersamanya, lelaki itu lantas pulang terlebih dahulu, mengemasi barang-barang untuk dia bawa. Sementara Syana pergi ke stasiun kereta, membeli dua tiket menuju tempat yang akan mereka datangi.

"Ihh! Mana, sih, tuh orang?! Katanya bentar lagi sampe, tapi dari tadi nggak dateng-dateng!"

Perasaan Syana semakin tidak karuan saat dari kejauhan kereta yang akan dia naiki sudah hampir sampai. Dia juga terus mencoba menghubungi Rion, tapi lelaki itu sama sekali tidak mengangkat teleponnya.

Jika begini, apa yang harus Syana lakukan? Haruskah dia pergi sendiri? Meninggalkan Rion dengan risiko tidak akan bertemu dengannya lagi dalam waktu yang tidak ditentukan?

Di tengah kepanikan serta kebingungan yang kian menjadi-jadi, Syana dibuat lega luar biasa saat dia melihat sesosok lelaki berlari di antara orang-orang.

Sebuah ransel berukuran cukup besar berada di punggungnya, dia juga terus mempercepat larinya hingga tanpa sadar menabrak beberapa orang.

Ketika jaraknya semakin dekat dengan Syana, Syana bisa melihat keringat bercucuran di wajahnya dan saat dia tiba di hadapan gadis itu di saat yang bersamaan kereta yang akan mereka naiki pun berhenti.

"Haahh! Gila, capek banget gue!" ujar Rion. Dia meletakkan tangannya di pinggang, dadanya naik turun akibat napasnya yang memburu.

Syana tersenyum, tapi secepat kilat senyumnya kembali menghilang. "Lelet banget, sih, lo!"

Rion melotot, menatap Syana yang tengah berjalan masuk ke kereta. "Gue udah buru-buru, panas-panasan naik ojek, terus lari-larian masih juga disebut lelet? Gila kali, tuh, cewek!"

"Yon, buruan masuk!" teriak Syana.

Rion berdecak dan walau kesal karena disebut lelet, tapi tak urung dia tetap menurut. Dia masuk ke kereta, mengikuti Syana yang sedang mencari tempat duduk. Setelah menemukannya, mereka lantas menaruh ransel di tempat yang sudah disediakan.

"Sekalian punya gue dong," kata Syana setelah dia mengambil tisu dan sebotol air mineral dari dalam tasnya.

Rion yang sudah menaruh tasnya seketika menatap tajam gadis itu, tapi lagi-lagi dia menurut. Sementara Syana duduk lebih dulu di kursi dekat jendela.

Terdengar helaan napas panjang dari mulut Rion saat dia duduk di samping Syana kemudian menyandarkan punggungnya. Dia benar-benar lelah saat ini.

"Nih, minum dulu," kata Syana. Dia menyodorkan sebotol air mineral pada Rion.

Rion menatap Syana dan air minum itu bergantian. Jujur dia bingung dengan sikap gadis itu, setelah tadi Syana menyebut dirinya lelet, sekarang dia malah bersikap sok perhatian.

FIGHT OR FLIGHT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang