🌁 F/F 4 : Sahabat yang dirindukan

128 17 0
                                    

🌊 SELAMAT MEMBACA 🌊

“Jarak adalah salah satu alasan rindu tercipta.”

~••★••~

BENAR-benar suatu keajaiban karena walau Syana tidur jam satu malam, tapi pagi ini dia tidak terlambat bangun. Namun, akibat tertidur di sofa, pagi ini ini tengkuknya menjadi sakit.

"Aahh, kenapa sakitnya nggak ilang-ilang, sih?" tanya Syana seraya memijit tengkuknya.

Baru saja dia hendak menginjakkan kaki di anak tangga menuju lantai dua, Syana dikejutkan dengan kehadiran Dara, Olin dan Adhira yang sudah menunggunya sejak tadi.

Kemarin mereka memang gagal membalaskan dendam, tapi bukan berarti mereka akan menyerah begitu saja. Hari ini, bagaimanapun caranya, mereka harus bisa memberi pelajaran pada Syana.

Sambil menyilangkan tangan di dada, Dara menyeringai. Olin memukul-mukulkan tinjunya pada tangannya yang lain, sedangkan Adhira tersenyum sambil menaik-turunkan alisnya.

Syana mendengkus. "Belum nyerah juga kalian."

"Hah? Apa lo bilang? Nyerah?" ulang Dara. "Jangan mimpi lo!"

"Okelah, terserah kalian aja. Bye-bye!" kata Syana lalu dia berlari meninggalkan mereka.

"Woyy, jangan lari lo!" teriak Dara. Lalu dia dan kedua temannya mengejar gadis itu.

Sambil berlari, sesekali Syana juga menengok ke belakang dan bisa dia lihat Dara juga kedua temannya terus berteriak dan menunjuk-nunjuk dirinya.

Namun, akibat hal itu Syana yang kurang memerhatikan jalan di depannya tanpa sengaja menabrak seseorang yang sedang berjalan. Keduanya pun sama-sama terjatuh dengan posisi duduk.

Baik Syana maupun orang itu, keduanya sama-sama mengaduh kesakitan. Sementara Dara dan kedua temannya berhenti berlari dengan napas terengah-engah.

"Sialan, kalau jalan itu pake mat—YON-YON!" teriak Syana.

Matanya terbelalak tak percaya ketika melihat siapa orang yang baru saja dia tabrak. Seseorang yang sudah lama tidak dia jumpai semenjak dirinya meninggalkan lelaki itu dua tahun yang lalu.

Rion Ardana atau biasa Syana panggil dengan sebutan Yon-yon juga sama terkejutnya ketika tahu orang yang baru saja menabraknya adalah sahabatnya sendiri.

Namun, belum sempat lelaki berkacamata itu melontarkan kata-kata makian, Syana tiba-tiba memeluknya, membuat dia yang tidak siap akan hal itu seketika terjengkang dengan Syana yang berada di atas tubuhnya.

"Ini beneran lo, kan? Lo Yon-yon sahabat gue?" tanya Syana yang masih tidak percaya.

"I-iya, ini gue," balas Rion. "Lepasin leher gue, Syan. Nggak bisa napas, nih. Badan lo juga berat tau!"

Syana tidak menurut. Dia masih memeluk lelaki itu dengan erat. Bahkan Syana yang jarang menangis mendadak meneteskan air mata saking bahagianya.

Akibat posisi mereka saat ini, mereka seketika menjadi pusat perhatian orang-orang yang berjalan di koridor. Dara dan kedua temannya pun tak mampu menyembunyikan keterkejutan mereka.

FIGHT OR FLIGHT [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang