🌊 SELAMAT MEMBACA 🌊
“Bukan sahabat namanya jika datang di saat senang dan pergi di saat susah.”
~••★••~
SELAIN karena Rion mengkhawatirkan Syana dan berharap kepindahannya mampu menjaga dia dari masalah dan selain karena dia ingin memberi Syana hadiah ulang tahun yang lain dari biasanya, faktor keluarga pun menjadi alasan kenapa Rion pindah sekolah.
Sejak Rion kecil, Galih Mahardika, papah Rion adalah pria yang sangat kasar. Selain suka mabuk-mabukan, dia juga jarang pulang. Sekalinya pulang dia hanya meminta uang dan jika tidak diberi dia akan marah-marah dan menghancurkan seisi rumah.
Bertahun-tahun Rion hidup dalam keluarga yang tidak sehat dan jauh dari kata harmonis. Berulang kali juga dia melihat mamahnya dipukul, ditendang dan disakiti sedemikian rupa.
Rion kecil tentu tidak bisa melakukan apa-apa saat melihat kejadian itu. Dia hanya bisa menangis ketakutan dan bersembunyi.
Namun, ketika Rion sudah besar dan setiap kali papahnya berulah, Rion tidak segan membalas perlakuan papahnya hingga dia harus menerima berbagai pukulan dan luka di sekujur tubuhnya.
Sebenarnya, Anjani Dianti, mamah Rion sudah berniat menceraikan suaminya, tapi Galih mengancam akan membunuh Rion jika hal itu terjadi. Dia juga mengancam akan mencari mereka jika mereka berniat kabur darinya.
Om Randy, adik dari mamahnya yang tahu akan hal itu tentu merasa iba dengan nasib keluarga Rion. Makanya, dia menawarkan Rion untuk pindah dari tempat tinggalnya supaya dia bisa menjalani hidup yang lebih baik.
Om Randy juga menyarankan hal yang sama pada Anjani. Namun, karena ancaman dari suaminya dan karena dia memiliki usaha rumah makan di sana, Anjani menolak saran dari adiknya.
Bukan hal mudah bagi Rion untuk meninggalkan mamahnya seorang diri. Namun, karena mamahnya terus mendesak agar dia pergi dan berjanji jika dirinya akan baik-baik saja. Akhirnya, dengan segala pertimbangan Rion memutuskan untuk menerima tawaran dari om-nya.
Tak hanya sekadar menawarkan, om Randy juga mengizinkan Rion tinggal di apartemennya yang kosong dan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, selain mendapat kiriman uang dari mamahnya, Rion juga bekerja di kafe om Randy setiap libur sekolah.
Syana yang menikmati sarapannya di hari Minggu pagi ini seketika mematung mendengar alasan sebenarnya Rion pindah sekolah. Namun, bukannya sedih Syana justru terlihat marah.
Bahkan saking marahnya, dia sampai mengepalkan tangannya yang berada di atas meja. Tak lupa tatapan tajam pun dia berikan pada lelaki di hadapannya.
"Lo ... nggak apa-apa?" tanya Rion hati-hati.
"GIMANA GUE NGGAK APA-APA, HAH?!" teriak Syana emosi.
Lalu dihampirinya Rion dan tanpa diduga dia langsung mengapit kepala Rion di ketiaknya. Tak hanya itu, dia juga menjitak kepala Rion berkali-kali sambil mengeluarkan sumpah serapah.
"LO BENER-BENER KETERLALUAN! HARUSNYA LO CERITA SOAL INI SAMA GUE!" Syana kembali berteriak.
Syana tahu bagaimana kondisi keluarga Rion, begitu juga sebaliknya dan karena itulah keduanya menjadi dekat.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIGHT OR FLIGHT [END]
Teen FictionAda dua respon yang akan manusia tunjukkan ketika dia dihadapkan pada suatu masalah, yaitu hadapi atau hindari. Bagi Syana Kasyaira sendiri, menghadapi masalah adalah cara terbaik. Tak peduli seberapa banyak dan sedahsyat apa masalah yang datang, di...