🌊 SELAMAT MEMBACA 🌊
“Cinta, satu kata berjuta makna.”
~••★••~
"SI cacat siapanya Rion?" tanya Ryder.
Plak!
Syana yang tengah asyik bermain ponsel seketika menampar lengan Ryder. Tatapan tajam pun dia berikan.
"Namanya Yasmin, bukan si cacat!" Walau nada bicara Syana lirih, tapi ada penegasan di setiap katanya.
Ryder yang terkejut lantas menelan salivanya, dia juga mengusap-usap lengannya yang tadi ditampar Syana. Karena tak bisa dipungkiri tamparan gadis itu cukup menyakitkan.
"Iya, maaf," kata Ryder.
Syana tidak menjawab, dia malah kembali fokus menatap layar ponselnya. Beruntung saat ini mereka berada di meja makan, sedangkan Rion juga Yasmin berada di sofa depan TV dan bisa dipastikan ucapan Ryder tadi tidak mungkin terdengar sampai ke sana.
Seperti yang Syana katakan saat di kamar mandi sekolah, setelah pulang dia akan menjenguk Rion dan karena Yasmin ingin ikut, maka di sinilah mereka sekarang.
Sebenarnya Syana hampir setiap hari datang ke apartemen Rion, begitu pula dengan Ryder. Tak jarang lelaki itu juga menginap di sana.
"Jadi, dia siapanya Rion?" Ryder kembali bertanya saat Syana belum menjawab pertanyaannya.
"Temen sekelas dan temen sebangku," jawab Syana tanpa mengalihkan tatapannya dari layar ponsel.
"Cuma itu?"
Syana mengangguk, sedangkan Ryder tampak menyandarkan punggungnya. Diam-diam dia juga melirik Syana, kemudian mengintip apa yang sebenarnya gadis itu lihat di ponselnya.
Syana yang menyadari aksi Ryder lantas menatap lelaki itu, membuat Ryder kelabakan sendiri dan walau dia langsung memalingkan wajah, tapi aksinya sudah kepergok oleh Syana.
"Apaan, sih? Kepo banget," ujar Syana.
Ryder kembali menatap gadis itu. "Biarin, abisnya lo nyebelin, sih."
"Dih, nyebelin apaan?"
"Lo bikin gue cemburu terus."
"Hah?" Syana tentu terkejut sekaligus bingung mendengarnya.
"Kemarin-kemarin lo bikin gue cemburu gara-gara sikap perhatian lo sama Rion. Sekarang lo bikin gue cemburu karena dari tadi yang lo liat cuma ponsel terus dan gue nggak lo peduliin."
Mendengar ucapan Ryder, Syana seketika melongo. Sepertinya akhir-akhir ini Ryder sering bersikap terang-terangan tentang perasaannya dan jujur hal itu membuat Syana bingung harus merespon seperti apa.
"Kenapa juga lo harus cemburu? Kita, kan, nggak ada hubu—"
Drrrttttt!
Ucapan Syana terpotong saat ponsel di tangannya tiba-tiba bergetar dan saat dilihat, rupanya ada pesan atas nama mamahnya.
Syana lantas membaca pesan super panjang yang dikirimkan Danita. Syana bahkan sampai terkejut karena tidak biasanya mamahnya mengirim pesan yang panjangnya hampir sebelas dua belas dengan cerpen.
KAMU SEDANG MEMBACA
FIGHT OR FLIGHT [END]
Roman pour AdolescentsAda dua respon yang akan manusia tunjukkan ketika dia dihadapkan pada suatu masalah, yaitu hadapi atau hindari. Bagi Syana Kasyaira sendiri, menghadapi masalah adalah cara terbaik. Tak peduli seberapa banyak dan sedahsyat apa masalah yang datang, di...