🌁 F/F 22 : Hari yang buruk

67 12 0
                                    

🌊 SELAMAT MEMBACA 🌊

“Pada akhirnya, keberuntungan tidak selalu berpihak padamu.”

~••★••~

IBARAT kata berhasil kabur dari pemburu, tapi malah masuk ke perangkapnya. Mungkin itulah perumpamaan bagi Syana yang tadi berhasil lepas dari Aldo dan Regan, tapi malah pergi ke tempat di mana Keenan, Dara, Olin dan Adhira berada.

Melihat kedatangan Syana tanpa paksaan tentu membuat Keenan dan ketiga gadis itu tersenyum senang. Sementara Syana hanya bisa mematung. Firasatnya mengatakan jika sesuatu yang buruk akan terjadi padanya.

"Kalau tau lo bakal dateng ke sini, nggak mungkin gue capek-capek ngejar lo. Emang dasar cewek sialan!" ujar Aldo kesal. Dia bahkan sampai mendorong punggung Syana hingga hampir terjatuh.

"Tau, nih. Bikin capek orang aja." Regan menimpali.

Sementara Ryder yang berada di belakang mereka hanya bisa menghela napas panjang. Jika begini kecil kemungkinan Syana bisa melarikan diri.

Dengan tangan terlipat di dada serta senyum penuh kemenangan yang tersungging di bibirnya, Dara menghampiri Syana lalu berdiri di hadapannya.

"Kenapa diem aja, Syan? Nggak biasanya lo pendiem kayak gini," ujar Dara.

"Gue cuma lagi mikir," balas Syana santai.

"Mikir gimana cara buat kabur, hah? Percuma, lo nggak bakal bisa kabur sekarang."

Syana menggeleng. "Bukan itu, gue cuma lagi mikir ... betapa pengecutnya kalian semua."

Dara yang mendengar hal itu seketika mendengkus, sedangkan Keenan dan yang lain tentu tidak habis pikir dengan sikap Syana. Jelas-jelas situasi dia saat ini sedang dalam bahaya, tapi dia masih bisa berbicara seperti itu.

Keenan yang sedari tadi duduk sambil mengisap rokoknya bahkan sampai berdiri dan berjalan mendekati Syana. Lalu dengan sengaja dia mengembuskan asap rokok tepat di depan wajahnya, membuat Syana seketika terbatuk.

"Kalau jadi pengecut bisa bales semua perbuatan lo, kenapa nggak?" ujar Keenan. Sebuah seringai terukir di bibirnya.

Entah apa yang lucu, tapi Syana tiba-tiba tersenyum geli. "Gila, ternyata gue sehebat itu, ya? Sampe-sampe kalian harus sekongkol dulu baru bisa—"

Ucapan Syana terhenti saat Dara tiba-tiba mencengkeram wajahnya. "Nggak usah banyak bacot lo! Keberadaan lo di sini bukan buat sombong, tapi buat terima pembalasan atas semua perbuatan lo!"

Walau dalam keadaan terpojok, Syana bukan berarti akan menunjukkan kelemahan atau ketakutannya. Dia malah dengan berani menepis tangan Dara hingga terlepas dari wajahnya.

Sadar jika Syana tidak bisa dibiarkan begitu saja, Keenan lantas menatap Olin dan Adhira kemudian memberi isyarat pada mereka agar mendekat.

"Pegangin dia," titah Keenan.

Olin dan Adhira menurut. Mereka memegangi tangan kanan dan kiri Syana. Syana memberontak, tapi hal itu malah membuat Olin dan Adhira semakin memegangi tangannya dengan erat.

"Sialan," umpat Syana. "Kalian pikir—"

Drrrttttt!

Ponsel Syana yang bergetar berhasil memotong ucapannya. Keenan dan Dara saling menatap, lalu Keenan memberi isyarat dengan dagunya agar Dara mengambil ponsel itu.

Tanpa berkata apa-apa Dara langsung menurut. Diambilnya ponsel milik Syana yang berada di saku roknya dan saat dilihat, sebuah panggilan atas nama Yon-yon tertera di layar ponsel gadis itu.

FIGHT OR FLIGHT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang