🌊 SELAMAT MEMBACA 🌊
“Ketika sudah berani menjalin suatu hubungan, mempertahankan adalah salah satu hal yang cukup sulit dilakukan.”
~••★••~
SUARA riuh terdengar dari para murid yang sedang berolahraga di lapangan. Entah itu dari para lelaki yang sedang bermain sepak bola ataupun dari para gadis yang sedang duduk-duduk santai di tepi lapangan sambil mengobrol dan bercanda.
Seharusnya Syana juga berada di sana, tapi berhubung pelajaran olahraga hari ini tidak ada yang mengawasi dikarenakan guru yang mengajar sedang sakit, Syana pun memutuskan untuk pergi ke rooftop.
Dengan tubuh terlentang, Syana membiarkan dirinya diterpa hangatnya sinar mentari serta embusan angin pagi, sedangkan matanya yang agak menyipit menatap langit biru, gumpalan-gumpalan awan berarak serta burung-burung yang berterbangan di angkasa.
Sesekali dia memang membutuhkan hal seperti ini, di mana hanya ada dirinya, di tempat yang pas dengan suasana tenang dan pastinya jauh dari masalah.
Karena tak bisa dipungkiri, masalah yang datang bertubi-tubi belakangan ini, yang menghajarnya dari segala sisi, berhasil mengguncang hati serta pikirannya dan sebagai manusia biasa, Syana tentu perlu mengistirahatkan dirinya sejenak.
Melihat gumpalan-gumpalan awan di angkasa, kebanyakan orang pasti akan mengibaratkannya sebagai kapas-kapas yang berterbangan, tapi tidak bagi Syana.
Dia malah mengibaratkan awan-awan itu sebagai kehidupan dan angin yang menggerakkannya sebagai waktu. Artinya, tak peduli apa pun yang terjadi, kehidupan akan terus bergerak seiring berjalannya waktu, di mana tidak ada satu pun kesempatan untuk kembali ataupun mengubah apa yang sudah terjadi.
Saking asyiknya menatap awan-awan itu, Syana sampai tidak menyadari kedatangan seseorang yang saat ini tengah berjalan ke arahnya.
Sadar-sadar orang itu sudah berdiri di atas kepala Syana dan menghalangi sinar matahari yang tadi menerpa tubuhnya. Tatapan Syana pun seketika tertuju pada orang itu yang tidak lain adalah Ryder.
"Kalau mau bolos ajak-ajak dong. Gue, kan, jadi nggak perlu buang waktu setengah jam gue buat denger perang-perang di zaman penjajahan dulu," ujar Ryder.
"Dih, siapa yang bolos, hah?"
"Ya, elolah, siapa lagi?"
"Heh, gue nggak bolos, ya!" kata Syana sewot.
"Masa?" Sebelah alis Ryder terangkat. Lalu dia berjalan ke samping Syana dan merebahkan tubuhnya di sana.
"Iyalah," balas Syana. Lalu dilipatnya tangan di dada. "Yang ada malah guru olahraganya yang bolos."
"Tapi tadi gue liat temen-temen lo ada di lapangan. Ada yang olahraga juga." Ryder melipat salah satu tangannya ke belakang kepala, menjadikannya semacam bantal
"Iya, tapi cuma cowok-cowok aja, sedangkan yang ceweknya malah sibuk ngerumpi."
"Kenapa lo nggak ikut ngerumpi juga? Kenapa malah dateng ke sini?" Ryder bertanya sambil menatap Syana.
Entah apa yang lucu, tapi Syana tiba-tiba tersenyum geli. "Maksud lo ikut ngerumpiin diri gue?" tanya Syana sambil menatap lelaki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIGHT OR FLIGHT [END]
Teen FictionAda dua respon yang akan manusia tunjukkan ketika dia dihadapkan pada suatu masalah, yaitu hadapi atau hindari. Bagi Syana Kasyaira sendiri, menghadapi masalah adalah cara terbaik. Tak peduli seberapa banyak dan sedahsyat apa masalah yang datang, di...