🌊 SELAMAT MEMBACA 🌊
“Sejauh apa pun kamu pergi, sepandai apa pun kamu bersembunyi, menghindar tidak akan menjauhkanmu dari masalah.”
~••★••~
SESAAT setelah mobil hitam terparkir di halaman rumah, Rion, Anjani, Bella, serta Om Randy keluar dari sana. Kentara sekali kelelahan di wajah mereka setelah cukup lama berada di kantor polisi, mengurus ini dan itu.
Tak hanya lelah, Rion yang baru tiba juga dibuat frustasi saat Dewi lagi-lagi menghubunginya, mengirim pesan dan kembali menanyakan hal yang sama di saat yang tidak tepat.
"Yon, ayo masuk," kata Anjani saat dia hendak masuk ke rumah dan melihat Rion masih bergeming di samping mobil.
Rion menatap Mamahnya. "Iya, duluan aja."
"Emang kamu lagi ngapain di situ? Mending cepet-cepet mandi sana." Kali ini Bella yang bersuara.
Rion mengusap tengkuknya. "I-iya, bentar lagi. Rion lagi ...."
"Lagi apa?" tanya Om Randy. Dia menatap Rion penuh selidik.
Drrrttttt! Drrrttttt!
Ponsel di tangan Rion tiba-tiba bergetar, membuat tatapan Rion seketika tertuju padanya.
"Rion mau angkat telepon dulu," balasnya sambil menatap ketiga orang yang masih berada di depan pintu.
Anjani berdecak. "Ya udah, cepetan, ya."
Rion mengangguk dan saat ketiga orang itu sudah masuk ke rumah, Rion lantas mengangkat telepon yang masuk. Bukan dari Dewi, tapi dari Syana.
"Halo, Syan, ada apa?" tanya Rion tanpa basa-basi.
"Dateng ke taman sekarang. Gue mau pamitan."
°°°°
Syana terduduk di sebuah bangku, kepalanya menunduk dalam, menatap kedua ujung sepatu yang sengaja dia mainkan saking bosannya menunggu Rion yang tak kunjung datang.
Di samping bangku tempat dia duduk, tampak sebuah ransel berukuran cukup besar. Ransel yang entah apa isinya, tapi terlihat begitu berisi seakan-seakan Syana hendak berpergian jauh.
"Syan-syan!"
Mendengar namanya disebut, Syana menatap ke arah sumber suara dan bisa dia lihat Rion mengayuh sepedanya dengan napas terengah-engah.
Syana berdiri dan saat Rion sudah memarkirkan dan turun dari sepeda, Syana langsung berlari ke arah lelaki itu kemudian menghambur ke dalam pelukannya, membuat lelaki itu hampir saja terjengkang.
"Syan ..." Rion menggantungkan ucapannya saat Syana semakin mengeratkan pelukannya.
Selain lelah karena mengayuh sepeda dengan kecepatan tinggi, sekarang Rion juga dibuat bingung dengan tingkah aneh Syana. Meski begitu, Rion menahan keinginannya untuk bertanya dan memilih membalas pelukan Syana.
Karena jujur saja, selain istirahat, Rion yang mengalami kejadian yang begitu berat hingga mengaduk-aduk perasaan, hati serta pikiran, dia juga membutuhkan sebuah pelukan seperti ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIGHT OR FLIGHT [END]
Ficção AdolescenteAda dua respon yang akan manusia tunjukkan ketika dia dihadapkan pada suatu masalah, yaitu hadapi atau hindari. Bagi Syana Kasyaira sendiri, menghadapi masalah adalah cara terbaik. Tak peduli seberapa banyak dan sedahsyat apa masalah yang datang, di...